Sarah memalingkan wajahnya ke samping dengan linangan airmata di kedua matanya.
Dia tak berusaha melawan, karena itu akan sia sia saja.
Dylan mencium, mengecup dan menggigit leher jenjang gadis itu dengan penuh emosi.
Sehingga setiap ciumannya ada jejak yang tertinggal di sana.
Sarah menguatkan hati untuk tak melawan walaupun dia merasa sakit di area leher dan dadanya yang di kecup kuat pria itu.
Sehingga tiba tiba dia merasakan tangan hangat pria itu masuk ke dalam celananya dan menggesek jarinya di bawa sana.
Dylan melihat gadis itu dengan kesal yang seolah tak mau melihat wajahnya.
Dengan kasar dia menarik wajah gadis itu dan memakan bibirnya dengan sangat kasar.
Sarah hanya diam, tak membalas ciumannya, tetapi tak juga berusaha melawan.
Dylan yang kesal karena Sarah tak membalas ciumannya, membuka mata dan memandang kedua mata gadis itu yang berkaca kaca.
Dan detik itu juga Dylan sadar kesilapannya, dia ingat dengan janjinya yang tak mau berbuat kasar lagi pada gadis itu.
Dia melepaskan ciumannya dan memandang Sarah yang tampak berantakan.
" Sayang?" Raut wajah penyesalan jelas terlihat di wajah tampan pria itu.
Sarah memalingkan wajahnya dengan bibir bergetar, dia benar benar di perlakukan w************n oleh pria itu.
Sehingga tiba tiba Dylan menariknya, dan mendudukkan Sarah di atas pangkuannya.
" Maaf sayang.."
Dylan mengelus belakang Sarah yang benar benar bergetar ketakutan.
Sarah hanya diam, tanpa suara, dan berulang kali kata maaf keluar dari bibir pria itu sambil mengecup kepalanya.
" Maaf sayang.. maafkan aku.."
" Lepaskan aku! Hiks.. Hiks.." Sarah meronta dalam pelukan pria itu. " Tuan sudah berjanji untuk tak berbuat kasar padaku, tapi nyatanya.."
Namun nyatanya sekuat apapun dia berusaha agar tak luluh dengan perlakuan lembut pria itu.
Sarah tetap kalah dengan perasaannya, dia membalas pelukan pria itu dan menangis terisak isak.
" Maaf.."
Meskipun masih ada amarah dalam hati, tapi Dylan coba untuk mengontrol emosinya.
Benarkah Kim adalah cinta pertama Sarah?
Lihat saja aku akan membunuhmu kalau kamu berani mengambil Sarah dariku.
***
" Tuan.." panggil seorang anak buahnya yang sedang mendekati Nick, yang sibuk menyusun jantung manusia dalam box.
" Ada apa?" Tanya pria tanpa baju itu, tubuh dan wajahnya juga di penuh darah.
" Tuan Lee ingin berbicara.." kata anak buahnya itu takut takut. " Katanya penting.."
Tanpa mendekat ponsel itu pada Nick, anak buahnya, menekan membesar suara.
" Ada apa?"
" Nick, Dylan akan kembali hari ini ke markas, tolong amankan gadis itu.."
" Aku akan berusahakan.." jawabnya sambil memandang kearah ke puluhan orang yang harus dia keluarkan jantungnya.
Jangan jangan Dylan sengaja menyibukkan aku disini karena tak mau misi balas dendamnya terganggu.
" Siapkan es lagi.."
***
Dylan yang sedang menyetir memandang Sarah yang duduk di sebelahnya.
Gadis itu sejak tadi hanya mendiamkan diri, saat ini mereka sudah menuju ke markas.
Hari ini, Dylan akan selesaikan urusannya dengan Jackson.
Istirahat dua hari rasanya itu sudah cukup membuat Jackson mengingat semua kesalahannya.
" Apa kita akan ke markas dan membunuh gadis itu?" Tanya Sarah memulai pembicaraan.
" Iya.." jawab Dylan merasa senang karena akhirnya gadis itu mau berbicara lagi dengannya.
" Dia akan membayar atas perlakuan ayahnya pada keluargaku.."
" Tapi apakah itu adil, ayah yang membuat kesalahan anaknya yang harus menanggung akibatnya.."
Dylan mengerutkan dahinya, karena gadis itu berbicara dengan suara dingin.
" Lalu bagaimana denganku apakah aku harus menyuruh anakku di kemudian hari untuk membalas dendam padamu atas siksaan yang selama ini kau lakukan padaku.." geram Sarah, rasanya dia sudah cukup bersabar dengan sifat egois pria itu.
Ketika mendengar perbualan Dylan dengan seseorang tadi lewat telefon.
Sarah yang semula ingin terus kembali kerumah utama mengurungkan niatnya, dan memilih mengikuti pria itu ke markas.
Dia mendengar Dylan menyebut menyediakan camera yang bagus dan beberapa pengawal disuruh bersedia.
Apa sebenarnya yang di rencanakan pria itu lagi, apa jangan jangan dia mau membuat film porno?
" Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan selama belasan tahun ini, dan inilah waktunya membuat mereka menerima balasannya.." Kata Dylan yang seolah sudah bisa membaca isi fikiran gadis itu.
" Tapi haruskah kau melibatkan anaknya yang tidak mengetahui apa apa?"
Hati kecil Dylan membenarkan kata kata Sarah, tetapi dendamnya mengalahkan semua kebenaran itu, dan menganggap semua itu adalah kesalahan, termasuk anak Jackson juga harus menerima akibatnya.
" Apakah mobil di belakang itu mengikuti kita?" Tanya Sarah dengan kesal.
Dylan hanya tersenyum kecil, ternyata Sarah begitu menggemaskan dalam mood tak baik seperti itu.
Dia mengalihkan pandangan kearah kaca spion mobil, sebenarnya sejak tadi Dylan sudah menyadari mobil yang mengikut mobilnya, Tapi dia bersikap biasa saja.
" Kau masih punya waktu untuk mengoceh sebelum aku menghabisi mereka.."
Pria itu memandang ke arah Sarah sekilas sambil memainkan alisnya, untuk menggoda Sarah.
Sarah yang geram dengan Dylan, menjeling tajam kearahnya, sebenarnya Sarah sudah sangat ketakutan tapi Dylan malah bersikap santai saja.
Dylan hanya tertawa dan merogoh ponsel dalam saku hoodienya untuk menghubungi seseorang.
" Aaron?"
***
" Ingat, tidak usah membunuhnya kalian cukup menangkap gadis itu hidup hidup.."
Perintah Brandon lalu mematikan talian.
" Tuan.."
Asistennya mendekati Brandon yang sedang tertawa tak jelas itu.
" Ada apa?"
" Kita ada masalah, dari anggota mafia Red Dragon yang bernama Nick, akan menjual jantung di sekitar wilayah kita dengan harga yang mampu milik malam ini.."
" APA?!" Pekik pria tua yang bahkan bingkai foto di atas meja langsung di banting keras.
" Kenapa penyusup di wilayah mereka tidak ada yang melaporkan masalah ini.."
" Mereka sudah tidak ada, tuan.. bahkan anak buah kita yang di kirim kesana sudah tidak ada kabar lagi.."
Pria tua itu yang baru saja merasa gembira, kini mengepalkan tangan karena marah.
" Halang pria itu.. kalo bisa habisi saja.." geramnya.
" Tidak bisa tuan.." pria muda itu menundukkan kepala, dia seolah sudah tak sanggup penjelasan berita buruk lainnya.
" Ada apa lagi.."
" Brian dari anggota Red Dragon sudah memerintahkan anak buahnya untuk menguasai tempat pelelangan itu, Tuan.."
Brandon kembali terduduk lemas, bukankah pria muda itu sedang koma?
" Bukannya dia sedang koma?"
" Menurut informasi yang saya dapat, itu hanya pura pura, Tuan.. untuk melancarkan rencana mereka.."
" Berarti mereka mahu menguasai bisnesku." Gumam Brandon, dadanya tiba tiba sesak, kenapa semua ini terjadi?
" Bagaimana kabarmu pak tua?" Tanya Kim yang tiba tiba memasuki ruangan itu, bahkan dia sudah lengkap dengan jas hitamnya.
" Kau?!"
" Kaget aku masih hidup.." Kim tersenyum sinis lalu duduk di depan Brandon.
Lalu mendongak memandang asisten Brandon yang kesulitan mengubah raut wajah terkejutnya.
" Sepertinya kabarmu kurang baik.." kata Kim mengejek Brandon.
" Pasti ini adalah rencanamu.." Brandon menodongkan pistol kearah Kim yang masih kelihatan santai itu. " Kau pengkhianat!!"
" Sejak awal aku sudah tegaskan pak tua, aku hanya berurusan dengan Dylan bukan dengan bisnesmu apalagi berurusan dengan Red Dragon.."
Kim masih tertawa mengejek.
" Sialan kau, Kim.." geram Brandon, dia mau membunuh pria itu namun hanya Kim saja harapannya saat ini. " Apa yang kamu sudah lakukan sebenarnya.."
" Hanya memberi mereka sedikit informasi asli tentangmu.."
" Apa?!"
" Dan sepertinya Dylan sudah mengingatmu."
~ Bersambung ~