" Dylan.." panggil Sonya melihat Dylan yang melangkah menjauhi sekolah.
" Lan.." gadis itu menyusul Dylan.
Brian, Aaron, Nick dan Lee yang sedang bercanda tawa di paling hadapan menoleh ke belakang.
" Tasya, mana Sonya.." tanya Brian pada gadis itu.
" Dia mengikuti Dylan kesana.." jawab Natalie karena Natasha tampak tak menyadari Sonya telah pergi menyusul Dylan.
" Itu siapa?" Tanya Aaron ketika melihat Dylan dari kejauhan tanpa aba aba memukul pria berjas putih itu.
" Ada yang tidak beres.." kata Nick dan terus bergegas lari kearah mobil berwarna hitam itu.
Dylan tampak di tolak oleh beberapa pria dan di menodongkan pistol kearahnya.
" Argh! Dylan tolong.." teriak Sonya sambil berontak ketika di paksa masuk dalam mobil.
" Sonya!" Teriak Dylan sambil beranjak namun kepalanya di pukul dengan pistol membuat pria itu kembali tumbang.
" Siapa kau?" Pria berjas putih itu mencengkam wajah Dylan. " Huh, berani sekali kau memukulku." Geram pria itu sambil mengelap darah di pelipisnya.
" Dylan!" Teriak Sonya.
Dan saat yang sama Nick dan lain tiba, tanpa aba aba mereka terus menyerang para pria tertubuh besar itu.
" Sonya?"
Dylan dari kaca mobil itu melihat, Sonya telah di bius sehingga pingsan.
Pria berjas putih itu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.
Dylan yang terlambat memandang kearah motor ojek dan mengendarai motor tersebut, tak peduli dengan teriak memiliki motor.
Semua pengawal itu sudah berhasil di kalahkan Nick dan yang lain.
" Kita harus menyusul mereka.." kata Brian dengan nafas ngos ngosan.
" Itu ada mobil.." kata Aaron, semua membawa pandangan kearah yang di tunjukkan Aaron, ada sebuah mobil Toyota Hilux double cab terparkir disana.
" Kau gila?" Tanya Nick, namun seperti biasa Aaron tak mau mendengar kata kata dari orang lain.
Dia berlari kearah mobil itu, dan dengan sok pandainya dia membuka pintu di sebelah mengemudi.
Brian dan Nick mengambil senjata sebelum berlari kearah mobil tersebut.
" Aaron.. Kenapa tidak jalan.." tanya Brian.
" Sabarlah..."
Pria berusia lima belas tahun itu berusaha menghidupkan mobil sambil menggeram.
Hingga tak lama kemudian, setelah berusaha akhirnya mobil menyala.
" Apa ini yang mau di injak.." Gumam Aaron.
" Apa kamu pernah menyetir sebelum ini.."
Tanya Lee yang duduk di sebelah Aaron.
" Relaks,Man.." Aaron memandang Lee sambil memainkan alisnya. " Aku memang baru pernah kali menyetir namun percayalah kita akan selamat.."
Lee memandang ke belakang, melihat Natasha dan Natalie yang segera memasang sabuk pengaman.
***
Kim memasukkan dua lembar foto itu ke dalam saku celananya, lalu bersembunyi di dalam almari.
Dan saat yang sama guru Davian masuk ke ruangan itu.
Dari sela sela pintu almari yang tak di tutup sepenuhnya, Kim melihat guru Davian tampak curiga, dia segera menyembunyikan buku yang sempat di jatuhkan Kim tadi lalu keluar dari ruangan itu.
" Siapa mereka?" Kim memperhatikan dua lembar foto itu, foto di tangan kanannya ada guru Davian, dan tiga orang pria yang Kim tak kenali.
Dan foto di tangan kirinya, ada dua orang pria yang sedang mengendong anak kembar, kedua pria itu juga ada dalam foto di tangan kanannya.
" Dylan, harus tahu ini.." gumamnya.
Namun hingga menjelang malam, Dylan dan yang lain masih belum kembali.
Kim yang merasa cemas, langsung menyusul.
Semantara itu Sonya di bawa oleh pria berjas putih itu ke markasnya.
Pria itu tersenyum sinis setelah membaca informasi tentang anak muda yang berani memukulnya tadi.
" Ternyata anak itu masih hidup.." Gumamnya lalu melihat Sonya yang masih tak sadarkan diri. " Dan gadis ini sangat berarti baginya.."
" Aku harus membuat dia menyesal.." kata pria itu dengan senyuman sinis di bibirnya.
" Siapkan peralatan.."
***
Dylan telah sampai di markas itu, dia terus menyerang para pengawal di depan yang coba coba menghalangnya.
Dan tak lama kemudian, Aaron dan hanya lain tiba.. mereka sampai dengan kepala berdarah semua, bagaimana tidak, mereka kemalangan dan mobil itu rosak parah karena melanggar pohon.
Melihat kedatangan para teman temannya Dylan, terus menerobos masuk.
Sesampainya di dalam sana, dia melihat pria yang ingin di habisinya itu sedang bersiap mencoba untuk kabur karena hampir seluruh anak buahnya sudah di kalahkan teman bocah itu!
" Kau akan mati hari ini juga.."
Mendengar ancaman itu pria berjas putih itu bukannya takut malah semakin tertawa.
" Tapi sebelum itu kau akan kubuat menyesal terlebih dulu karena sudah berani padaku.."
Pria itu menekan butang di bawa meja, dan ada satu ruangan terbuka.
Kedua bola mata Dylan membulat melihat Sonya yang terikat atas kerusi dengan tubuh penuh luka.
" Sonya?"
Gadis itu sama sekali tidak ada pergerakan, seragam sekolahnya sudah bertukar warna merah.
" Bagaimana?" Tanya pria itu sambil menodongkan pistol kearah gadis itu.
" Jangan kau berani—"
Dor!
Dia menembak di pertengahan d**a gadis itu.
Pria paruh baya itu tersenyum sinis lalu dengan santai meninggalkan tempat itu lewat pintu belakang.
Dia mengira Dylan pasti tak akan mengejarnya apalagi melihat temannya sudah hampir meninggal.
Namun Dylan hanya memandang kearah gadis itu sekilas lalu mengejar pria itu.
Saat yang sama, Aaron tiba disana.
" Astaga! Dylan kita harus bawa Sonya ke rumah sakit.."
Panggilan pria itu tak di hiraukan Dylan, dia tak mau pedulikan sesiapa saat ini, dendam dia sudah lama dia pendam selama ini akan segera terbayar.
Nick dan Brian menolong Aaron melepaskan ikatan Sonya.
" Sonya?" Panggil Aaron sambil menepuk muka gadis itu.
Sonya sama sekali tidak ada pergerakan, perlahan Brian mendekatkan jarinya ke hidung gadis itu.
" Bagaimana?" Tanya Nick dengan hati hati, Brian tak menjawab, dia hanya membisu.
Semantara itu Dylan yang sudah berhasil mengejar langkah pria paruh baya itu, tanpa balas kasihan, dia terus memukulnya dengan membabi buta.
Sehingga tiba tiba ada seseorang yang memukul belakang lehernya, sampai dia pingsan.
Nick yang mencari keberadaan Dylan, menemukan Dylan sudah dalam keadaan tak sadar.
Dia melihat pria yang ingin sekali di habisi Dylan itu, dibawa pergi oleh dua pengawal.
" Apa mungkin dia adalah membunuh keluarga Dylan.." Gumamnya.
Namun Nick hanya membiarkan mereka pergi, karena yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan Sonya!
***
Setelah mendapat kabar dari Lee, Kim terus kembali ke pulau.
Pria itu tak banyak berkata, namun Kim yang sudah bertahun hidup bersama Lee, dia tahu ada yang tak beres.
Setibanya di pulau, dari kejauhan lagi dia mendengar teriakan dari teman temannya, mereka sedang memaki dan memarahi seseorang.
" Lalu kalau sudah seperti ini, kamu harus apa? Maaf kamu tidak akan menghidupkan dia!" Maki Nick benar benar kecewa dengan Dylan.
Pria itu baru sadar berapa menit yang lalu.
" Kamu benar benar egois, Lan.." Brian menggelengkan kepala.
Dirumah itu hanya ada mereka, guru Davian belum kembali dari ladangnya walaupun sudah malam.
" Sekarang apa yang harus kita lakukan.." tanya Natalie sambil terisak isak.
" Guys?"
Kim yang sudah sejak tadi mendengar suara putus asa para teman temannya akhirnya bersuara.
Mereka serentak melihat kearah Kim, serba salah pada pria itu, itu sudah tentu! Terutama Dylan, seandainya bisa memutar waktu, dia ingin menyelamatkan Sonya terlebih dulu, dan ketepikan dendamnya.
" Mana Sonya?" Tanya Kim saat melihat ada tubuh kaku di selimutkan dengan kain putih di atas lantai.
" Mana adikku?" Tanya Kim lagi karena semua hanya mendiamkan diri.
Mendengar makian dan marah para temannya tadi, Kim akhirnya tahu kalau yang di marah itu adalah Dylan.
" Maafkan aku, Kim.."
Kim menggelengkan kepala, dengan langkah berat, mendekati tubuh kaku itu.
Perlahan dia membuka kain yang menutupi wajah adiknya.
" Huh?"
Untuk pertama kali, setelah keluarganya dibunuh dulu, Kim meneteskan airmata.
Sejak dulu dia selalu memberi nasehat pada sang adik jangan pernah menangis, karena menangis adalah cara orang lemah.
Namun, sekarang dia kesulitan untuk menahan airmatanya dari mengalir di kedua pipinya.
Apalagi melihat sang adik meninggal dengan tubuh dan wajah penuh luka torehan.
Pria itu meraung sekuat hati, dia menangis dengan histeris.
" Apa salahku padamu, Lan.."
Mendengar pertanyaan lirih itu, automatik airmata mengalir di kedua pipi Dylan.
" Jawab pernyataanku?! Apa salahku padamu!"
" Maafkan aku.."
Semua yang masih terdiam itu bersaling pandang, mereka tahu tak mudah bagi Dylan melepaskan seseorang yang sudah membuat keluarganya meninggal pergi begitu saja.
Dendam dan marah Dylan pada membunuh keluarganya, membuat dia menutup mata untuk menolong Sonya terlebih dulu.
Setelah berulang kali meminta maaf, Dylan akhirnya meninggalkan rumah itu, di ikuti Brian dan Nick.
Kim menangis terisak isak, maaf saja tidak cukup! Maaf tidak akan membuat adiknya kembali!
Tanpa sesiapa pun sadar dia mengepalkan tangan, dia pasti akan menuntut balas atas kematian adiknya!
***
Setelah satu minggu kepergian Sonya.
Semua keadaan rumah itu berubah, Aaron yang kebiasaan paling suka menganggu atau buat onar, kini tidak lagi.
Dylan memandang Kim dari kejauhan, pria itu tampak melamun sambil memandang ke lautan.
Dylan juga melihat pria itu mengusap wajahnya berulang kali.
Setelah Dylan pergi, Kim memandang kearah pria tak tahu diri itu, ternyata sejak tadi dia menyadari kehadiran Dylan disana.
Saat malam tiba, Kim kembali kedalam kamar guru Davian, dia mahu keruangan bawa tanah itu lagi.
" Ini dia.." Kim beranjak dari duduknya sambil membawa sebuah buku tebal.
Dia pergi ke kamar Dylan sambil membawa buku itu.
Dalam buku tersebut, semua informasi tentang bisnes gelap dan berapa banyak markas guru Davian tercatat disana.
Tanpa dia sadar seseorang memperhatikannya dari jauh, ya dia Aaron.
Kim meletakkan buku itu di depan kamar Dylan, dia mengetuk pintu kamar Dylan terlebih dulu, lalu beranjak pergi.
" Buku apa itu?" Gumam Aaron.
Dylan yang merasa ada orang mengetuk pintu kamarnya, dia membuka pintu.
Dan menemukan buku tebal itu di depan pintunya.
***
Dua hari kemudian, Aaron yang sudah merasa curiga dengan tingkah laku Kim, mula mengawasi pria itu, Dia sadar apa yang berubah dari Kim.
Dan tingkah laku Dylan sendiri juga terlihat aneh dan dia tampak marah pada guru Davian.
Namun karena apa? Aaron curiga karena buku itu?
" Buku apa yang kau berikan pada Dylan malam itu.." Tanya Aaron sambil menghampiri Kim di ruang latihan.
" Maksudmu?" Dengan wajah tenang Kim bertanya balik.
" Tidak usah berpura pura, aku melihatnya.."
Yang tadi Kim memasang wajah tenang terus berubah menjadi tatapan dingin dengan wajah datarnya.
" Lalu?"
" Kuharap kalau ada yang kamu tidak puas hati pada Dylan, bicarakan baik baik, bukan seperti ini.."
Kim hanya membalas dengan senyuman sinis lalu meninggalkan Aaron tanpa mengatakan apapun.
***
Dylan yang melihat guru Davian memasuki kamarnya, Dylan segera menyusul sambil membawa buku tebal itu.
" Grandpa!" Panggil Dylan sambil menghempaskan buku itu di depan guru Davian. " Ini maksudnya apa?"
Guru Davian memandang buku itu dengan kaget, bagaimana bisa ada pada Dylan?
" Dari mana kamu mendapatkannya?"
" Tidak penting dimana aku mendapatkannya! Yang penting sekarang jawab pertanyaan aku, benar Grandpa adalah seorang Mafia.."
" Dylan—"
" Jawab saja, Grandpa.."
" Lan... Kamu—"
" Jawab, Grandpa.."
" Baiklah.." pria itu menghela nafas lalu memandang wajah cucunya. " Ya Grandpa adalah mafia, tapi dulu.."
" Kenapa Grandpa tidak pernah mengatakan padaku.."
" Karena Grandpa tahu apa yang dalam fikiran kamu, Lan.."
" Aku akan menggantikan Grandpa.." tegas Dylan, inilah saat yang tepat menuntut balas pada pembunuh keluarganya dan Sonya.
" Grandpa tak akan biarkan itu terjadi, Grandpa tak mau kamu mengikuti jejak Grandpa Dylan..
" Dan aku tidak butuh izin dari Grandpa.."
***
Seperti yang di duga Kim, Dylan tak akan mau mendengar kata guru Davian, dia akan tetap dengan keputusannya.
Saat ini, Dylan membawa ke semua teman temannya ke markas satu.
Dari sini, mereka mulai belajar tentang bisnes gelap, dan semua merasa senang terutama Kim sangat senang berada disana, Namun Aaron tak begitu senang.
Orang kepercayaan guru Davian yang telah memimpin sudah di bunuh Dylan, karena atas perintah dari guru Davian bawa Dylan tak akan di biarkan bergabung bersama mereka, membuat Dylan terpaksa menyingkirkan menghalang itu.
" Dylan.." panggil Aaron sambil memasuki ruangan baru Dylan.
" Kenapa?"
" Kamu serius ingin memimpin disini.."
" Kenapa tidak, dengan begini akan muda bagiku untuk menemukan pria itu dan membalas dendamku untuk Sonya.."
Tak lama kemudian, Lee dan Kim masuk ke ruangan itu.
" Lan, aku sudah mengumpul semua informasi tentang pria yang kita cari, dia adalah Jackson.."
Dylan mengambil tablet yang di ulurkan Lee padanya.
" Ternyata Jackson mempunyai seorang anak perempuan.."
Aaron keluar dari sana, ketika mereka mulai menyusun rencana untuk menangkap Jackson.
" Aku merasa ada yang tidak beres! Tapi apa? Semua berjalan dengan lancar tapi seperti ada yang janggal.."
Aaron memandang Kim yang baru keluar dari ruangan itu, pria itu tak mengatakan apapun, dia hanya melewati Aaron.
" Ya.. yang aneh itu Kim.."
***
Aaron mulai mencari cara untuk mencari bukti bawa Kim telah berubah, dia akan menunjukkan pada Dylan nantinya, dia menyewa beberapa perempuan untuk mematai Kim.
Natalie yang tak sengaja melihat itu, mencebikkan bibir, ketiga wanita itu masuk ke dalam kamar Aaron.
Dan itu adalah senjata paling ampuh untuk membuat Aaron tak berkutik nanti, Kim mulai menghasut Nick, Brian dan Lee untuk segera mengusir Aaron meninggalkan markas.
" Wanita dalam kamar kamu itu siapa, Aaron.." tanya Natalie selama mood cemburunya.
" Nata.. itu hanya—"
" Ternyata kamu dari dulu sampai sekarang tetap aja bikin aku kesal.."
Aaron yang tak peka dengan kemarahan gadis itu merasa heran.
" Maksudnya?"
" Kamu masih tidak faham juga.." gadis itu mengangkat tangan dan menampar pria itu.
" Aku benci sama kamu.." teriak gadis itu tepat depan wajah Aaron. " Sebaiknya kamu pergi saja dari sini.."
Aaron menatap wajah gadis itu, terlihat jelas kebencian Natalie padanya dan juga kekecewaan, tapi kenapa apa?
" Okay.."
Ucapan singkat Aaron itu membuat hati Natalie tersentak, apakah benar benar Aaron tak menyadari perasaannya selama ini?
" Aku pergi dulu.."
" Bukan begitu maksud aku—"
Ucapan Natalie terputus ketika pria berusia lima belas tahun itu mengecup bibirnya sekilas.
" Kamu jaga diri.."
" Bukan itu yang aku inginkan.." lirih Natalie sambil melihat pria itu masuk ke kamarnya.
Tanpa Natalie sadar dari kejauhan Kim melihat adegan mereka tadi, dan pria itu merakamnya.
***
Aaron memandang Abigail yang tak mau melihat wajahnya, ketika dia keluar dari rumah megah itu.
Dia memegang tepian bibirnya yang membiru karena habis di pukuli Nick.
" Kau boleh datang kesini kapan saja kau mau." Kata Dylan saat pria itu ingin menaiki motornya.
" Baiklah.." Aaron memandang wajah Dylan cukup lama, dia seakan mau menyampaikan sesuatu namun lidahnya kelu, akhirnya dia memutuskan untuk pergi.
Dylan melihat motor Aaron yang meninggal rumah itu, semua sudah Dylan siapkan untuk Aaron.
Dia mengetahui semuanya penyebab Aaron sampai di usir sama yang lain, dia tahu jika Aaron menyukai Natalie dan begitu sebaliknya namun, mereka saling mendiamkan diri.
Namun dia tak mengetahui kalau Kim adalah toko utama yang membuat Aaron pergi.
Dan dia tidak mengetahuinya kalau wanita wanita yang di bawa Aaron kerumah itu adalah untuk mematai Kim bukan yang lain, yang dia tahu wanita itu adalah alat untuk membuat Natalie cemburu, ya hanya itu!
***
Dan semua rencana mereka berjalan sesuai rencana, perlahan Dylan merebut kembali rumah, perusahaan dan semua aset aset milik keluarganya.
Tapi Dylan tak mendapat info tentang keluarga Jackson, hanya dari sebelah istrinya saja itu pun sudah habis Dylan bunuh.
Dan Kim sendiri, sesuai rencananya sejak awal, semua berjalan mulus seperti yang dia inginkan, Dia menyembunyikan Jackson selama ini, tanpa pengetahuan sesiapa pun.
Namun hari ini, semua sudah terbongkar, dia kaget melihat kedatangan Dylan di tempat dia menyembunyikan Jackson selama ini.
" Mana Jackson, Kim!"
Kim yang tadi kaget dengan kedatangan Dylan, tersenyum sinis. " Kenapa?"
" Mana Jackson?"
" Seorang Mafia paling berpengaruh di kota New York, empat belas tahun tertipu.." ejek Kim dengan senyuman sinis.
" Apa maksudmu melakukan semua ini, Jackson adalah membunuh adikmu, namun kau melindunginya! Kenapa?"
" Karena aku ingin bermain main denganmu, bukankah kau selama ini, bagaikan orang gila mencari Jackson.."
" Tapi dia yang membunuh Sonya!"
" TAPI KAULAH PENYEBABNYA!"
~ Bersambung ~