26. Aaron Datang Ke Rumah Dylan

1180 Words
" Buka pahamu, Sayang.." kata Aaron pada seorang pelayan di clubnya, saat ini dia sedang bersantai dalam kamar dan membawa pelayan dalam kamar tersebut, Aaron sedang tengkurap dan seorang wanita di bawa tubuhnya. Dan pelayan itu yang mendengar perintah Aaron dengan senang hati membuka kedua kakinya sambil tertawa nakal. " Wow!" Aaron menepuk gemas bunga milik wanita itu. " Apakah ini yang sering membuatmu menjerit.." dengan geram Aaron mencubit clit wanita itu. " Aah!" Jerit wanita itu antara geli dan sakit karena Aaron mencubitnya menggunakan tenaga. Kemudian Aaron beranjak dan menggesekkan pusaka kebanggaannya dengan perlahan di milik wanita itu. " Aaahh!" Jerit wanita itu frustrasi karena Aaron sepertinya mencoba mempermainkannya. " Aaahh.." tubuhnya bergerak gelisah, pria itu terus menggodanya. " Cepat masukkan, tuan... Please!" Aaron tak mempedulikan rengekan wanita itu, dia terus mempermainkan clit itu dengan batangnya, sehingga tiba tiba tubuh wanita itu bergetar tanda puncaknya sudah hampir tiba. " Aaahh!" Wanita itu membusungkan d**a automatik Aaron meremas d**a wanita itu sambil menekan kuat miliknya di bawa sana. " Sshh.." desah Aaron pelan, miliknya terasa di peluk erat di dalam sana. " Tuan.." panggil Rick dari luar kamar Aaron. Aaron membiarkan Rick yang terus memanggilnya, karena saat ini dia sudah mulai menggoyang pinggulnya. " Aaahh!" Jerit wanita itu sambil memegang erat kedua paha Aaron karena menghenjutnya tanpa ampun. Rick yang berada depan pintu kamar Aaron mendengar jelas menjeritan kenikmatan wanita itu. " Aaahh.. lagi tuan! Lagi.." jerit wanita itu lagi. Rick berdesis kesal, Aaron pasti sudah mendengar tapi pria itu sengaja membiarkan. Suara penyatuan mereka bahkan terdengar jelas sampai keluar kamar. " Tuan.." Rick masih setia memanggil karena yang ingin di sampaikannya saat ini adalah perkara penting. Dua puluh menit kemudian, Rick masih setia menunggu depan pintu, bulu romanya sampai meremang lama lama berdiri disana. Wanita itu menjerit panjang tanda dia sudah mencapai puncaknya. " Tuan.." Rick kembali memanggil karena sudah tak terdengar lagi jeritan mereka. " Sialan! Kau masih disana?" " Iya tuan.." jawab Rick dengan polosnya. Aaron menghela nafas kesal lalu bertanya. " Ada apa?" Sambil menggoyangkan pinggulnya perlahan dari belakang wanita itu. " Itu tuan, tuan Dylan pingsan.." " Apa?" Aaron terdiam bahkan miliknya sampai terlepas dari dalam sana. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan memperlihatkan Aaron yang masih berkeringat dengan lilitan handuk di pinggangnya. " Jangan menatapku seolah kau menyukaiku, Rick.." tegur Aaron karena Rick memandang d**a telanjangnya sambil meneguk salivanya. Semantara Rick memandang pria itu sampai meneguk salivanya karena banyak sekali bekas ciuman di d**a dan leher Aaron. " Mana mungkin tuan.." " Bagus.." Aaron memegang bahu Rick dengan tangan yang ada cairan wanita tadi. " Maaf tuan.." Rick memundurkan tubuh, karena melihat cairan di tangan Aaron. " Ada apa dengan Dylan? Aku tak jelas mendengar katamu tadi, karena wanita itu mendesah terus di bawaku.." kata Aaron dengan bangga kemudian menjilat jari jemarinya. " Tuan Dylan pingsan.." jawab Rick sambil memperhatikan bagaimana pria itu menjilat jarinya. Aaron terdiam seketika. " Bagaimana bisa? Ya ampun! Aku bahkan belum keluar.." *** Brian yang mengambil libur karena dia sudah turun pangkat saat ini, dia mengambil kesempatan itu untuk terus bercinta dengan sang istri dari awal pagi, hingga kini.. Natasha memandang jam di atas meja sambil terus bergerak di atas suaminya. " Udah jam sebelas, Bae.." Natasha menyapu rambutnya ke belakang sambil menambah kecepatan genjotannya. " Aah.. ahh.. ahh.." " Iya.." Brian turut melihat kearah jam namun tangannya terus bermain di d**a wanita itu. " Aaahh!" Jerit Natasha sambil menghentak tubuhnya untuk terakhir kali. " Ahh f**k!" Geram Brian ketika miliknya di peluk erat didalam sana. Natasha menjatuhkan tubuhnya di d**a pria itu sambil menghidu aroma tubuh suaminya. " Bae.." " Hem.." Brian membalas dengan gumaman saja, dan tangannya mengelus lembut rambut wanita itu. " Kamu tidak apa apa kan Dylan sudah mengambil alih kembali markas tiga.." Brian menghela nafas, dan tersenyum lembut ketika wanita itu mendongak memandangnya. " Tidak masalah sama sekali.." tangan Brian masih setia mengelus rambut wanita itu. " Memang sudah seharusnya dia kembali memimpin.." " Terus kita bagaimana dong?" " Aku, bukan kita! Karena mulai saat ini aku tidak akan membiarkan kamu berkerja, cukup aku saja.." " Terima kasih.." Natasha mengecup bibir pria itu sekilas. " Kita lanjut ronde ke lima.." Brian tertawa pelan sambil memeluk pinggang wanita itu lalu berguling hingga kini dia berada di atas. " Memangnya yang ini tidak sakit.." Brian menyentuh lembah basah wanita itu. " Hanya ngilu tapi sedikit.." " Jadi lanjut ini.." tanya Brian memastikan, dan saat itu juga ponselnya dan Natasha di atas meja berbunyi tanda ada pesan masuk. *** Kim memasuki ruangannya sambil membawa beberapa tumpukan buku. Dia menghempaskan buku buku itu atas meja sambil bergumam kesal. " Sepertinya Dylan sengaja ingin mengerjaiku karena sudah membuatnya rugi kecil.." Dia mulai mengerjakan kerjanya, sehingga bunyi di ponselnya mengalihkan perhatian pria itu. Dia membuka kaca mata putihnya lalu mengambil ponselnya. " Yang benar saja psikopat itu pingsan.." gumamnya setelah membaca chat dari Abigail. *** " Pengawal jangan membiarkan dia masuk.." perintah Nick ketika melihat wajah yang paling dia benci datang kerumah itu. " Lepaskan aku.." Nick hanya tersenyum sinis melihat kekesalan di wajah Aaron karena tak di benarkan masuk oleh pengawal. " Ada apa ini.." tanya Natalie sambil menghampiri keributan di depan gerbang. " Hey Nata.." sapa Aaron sambil tersenyum pada adik kembar Nick itu. " Aaron?" Natalie seakan tak percaya melihat pria yang sekian lama tak datang dirumah itu, akhirnya datang juga berkunjung. Untuk seketika kedua hanya terdiam, mereka hanya beradu pandang, hati kedua berdebar penuh kerinduan. Bibir Natalie bergetar seakan mau mengatakan sesuatu, namun lidahnya kelu. Nick yang menyadari itu memandang kedua bergantian, binar bahagia karena bertemu lagi jelas terpancar di mata keduanya. Dan.. juga mengisyaratkan besarnya cinta di antara mereka. Apa kerinduan? Cinta? Nick tak buta melihat kebahagiaan di mata keduanya, namun dia tak akan membiarkan itu terjadi. " Sudah selesai tatap tatapnya..." Tanya Nick sambil menarik Natalie dalam pelukannya penuh posesif. Aaron menghela nafas kesal, sejak dulu memang Nick bagaikan nyamuk di antara dia dan Natalie " Kamu merinduinya? Lupakan.. lihat itu lehernya.." kata Nick seakan mau menghasut adiknya. Natalie melihat kearah Aaron lagi, dia merindui kebersamaan mereka dulu, namun saat melihat bekas cupang di leher pria itu, semua kerinduan itu berubah menjadi kekecewaan yang amat mendalam. " Aaron.." panggil Abigail sambil menghampiri mereka " Apa apaan ini?!" Teriak Abigail pada pengawal melihat Aaron di tahan oleh enam pengawal. " Maaf Nona Abi, kami hanya menjalankan perintah.." kata salah satu dari mereka membela diri. " Perintah dari siapa?" Belum sempat pengawal itu menjawab Nick sudah terlebih dulu berkata. " Kamu yang menyuruh dia datang.." " Jadi kamu yang menyuruh mereka menahan Aaron.." geram Abigail. Namun Nick hanya menaikkan kedua bahunya sambil membawa Natalie pergi. " Sampai kapan kamu berharap pada Natalie." Tanya Abigail sambil menatap Aaron yang sedang tersenyum masam melihat kepergian Nick dan Natalie. " Lagi lagi aku membuat dia kecewa.." " Maksudmu?" Tanya Abigail kurang faham sehingga akhirnya dia memandang leher Aaron yang kemerahan. " Sial.." " Arhh!" Aaron hampir terjatuh ke belakang saat mendapat tamparan tiba tiba dari Abigail. " Bukan hanya Natalie yang kecewa sama kamu, aku juga.." ~ Bersambung ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD