" Apa kau mau kita mati, Nata..!" Teriak Aaron karena Natalie mengendarai mobil dengan begitu laju.
" Diamlah.." Bentak Natalie sambil mengambil pistol yang terselip di pinggang Aaron.
" Natalie.."
" Itu mobil Dylan.." katanya sambil mengeluarkan sebelah tangannya yang memegang pistol.
Dan tembakan tepat mengenai yang mengendarai motor tersebut yang sedang mengejar mobil Dylan.
Kemudian suara bantingan keras terdengar.
Semantara Aaron terperangah melihat pemandangan cukup menakjubkan itu.
" Woah!"
Dylan yang melewati mobil yang di bawa Natalie memberi isyarat, jangan membiarkan mereka hidup.
Natalie yang memahami isyarat itu mengangguk.
Para musuh yang menyadari keadaan tak aman memutar mobil, dan pergi dari sana.
Namun Natalie yang sudah mendapat perintah dari Dylan, jangan membiarkan ada musuh yang hidup mengejar mobil tersebut.
" Tuan, kenapa mereka mengejarnya?" Tanya Sarah sambil menoleh ke belakang.
" biarkan saja.." Dylan menoleh kearah Sarah sekilas. " Kamu baik baik saja, Sayang."
" Aku baik baik saja.."
" Sekarang kita akan ke markas.."
Dylan yang saat ini sudah membawa mobil dengan kelajuan sederhana menarik tangan Sarah dan mengecupnya.
***
" Mereka mengejar kita.." kata pria yang mengendarai mobil jeep itu sambil melihat kearah kaca spion.
" Aaron.."
" Aku tahu.."
Aaron menyiapkan pistol lalu mengeluarkan tangan dan kepalanya dari jendela mobil.
Dia melepaskan tembakan, dan mengenai badan mobil musuh.
" Sial.." umpat yang mengendarai mobil jeep itu. " Mereka sepertinya berniat membunuh kita.."
" Aku kesulitan menembak sasaran, Nata.."
Geram Aaron sambil mengisi lagi peluru pada pistol.
" Oh ya?" Jawab Natalie setengah mengejek, lalu mengambil pistol dari tangan Aaron.
Tanpa aba aba dia menembak kaca mobil di depannya.
" Kau gila?!" Teriak Aaron karena kaca mobil sudah pecah.
Natalie hanya diam, sambil memejamkan mata, dia coba berkonsentrasi, dan detik kemudian dia membuka mata.
Dor!
Natalie masih membawa mobil dengan kelajuan tinggi melepaskan tembakan.
Karena yang tertembak tadi adalah yang mengemudi sehingga mobil jeep itu kehilangan keseimbangan.
Mobil yang di kendarai Natalie sudah berjajar dengan mobil musuh, dia tak menyia nyiakan kesempatan itu.
Dia mengarahkan pistol ke jendela mobil, dan menembak sampai peluru di pistol tersebut habis.
" Mau di isi lagi.." tanya Aaron sambil mengambil pistol itu dari tangan Natalie.
Dia tak banyak berbuat apa sejak tadi, yang dia lakukan hanyalah mengagumi tindakan Natalie.
Natalie menjeling jengkel kearah pria itu.
" Bagaimana dengan motor satu lagi, Nata.." tanya pria itu dengan polos.
Natalie sekali lagi memandang jengkel kearah Aaron.
Lalu suara mobil berguling di jalan aspal itu terdengar.
" Ternyata ada yang masih hidup.." kata Natalie kesal saat melihat ada yang keluar dari dalam mobil itu, lalu melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari dalam mobil.
Aaron melihat Natalie mengambil kepirangan pecah di atas mobil, lalu gadis itu berjalan kearah mobil musuh.
" Biarkan saja itu menjadi urusan wanita psikopat.." gumam Aaron sambil mendail nombor Brian.
" Bray.. ada satu motor yang lolos.."
" Anak buahku yang berada di perbatasan sudah berhasil menangkap mereka.." jawab Brian di sebarang sana
" Baiklah.."
Aaron mematikan talian, lalu memandang ke depan, dia melihat bagaimana Natalie menyembelih pria itu dengan kaca tajam yang di bawa gadis itu tadi.
Dan kemudian tanpa perasaan menendang wajah pria itu.
" Bagaimana aku bisa mencintai gadis psikopat itu.." Gumamnya.
***
Dylan dan Sarah sesampai mereka di markas di sambut dengan beberapa pengawal.
Dylan menarik pinggang gadis itu di iringi jelingan maut kearah semua anak buahnya.
Sehingga saat itu tiada seorang pengawal pun yang berani mendongak memandang mereka apalagi Sarah.
" Kamu mau ikut aku, atau langsung ke kamar saja.." tanya Dylan saat mereka sudah di dalam markas.
" Ke kamar aja sepertinya.." jawab gadis itu sedikit ragu.
" Baiklah.." Dylan mendekatkan bibirnya ke pipi gadis itu dan menciumnya dengan gemas.
" Urm tuan.."
Sarah menarik tangan pria itu yang sudah mau melangkah pergi, lalu mencium bibir Dylan.
Pasti dia menginginkan sesuatu. Fikir Dylan sambil memandang wajah Sarah yang sedang mengalungkan kedua tangan di lehernya.
" Apa yang kau inginkan.. hemm.." tanyanya dengan lembut sambil mengelus pipi Sarah dengan jempolnya.
" Aku akan lakukan apapun asal tuan mengabulkan permintaanku, apa boleh.."
Dylan mengerutkan dahinya, sebenarnya apa yang di inginkan gadis itu, dia terlihat khawatir.
Tetapi mendengar kata Sarah melakukan apapun yang Dylan mau, pria itu tersenyum.
" Apapun.."
Sarah mengangguk kaku, sebenarnya dia juga takut, bagaimana kalau pria itu meminta yang tidak tidak.
" Katakan apa yang kamu inginkan.."
" Aku...." Sarah menarik nafas dalam, dan dengan penuh keyakinan dia melanjutkan ucapannya. " Bisakah tuan melepaskan gadis itu, dia tak bersalah.."
Dylan yang semula tersenyum dan bersemangat mendengar kata kata yang keluar dari bibir gadis itu.
Mendadak berubah dingin, yang benar saja Sarah memintanya untuk melepaskan gadis yang sudah sejak lama ingin di habisinya itu.
" Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, asal kamu mau—"
" Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu." Dylan memotong ucapan gadis itu dengan dingin.
Detik kemudian meninggalkan Sarah begitu saja.
" Apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan dia.."
***
Cristal yang sedang terduduk di hujung kasur di kejutkan dengan kedatangan tiga orang pria bertubuh besar masuk di kamar itu tanpa baju.
Kemudian di susul oleh dua orang pria lagi, kedua membawa camera di tangan mereka.
Cristal beranjak dari duduknya sambil memperbaiki pakaiannya, dia merasa ada sesuatu yang ingin mereka lakukan padanya.
" Lepaskan, Flora.. Dylan.." teriak Jackson yang tiba tiba di bawa ke dalam kamar itu oleh dua orang pengawal.
" Kalau kamu dendam padaku silakan hukum aku tapi jangan apa apakan dia.."
Jackson di dudukkan ke kerusi dengan paksa lalu di ikat kedua tangannya disana.
" Request yang terbaik.." kata Dylan yang memasuki kamar itu dengan pakaian santainya.
" Dulu ketika daddyku meminta untuk melepaskan anak istrinya apa kau menuruti kemahuan Daddyku?"
Dylan memandang sinis kearah Jackson yang sudah babak belur.
" Tidak, bukan?"
Jackson menggelengkan kepala, dia inginkan mengatakan sesuatu tapi bibirnya kelu.
Apakah Dylan akan mempercayainya lagi,
Setelah banyak kebohongan yang dia lakukan selama ini untuk menutupi kejahatannya.
" Papa?" Kata gadis itu ketakutan.
Dan saat itu juga Dylan mengalihkan pandangan kearah gadis itu, tetapi hanya seketika, dia tak sudi menatap wajah anak dari pembunuh keluarganya itu dengan lama.
" Kalian mulai.." kata Dylan memberi perintah.
" Tidak, jangan lakukan.." gadis itu mundur ke belakang. " Papa, tolong Flora, pa.. PAPA..!!"
Gadis itu di angkat dan di banting ke atas ranjang.
Dan Dylan cukup puas melihat penderitaan di wajah Jackson.
" Lepaskan pakaiannya.."
Gadis itu di telanjangi dengan paksa, baju dan celananya di tarik paksa sehingga robek, dan hanya menyisakan celana dalam dan bra.
" Siapkan camera.." perintah Dylan lagi.
Tangisan dan jeritan ketakutan gadis itu bagaikan lagu merdu yang begitu indah terdengar di telinga Dylan.
Jackson terus berontak dan memohon pada Dylan untuk melepaskan Cristal, namun Dylan menulikan telinganya.
Semantara itu di sisi lain, Kim tersenyum lebar sambil memandang laptopnya.
Ya, dia melihat semua yang di lakukan Dylan pada adik kandungnya, melalui camera yang di sembunyikan di kamar tawanan itu.
" Bodoh.." pria itu tertawa sinis, dia benar benar puas melihat Dylan memperlakukan adiknya layaknya jalang tanpa dia sadar.
" Aku yakin pria tua itu tak akan berani membuka mulut, sekalipun dia mengatakan aku sangsi Dylan akan mempercayainya lagi.." Gumamnya lagi.
" Setelah ini penyesalan seumur hidup akan kau rasakan, Dylan.."
~ Bersambung ~