27. Tingkah Dylan

1479 Words
" Bagaimana dia bisa pingsan sih?" Gerutu Lee sambil memandang Dylan yang tertidur di sebelahnya. " Mana ku tahu, jadi sekarang kita mau bawa dia ke rumah sakit, atau ke rumah.." " Pulang sajalah.." jawab Lee sambil melonggarkan dasinya dan sebelah tangannya lagi fokus memegang setir. " Kamu sudah kabarkan yang lain belum.." tanya Lee kemudian. " Sudah kok.." Tak berselang lama Dylan mulai tersadar, dia memegang kepalanya yang terasa sakit, lalu memandang ke sekeliling. " Kita lagi dimana.." tanya Dylan masih kurang fokus. " Aduh.. kepalaku.." keluhnya. " Kita on the way pulang.." jawab Abigail sambil menyerahkan satu botol air pada Dylan. " Kamu kenapa, Lan.. kenapa bisa sampai pingsan.." tanya Lee sambil memandang kearah Dylan sekilas. " Tidak tahu, tapi ini kepalaku kenapa sakit sekali.." dia mengurut pelipisnya. " Lee.. stop!" " Apa?" " Stop!" Bentak Dylan dan automatik Lee menghentikan mobilnya. " Aduh, sial.." Dylan buru buru keluar dari mobil dan memuntahkan semua isi perutnya. " Lan.." Abigail turut keluar dari mobil dan mengelus belakang pria itu. " Kamu tidak apa apa.." " Kenapa rasanya aneh sekali sih.." Dylan melepaskan jas dan dasinya yang terasa mau mencekiknya. Lee yang berada dalam mobil berdesis kecil melihat Dylan yang masih berjongkok di tepian jalan. " Sudah ayo masuk.." Abigail merangkul Dylan menuju mobil. " Minum lagi, Lan.." Abigail memberikan botol air lain lagi. " Cepat, Lee.. aku mau ketemu gadis itu.." Kata Dylan lalu mengurut pelipisnya lagi. " Gadis itu?" " Sudah! Kamu menyetir saja yang benar.." bentak Dylan lagi lalu menyandarkan tubuhnya di jok mobil. Abigail memandang Lee yang tampak marah karena telah di bentak dua kali oleh Dylan tanpa sebab. *** " Kenapa aku lapar lagi ya.." tanya Sarah pada dirinya sendiri sambil mengelus perutnya. Dia duduk di hujung ranjang sambil mengelus perutnya yang berbunyi karena sudah sangat lapar. Tiba tiba pintu di buka oleh seseorang dari luar, Sarah terus beranjak dari duduknya melihat siapa yang membuka pintu. " Tuan.." Dylan tak menjawab, dengan wajah pucat basi duduk di atas ranjang lalu mengurut pelipisnya. Sarah yang tak tahu harus berbuat apa memandang pria itu sambil meremas hujung jarinya, Seperti biasa berdekatan dengan pria itu dia selalu ketakutan. " Sini.." " Huh?" Dylan menarik gadis itu duduk di pangkuannya. " Aku merinduimu.." Mendengar kata pria itu membuat hati Sarah berdebar tak menentu. " Hm tuan?" " Diam.." Dylan menarik tubuh gadis itu dan mengeratkan pelukannya sambil membenamkan wajahnya di leher Sarah. " Kamu wangi sekali.." dia memberikan kecupan kecil di leher Sarah. " Ahh.. tuan?" Sarah menahan tangan Dylan yang memasukkan tangan ke dalam bajunya. " Tolong jangan.." Sarah masih mencoba menahan tangan Dylan namun semua itu sia sia karena pria itu sudah berhasil menemukan yang dia mau. " Ini sangat lembut.." tangan Dylan terus memainkan benda bulat itu. " Kamu menyukainya, Sayang.." " Aahh!" Sarah hanya mampu mendesah apalagi pria itu memberikan gigitan manja di tengkuk menuju telinganya. " Tuan, sebentar nanti ada yang melihat kita.." Sarah ingin menoleh ke pintu yang terbuka lebar namun terus di tahan Dylan, dan menciumnya penuh nafsu. Dan ketakutan Sarah benar benar terjadi, Brian terus menarik tangan Natasha saat melihat Dylan dan Sarah sedang berciuman, dia membawa kembali istrinya itu dalam kamar. Brian terus mengambil ponselnya sebaik saja masuk dalam kamar. Brian: Sebaiknya kalian tak usah ke kamar Dylan, dia baik baik saja. *** Semua yang menerima pesan itu, terus mengurungkan niat mereka ingin menjenguk Dylan, kecuali Aaron yang sudah tak ada dalam group tersebut. Pria itu dengan santai menaiki lift menuju ke lantai dua. Dia pernah tinggal di rumah ini walaupun tak begitu lama. Sesampai di lantai dua, dia melihat kearah bekas kamarnya tepat di sebelah kamar Natalie dan Nick. Kemudian dia melangkah lagi untuk menuju kamar Dylan. Karena kamar Dylan yang paling hujung samar samar dia mendengar suara desahan. " Suara apa itu?" Dia mempercepatkan langkah kakinya. " Dylan.. kamu—" Aaron terdiam di tempat, melihat Dylan sedang menindih tubuh seseorang. Pria itu tampak semangat dan bertenaga tidak seperti yang di beritahu Rick... Pingsan? " Ternyata Dylan posesif juga.." Aaron tersenyum mengejek, dia lihat tangan Dylan berada di d**a orang dibawanya, dan Aaron tau apa yang di lakukan pria itu. " Pasti sangat kenyal dan lembut.." Tiba tiba seseorang menarik tangan sambil membungkam mulutnya. " Diam!" Orang itu menariknya pergi dari sana. Semantara itu Dylan berpindah ke samping Sarah dan tangannya terus berkerja di bawa sana. " Aaaahh!" Jerit Sarah sambil memegang erat hujung bantal. " Tuan?" " Kenapa, Sayang.." Dylan menunduk dan memberikan gigitan kecil di tengkuk gadis itu. " Tuan.. berhenti dulu, aku.. aku—" " Keluarkan semua sayang.. keluarkan.." bisik Dylan di dekat telinga Sarah. " Aahh!" Sarah membusungkan d**a dan Dylan terus menyelipkan tangan di belakang Sarah lalu memeluknya dengan erat. Kenikmatan yang dirasakan Sarah berganda dua kali lipat, ketika Dylan layaknya bayi menyedot di salah satu aset miliknya. Sarah sampai mengangkat pantatnya ketika Dylan mempercepatkan tusukan jarinya, dia tak tahan lagi, dia menggelengkan kepala kiri kanan dengan wajah memerah. " Aaahh... Tidak! Ampun..." Jerit Sarah dan saat itu juga puncak kenikmatan menghampirinya. Dylan yang sadar gadis sudah mencapai puncaknya perlahan mengurangi tempo gerakan tangannya. " Enak, Sayang.." tanya Dylan berbisik. Sarah tak mampu menjawab dia masih menikmati sisa sisa pelepasannya, gadis itu juga sampai terisak isak dengan kedua mata berair. " Tuan.. jangan.." " Nikmati saja.." Tangan Dylan masih bermain main di bawa sana, sesekali dia menekan clitnya membuat tubuh Sarah bergetar. " Hmm..!" Sarah menahan desahannya sambil memandang Dylan yang tampak senang melihat dia tersiksa. " Ah!" Dylan tersenyum tipis mendengar desahan lirih gadis itu. *** " Nata... Kamu mau bawa aku kemana.." tanya Aaron pelan namun dia berjalan di depan gadis itu, sehingga dia berhenti di depan kamar Natalie. Natalie tak menjawab, dia membuka pintu dan mendahului pria itu. Dia memperhatikan kamar gadis itu yang tak berubah walaupun sudah bertahun lamanya dia tak ke kamar ini lagi. " Masih sama.." Aaron tersenyum lembut kearah Natalie yang saat itu juga melihat kearahnya. " Apa hatinya masih sama.." Natalie masih terdiam, sehingga suara desahan dari kamar Dylan memecahkan keheningan antara mereka. " Ganas juga Dylan.." komen Aaron lalu melirik nakal kearah Natalie. " Pasti gadis itu sangat menikmati permainan Dylan.." dia mengedipkan mata. " Mau merasakan.." Natalie memandang kesal pada Aaron yang terus menggodanya. " Keluar kamu.." " Aku masih merindui kamu, Nata.." Aaron mendekati ranjang dan merebahkan tubuhnya disana. " Aahh.. ampun! Stop.." desahan di kamar hujung itu jelas terdengar sampai di kamar Natalie. Kedua mata Natalie membulat mendengar desahan itu saat yang sama kedua mukanya mendadak memerah karena malu. Aaron memperhatikan wajah Natalie yang tampak tegang dan gelisah. " Biasa saja kali mukanya, Nata.." Natalie mengalihkan pandangan kearah Aaron yang sedang tertawa menyebalkan. " Aaron.. keluar kamu dari sini.." Natalie mendekati Aaron dan ingin menarik tangan pria itu untuk bangun. Namun Aaron dengan nakal tangannya yang berada di paha di bawa ke atas pusakanya. Natalie yang seperti terpancing mencoba mengikutkan tangannya ke atas, dan sialnya pria itu dengan cepat menariknya lagi ke atas kepalanya. Sehingga tangan Natalie yang satu lagi tanpa sengaja memegang pusaka Aaron. " Aahh!" Desah Aaron. Natalie terperanjat kaget mendengar desahan pria itu dan terus menarik tangannya dari sana namun dia lagi lagi kalah cepat. Aaron menaik tangannya sampai dia terjatuh di atas pria itu. " Lepaskan, Aaron.." Bukannya melepaskan Aaron malah berguling sehingga Natalie berada di bawahnya. " Lepas, Aaron.." Natalie mencoba berontak di bawa pria itu. " Jangan sampai aku berbuat kasar, Aaron.." ancam Natalie ketika kedua tangannya di angkat keatas kepalanya. " Kamu sangat cantik, Natalie.." Aaron mengabaikan makian dan umpatan gadis itu. " Itu juga cantik, pasti rasanya manis." Hujung jari pria itu mengusap bibir Natalie. Dan... Tiba tiba dia melumat bibir gadis itu seperti orang kelaparan. " Manis.." " Aaron.. kamu mau melecehkan aku.." Natalie menggelengkan kepala kiri kanan berusaha menghindari Aaron yang kembali ingin menciumannya. Namun pada akhirnya dia tertangkap juga. Natalie merapatkan bibirnya tak membiarkan Aaron menyusupkan lidahnya. Aaron yang sudah alih dalam menaklukkan wanita, dia meremas salah satu melemahkan wanita itu, dia membelai gundukan itu di balik baju yang Natalie kenakan. " Aah!" Erangan kecil keluar dari bibir Natalie. Kesempatan itu tak di sia siakan Aaron, dia langsung menyusupkan lidahnya masuk ke dalam mulut gadis itu. " Natalie..!" Panggil Nick dari luar kamar menyadarkan kedua manusia itu. Natalie langsung menolak tubuh Aaron hingga terjatuh atas ranjang. Sebenarnya sejak tadi, bisa saja Natalie melepaskan diri begitu mudah dari Aaron, tapi entahlah Aaron tak mengerti gadis itu tak menggunakan tenaga ketika berontak tadi. " Nata... Buka pintunya.." " Nick akan membunuhmu kalau tahu kamu ada di kamarku.." " Baiklah, Sayang.." jawaban yang tak di inginkan Natalie. Kenapa pria itu begitu tenang bukankah seterusnya dia takut. Semantara Aaron yakin, gadis itu pasti tak akan membiarkan Nick menghajarnya begitu saja. Dan benar saja, Natalie sedang berfikir bagaimana cara menyembunyikan Aaron tanpa di ketahui Nick. " Ayo ke kamar mandi.." ~ Bersambung ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD