Kedatangan Mira dan Prima disambut hangat oleh ibunya di rumah sederhana milik ibunya. “Kenapa gak bilang mau datang, nduk? Ibu bisa masakkan makanan kesukaanmu,” kata sang ibu menyambut Mira dengan lembut. “Mira kangen, mumpung mas Prima pulang ke Malang makanya minta dianterin ke sini,” kata Mira. “Ayo-ayo, masuk,” ajak sang ibu pada anak dan menantunya setelah Prima mengucapkan salam dengan mencium punggung tangan ibu mertuanya secara khidmat. Ibu Mira memerhatikan mobil yang dikendarai oleh suami Mira. “Mobil sewa, bu. Kata mas Prima biar aku nyaman dengan kehamilanku,” kata Mira. Prima hanya diam, melihat sikap Mira yang terus memujinya di depan sang mertua, rasa bersalah karena telah mengkhianatinya kembali merayap di hatinya. Sebesar itu usaha Mira untuk menutupi kesalahannya di