" Lan, ada satu rahasia yang aku belum cerita sama kamu, tolong dengarkan aku.." Kata Jackson dengan suara berusaha di tenangkan.
Dylan tersenyum sinis, di saat seperti ini, pria itu masih sempat lagi membual.
" Saya tak mau mendengarnya! Semua alih keluargamu sudah saya habisi, tinggal kau dan anak kesayanganmu itu."
Dylan melirik kearah Kim yang hanya terdiam menyaksikan, bagaimana pria itu begitu tenang melihat membunuh adiknya ada di hadapan mata, bahkan dia menyembunyikan! Apa sebenarnya tujuannya?
" Katamu.. kau dendam namun kau membiarkan dia hidup.."
Kim tersenyum sambil manggut manggut.
" Karena membunuhnya, kau tak akan dapat merasakan yang aku rasakan selama ini.."
" Apa maksudmu?"
" Dylan, sebenarnya anakku Flora adalah—"
" Diam kau sialan!" Maki Kim sejurus kemudian menendang kepala pria itu hingga terjatuh bersama kerusi.
" Kim!"
Kim yang selama ini selalu berhati kemanusiaan berubah menjadi bak iblis bukankah itu mengejutkan?
" Tidak menyangka bukan?" Tanya Kim sambil tertawa mengejek. " Ayo maju Dylan, bukannya selama ini kau sok jagoan.."
Dylan mengepalkan tangan, lalu maju menyerang Kim yang masih tertawa.
Kim terdiam dari tawanya saat satu pukulan keras mengenai muka kanannya.
" Sial.." geram Kim lalu meludah, gigi pria itu merah karena darah, dia mengusap bibirnya dengan punggung tangan kemudian menyerang balas.
Jackson yang sudah terbaring dengan posisi tak nyaman itu, menyaksikan Dylan dan Kim berkelahi, namun yang menjadi perhatian pria paruh baya itu adalah Dylan dan Kim mempunyai gerakan yang sama.
Bagaimana tidak, kedua mempunyai guru yang sama.
Kim yang ingin menendang Dylan, meleset karena Dylan yang menghindar membuat tendangan pria itu mengenai meja sehingga terjatuh.
Perkelahian itu berlanjut, sampai tak sadar rumah sederhana itu sudah sangat berantakan saat ini.
Tak lama kemudian kedua berdiam, Dylan di sebelah kiri dan Kim di sebelah kanan, tetapi kedua menjaga jarak dengan nafas ngos ngosan, serta wajah yang babak belur.
Hingga kemudian, kedua melihat pistol tergeletak di atas lantai.
Kim tersenyum memandang Dylan, karena pistol itu berada dekat dengannya.
Semantara Dylan masih tenang.
Peristiwa itu mengingatkan Dylan pada latihan mereka dulu, latihan menembak sasaran yang tepat dan kecepatan mengambil pistol, akan tetapi sejak dulu tidak ada yang bisa mengalahkan kecepatan Nick.
Kedua saling bersiap untuk mengambil pistol tersebut, kim mempercepatkan langkah untuk mengambil pistol itu.
Begitu juga Dylan, namun karena dia yang sedikit jauh dari pistol itu, dengan kaki panjangnya menendang Kim sehingga terpelanting ke belakang.
" Akh!"
Dia ingin beranjak dari baringnya walaupun belakangnya sakit karena terkena pecahan kaca almari.
Namun dengan tenang Dylan mengambil pistol itu lalu dia menodongkan kearah Kim.
" Please Kim, aku masih bisa terimamu kembali menjadi bahagian dari Red Dragon anggota kita.."
" bertahun tahun aku mencari dia agar aku bisa membalas dendammu atas kematian Sonya! Namun kau menyembunyikan dia selama ini.." lanjut Dylan dengan suara penuh kekecewaan.
" Kalo menurutmu, akulah punca Sonya Meninggal, aku minta maaf, aku tahu maaf saja tidak cukup, namun aku tetap meminta maaf padamu.."
" Tidak ada yang perlu di maafkan, karena aku tidak akan pernah memaafkanmu.." jawab Kim penuh kebencian.
Kim beranjak dari duduknya lalu ingin menyerang Dylan.
Akan tetapi dengan mata tertutup, Dylan melepaskan satu tembakan.
"Akh!"
" Maafkan aku.." sekali kali Dylan melepaskan tembakan.
***
Pagi itu, Lee terbangun dari tidurnya, dan merasakan kehangatan di seluruh tubuhnya, lelah, histeris dengan pekerja sepanjang hari hilang begitu saja.
Namun pria itu terperanjat kaget, melihat tangan mungil ada di dadanya, dan detik itu juga dia ingat kejadian semalam! Mampus aku!
Tiba tiba kelopak mata gadis itu bergerak, Lee buru buru menutup mata, pura pura tertidur.
" Hwuaah!" Gadis itu menggeliat malas lalu tersenyum sumringah.
Ketika dia melihat ke samping mendapati pria yang mengenalkannya pada menikmatan masih tertidur pulas.
" Pasti dia puas dengan permainanku semalam.."
Mendengar kata gadis itu, automatik Lee yang pura pura tertidur meneguk salivanya, sehingga terlihat jakun pria itu bergerak turun naik.
" Morning.." bisik gadis itu di dekat telinga pria itu, helahan nafas gadis itu yang mengenai kulit Lee membuat dia tak fokus.
Lee dengan pura pura terbangun lalu sedikit menjauhi gadis itu.
" Morning.." kata Cristal melihat Lee sudah terbangun sambil memandang wajah Lee yang tampak kikuk di sebelahnya.
" Kok melamun.."
Lee tersadar dari lamunannya saat gadis itu mengecup bibirnya sekilas.
" Itu maksudnya apa?"
" Terima kasih untuk semalam.." jawab gadis itu sambil tersenyum sumringah.
Pria itu melongo tak percaya. Dia memang aneh! Bukannya marah malah berterima kasih? Kalau kebanyakan wanita seperti dia di dunia ini maka kehidupan pria di dunia ini akan berwarna terus. Bisik hati pria itu tak habis fikir dengan jalan fikiran Cristal.
" Bisa tidak ya kalau aku bilang terima kasih itu di balas.."
" Oh begitu ya.. sama sama.." jawab Lee sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
Entahlah namun bukankah yang seharusnya malu adalah Cristal, tapi sekarang kenapa malah sebaliknya.
" Itu saja?"
Pria itu mengerutkan dahinya, sehingga tiba tiba perhatian Lee terfokus di bibir gadis itu.
" Ya, aku faham.."
Dengan malu malu Lee mendekati gadis itu, namun Cristal yang tak kesabaran terus naik atas pangkuan pria itu.
Sekali lagi Lee meneguk salivanya, ketika milik gadis itu yang masih tak mengenakan pakaian apapun menyentuh perutnya.
Pusaka kebanggaannya tanpa di minta mulai beraksi nakal, oh tidak!
" Kita lanjut yang semalam.."
" Saya ada pertemuan penting pagi ini.."
" Sebentar saja, sepertinya aku mulai ketagihan dengan junior Lee.."
" Junior Lee?"
" Ya.. yang bergerak nakal di bokongku.."
" Maaf.."
Lee mencoba memindahkan gadis itu dari atas pangkuannya, bukan karena tak nyaman, tapi gadis itu benar benar menyiksanya.
" Ayolah, sayang.."
Godaan itu membuat Lee tak tahan, apalagi dengan nakal Cristal menjilat kuping telinganya.
Apa yang harus aku lakukan? Oh tuhan gadis ini benar benar liar.. fikir pria itu.
" Baiklah.."
Mendengar jawaban pria itu, Cristal terus memekik senang.
" Aahh! Aahh! Ya kita pagi ini, anggap saja olahraga pagi.."
Lee menggelengkan kepala sambil tertawa kecil lalu memeluk tubuh gadis itu, dan membenamkan wajahnya di leher gadis itu.
Semantara Cristal yang tadi tersenyum senang perlahan hilang, tujuannya melakukan ini adalah untuk melupakan masa lalunya.
Pukul sepuluh pagi, Lee mendatangi sebuah cafe, hari ini dia akan mengetahui siapa gadis nakal itu sebenarnya!
Dari kejauhan dia melihat orang yang di sewanya untuk mencari informasi tentang gadis itu berulang kali memandang arloji di pergelangan tangannya dan gelas kopi di hadapan juga sudah lebih dari satu.
" Sialan! Lama sekali dia, kata jam tujuh, ini sudah jam sepuluh apa dia fikir saya tidak punya pekerjaan lain.."
" Apa kau sedang mengumpatku.." tanya Lee sambil menarik kerusi di hadapan pria itu.
" Tuan Lee.. maaf saya—"
" Tidak usah basa basi, apa informasinya.."
Sela Lee dengan suara angkuh tanpa merasa bersalah.
Pria yang di sewa Lee itu mengumpat kesal dalam hati, setelah dia menunggu berjam jam malah sikap angkuh dan sombong pria itu yang di pamerkan.
Sehingga pandangan pria itu jatuh ke leher pria angkuh itu.
" Apa yang kau lihat.." tanya Lee dengan suara dingin.
Pria itu tersentak kaget, ketika sadar Lee sedang memandang tajam kearahnya.
~ Bersambung ~