14. Gadis Harimau

1371 Words
Nicky yang baru tiba di rumah, terkejut dengan kehadiran sang Mafia di rumah mereka. Nick dengan cakaran di mukanya memandang suami istri itu dengan tajam. " Siapa gadis harimau itu?" Tanya Nick dengan lantang membuat sang tuan rumah kaget. " Gadis harimau?" Tanya Nicky tak mengerti. Nick berdesis kecil, hingga kemudian gadis yang di panggil Nick dengan julukan gadis harimau itu keluar dari kamar. " Hey pria c***l kenapa kau masih disini?" Nicky dan isterinya terperanjat kaget mendengar kata kata yang tak seharusnya di ucapkan gadis itu, apalagi pada sang Mafia psikopat tersebut. " Adik apa yang kamu ucapkan, cepat minta maaf padanya, tuan maafkan adik saya.." " Tuan?" " Adik?" Ucap Nick dan gadis itu bersamaan, memang kedua tak bertemu ketika Kim dan Natalie menghantar Nicky ke rumahnya pada waktu itu. Nick yang tak ingin masuk kerumah kecil itu pada waktu mereka menghantar Nicky. Semantara adik kepada Nicky tak ada dirumah saat itu, jadi tak heran jika kedua tak saling mengenal. " Jadi gadis harimau ini, adikmu?" Tanya Nick sambil memandang gadis itu dengan sinis. " Jaga ucapanmu pria cabul.." balas gadis itu tak mau kalah, bahkan matanya melotot memandang pria itu. Berani sekali gadis ini! Awas saja kau! Bisik hati Nick. Nicky mengelap keringat di dahinya yang mengalir deras, tangannya yang sudah berkeringat dingin di remas remas, adiknya itu benar benar menempatkan mereka dalam bahaya. Seumur hidup ini pertama kali Nick di buat kesal, bahkan yang membuatnya marah itu hanyalah seorang gadis ingusan. Dia menghela nafas, untuk mengontrol emosinya, jika saja dia tidak ada niat tertentu tak mungkin dia mendatangi rumah kecil itu. " Ada apa, Tuan, kemari.." tanya Nicky mengalihkan pembicaraan, dan menocba meleraikan ketegangan antara adik dan mafia tersebut. " Memangnya tidak boleh.." jawab Nick ketus, jawaban itu membuat kedua bola mata Nicky melotot, detik kemudian dia menyesal telah bertanya tak sopan. " Ternyata selain c***l, kamu juga tidak tahu hormat.." gadis itu dengan berani menunjuk muka Nick. " Kakak aku kan hanya bertanya, tuan.." lanjut gadis itu dan menekan kata ' tuan'. " Anna!" Tegur sang kakak sambil mengisyaratkan mata supaya adiknya diam. " Anna.." Nick tersenyum sinis membuat hati Nick was was, dia tak mau adiknya menerima hukuman seperti dirinya, itu tak boleh! " Ada yang bisa saya bantu, Tuan.." tanya Nicky dengan suara sopan, berharap kali ini dia tak salah bicara lagi. Anna memutar bola mata malas, kakaknya selalu saja terlalu baik, sehingga begitu senang di tindas oleh orang orang. Dengan sombong Nick kembali duduk sambil menyilangkan kakinya. " Aku butuh bantuan gadis harimau ini.." " Apa? Kau—" " Anna.. kamu jangan.." Nicky mencoba menahan adiknya dari terus mengoceh. " Saya bukan gadis harimau? Dan asal kamu tau saya—" Gadis itu terhenti mengoceh ketika tiba tiba dia di kipaskan dengan uang cukup banyak. Gadis itu terdiam yang tadi terus mengoceh dengan wajah kesal namun kini matanya sudah berbinar binar. Nick tersenyum dalam hati, wanita memang mudah luluh dengan duit. *** Setelah mendapat kabar dari pelayan yang sang kekasih hati pingsan di kamar mandi, Brian terus meninggalkan meeting dan kembali ke rumah utama. Namun dia kaget saat tiba di kamar gadis itu, Natasha tiada di kamarnya. " Tasya.." Brian menolak daun pintu kamar mandi, namun di sana juga kosong. " Mana gadis itu?" Gumamnya lalu keluar dari kamar Natasha. " Mana Tasya?" Tanyanya pada pelayan yang baru keluar dari salah satu kamar. " Dia ke kamar, Tuan... Maafkan, saya tuan tak dapat mencegah Nona Tasya, soalnya dia ke kamar tuan dalam keadaan menangis." " Menangis?" Pelayan itu mengangguk kepala perlahan, kemudian berlalu pergi. Brian masuk ke kamarnya yang memang hanya bersebelahan dengan kamar Natasha. Dia tersenyum kecil lalu mendekati ranjang, Natasha sedang tertidur di atas tempat tidurnya sambil memeluk baju t-shirt—nya. Brian menarik selimut untuk menyelimuti tubuh gadis itu sambil melayangkan kecupan di kening sang kekasih. " Bae.." tidur gadis itu terusik saat tempat tidur tersebut ada pergerakan. " Bae.." Natasha terus beranjak dan bergelanyut manja pada Brian. " Ya honey.." " Kamu lama sekali datangnya.." rengek Natasha dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. " Tadi aku ada meeting..maaf ya.." Natasha hanya mengangguk lalu naik ke atas pangkuan pria itu dan membenamkan wajahnya di leher Brian. " Aku suka sekali aroma tubuhmu." Natasha mengedus ngedus di area leher Brian turun ke d**a pria itu. " Kata pelayan kamu pingsan di kamar mandi, benar itu.." Lagi lagi gadis itu hanya mengangguk, tangannya yang nakal mulai membuka butang baju yang pria itu kenakan. " Kamu belum makan ya makanya pingsan.." tanya pria itu sambil menahan desahan ketika Natasha memberikan kecupan kecil di dadanya. " Sudah kok, itu loh syampunya bau sekali, padahal itu kan syampu yang biasa aku pakai.." Brian mengerutkan keningnya, jadi gara gara syampu sang kekasih sampai pingsan. " Kamu harus buang syampu itu.." tegas Brian sambil mengelus lembut rambut Natasha. Semantara Natasha tak begitu peduli dengan ucapan pria itu, dia malah sibuk menghidu aroma nafas Brian ketika berbicara. " Aku suka aroma dari mulut kamu ketika kamu nafas, bikin aku ingin terus menciumnya.." Brian tertawa kecil. " Ada ada saja aja kamu.." " Benaran.." jawab Natasha di sela sela ciumannya di pipi dan telinga pria itu. " Sudah ya.. aku kembali ke kantor meetingnya belum selesai soalnya.." Natasha terus merengek manja lalu memeluk pria itu dengan erat. " Kamu disini saja temani aku.." " Tapi honey—" Brian terdiam saat Natasha mengecup bibirnya dengan mesra. " Pokoknya aku tidak izinkan kamu pergi.." lirih gadis itu dan kembali mencium bibir pria itu. Brian hanya terdiam menerima ciuman dari gadis, dan sisi lain dia merasa ada yang beda dari Natasha, dia tampak manja dan mudah sekali marah. *** Sarah hanya mematung di atas tempat tidur sambil memalingkan wajahnya. Di bahagian sensitif—nya dia merasa ada gerakan lembut yang membuat dia mendesah pelan. Tiba tiba sesuatu yang panjang tanpa tulang namun keras itu mulai terbenam di dalam intinya. " Ahh!" Terdengar di telinga Sarah, pria itu mendesah pelan. " Milikmu memeluk erat batangku.. ahhh!" Perlahan Dylan mula mengayunkan pinggulnya maju mundur dengan kepala mendongak ke atas sambil memejamkan mata. " Ahh.. fuck.." Dylan menambah kecepatan lalu memandang gadis itu yang masih memalingkan wajahnya. " Aaahhh!" Sarah tak dapat menahan desahan saat pria itu memegang pinggangnya lalu menggoyangnya dengan brutal. " Ahh.. ahh." " Bagaimana, sayang? Enak?" Tanya Dylan dengan geram sambil terus menghentak pinggulnya. " Jawab aku.." Sarah tak dapat menjawab karena pria itu begitu brutal menghajar dirinya. " Aaahh ampun!" Jeritnya sambil membusungkan d**a. Sarah sudah mencapai puncaknya, tapi Dylan tak mau berhenti sebelum mendengar jawaban dari bibir gadis itu. " Ampun!" Jerit Sarah sambil mencoba menahan pergerakan pria itu. " Aahh ahh!" Rasanya dia ingin menangis kepalanya di gelengkan kiri kanan, walaupun di akui itu sangatlah enak tadi dia sudah sangat lelah. " Apa? Ampun?" Dylan mengubah posisi sedikit menindih tubuh gadis itu tanpa menghentikan genjotan. " Aku tidak akan mengampunkan kamu, ahhh! Fuck.." Dylan sudah hampir mencapai puncaknya tapi dia tahan, dia akan tahan sampai gadis itu mengakui kehebatannya. " Ampun, tuan! Ampun.." Sarah sudah mencapai puncak keduanya, nafasnya sudah terdengar sangat berat. Dylan menggeram tertahan ketika pusakanya di peluk sangat erat di dalam sana, dia hampir saja mencapai puncaknya. Sarah tahu pria itu tak akan berhenti sebelum dia mendapatkan pujian atas kehebatannya. " Aahh aahhh.. ahhh!" Sarah memegang hujung seprei dengan erat, dia akan mencapai puncak ketiganya. " Ini sangat nikmat, tuan! Ahh!" Kepalanya terangkat dari bantal dengan mata memutih. " Aaahh!" " Aku tahu, sayang.." bisik Dylan dengan suara serak di telinga gadis itu, lalu mengubah lagi posisinya seperti semula dan menahan kedua paha Sarah. " Ahh! Fuck.. aku mau sampai.." " Aaahh!" Jerit kedua orang itu penuh nikmat. Dylan menumpahkan semua cairannya di dalam rahim Sarah lalu merebahkan diri di sebelah gadis itu. Sekilas Dylan memandang gadis itu yang masih menikmati pelepasannya, Sarah kini membelakangi Dylan sambil terisak isak. " Mau lagi.." Dylan memeluk tubuh Sarah dari belakang sambil menyentuh lembah basah gadis itu. " Tuan.. saya lelah.." Sarah menahan tangan pria itu yang bermain main di bawa sana. " Tapi aku masih mau.." Dylan menekan jari tengahnya ke dalam sana, membuat tubuh Sarah bergerak gelisah. " Ahh!" Sarah mendesah pelan, mendengar itu Dylan tersenyum sinis. " Aaahh!" — Bersambung —
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD