Ella bodoh?

1011 Words
Bodohnya Ella, meskipun sudah tahu jika Hendra tidak ingin memiliki hubungan dengannya lagi tetap saja Ella menginginkan penjelasan. Setidaknya alasan kenapa Hendra menghilang begitu saja. Ya wajar bukan, mereka sudah sama-sama dewasa dan setiap ucapan yang dilontarkan bukan lain ucapan yang main-main. Ella masih mengirim Hendra pesan, entah itu soal bertanya kabar atau bahkan langsung mengirim pesan berisi meminta penjelasan. Meksipun begitu, Hendra tidak kunjung membalas. Foto profilnya masih ada, yang berarti Hendra tidak memblokir kontaknya. “Lo maunya apa?” teriak Ella masih tidak mengerti. Jika ingin menyakiti seharusnya tidak setengah-setengah begini. Kalau ingin menghilang, maka blokir nomor saja nomor Ella maka itu sudah sangat cukup. Jika kontesnya seperti sekarang Ella masih memiliki pemikiran baik tentang Hendra. Bisa saja Hendra memang benar-benar sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan dirinya atau ada masalah yang cukup besar sehingga memilih untuk menyendiri. Jika ada diposisi Ella, apa yang akan kalian lakukan? Oke mungkin menyuruh Ella menjauh dan tidak memikirkan Hendra lagi. Mulut Ella bisa berkata seperti itu tetapi tidak dengan hatinya. Terlalu sakit membayangkan semua mimpi dan harapan yang sudah mereka bincangkan sirna bagai ditelan bumi. Ella baru pertama kali jatuh hati, dia baru pertama kali menaruh perasaan yang bukan main-main. Tujuannya bukan lagi untuk bersenang-senang melainkan untuk membina rumah tangga nanti. Rasa sakitnya tidak sepela, bahkan nafsu makannya menghilang entah kemana. Meskipun Ella sudah mengungkapkan rasa kegalauan kepada teman-temannya, tetapi tetap saja Ella tidak mengungkapkan segalanya. Dia memang bodoh dan orang lain pantas menilainya demikian tetapi soal hati terlalu sensitive. Lihat sekarang, Ella menjadi sosok yang tidak bersemangat melewati hari. Biarlah, dia tidak ingin makin terpuruk. Jika ditanya soal ibadah, Ella menjalankannya. Sebentar-sebentar dia bisa menerima keadaan ini tetapi sebentar-sebentar dia galau lagi. Pokoknya Ella menjadi manusia yang tidak jelas dan karuan abad ini. Ella bertanya-tanya apa begini rasanya patah hati? Kenapa sakit sekali, dia bisa menangis dengan sebab sepele seperti tidak mendapat balasan dari sang Abang dalam grup keluarga. Sekarang Ella berada sendiri di rumah karena kedua orang tuanya berada di Bandung untuk menjumpai anak sulungnya yaitu Afzal. Sebenarnya Ibu dan Ayah mengajak dirinya untuk ikut, tetapi Ella menolak karena ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja. Bisa-bisa Ella dipecat tanpa uang pasangon. Kan rugi besar! Ella tidak takut berada sendiri di rumah, setidaknya dia bisa berteriak dengan keras. Ya itu yang sering ia lakukan untuk menyampaikan suasan hati yang sedang kacau. Kata orang cara menyembuhkan patah hati dengan jatuh hati kepada orang lain, rasanya itu amat mustahil bagi Ella. Ia bahkan trauma sendiri untuk jatuh hati pada orang lain nanti kedepannya. “Ella…” Teriakan tidak asing terdengar. Ella sangat tahu siapa pemilik suara tersebut. Dia adalah kakak ipar Ella yaitu istri dari Baizhan bernama Ayu. Setiap pagi pasti Ayu datang ke rumah untuk membangunkan Ella dan juga mengantarkan sarapan. Istri Baizhan memang baik sekarang, Ella saja sampai penasaran bagaimana cara Baizhan merebut hati Ayu. “Iya Kak, aku udah bangun kok,” balas Ella dengan sedikit berteriak agar suaranya dapat didengar oleh Ayu. Sebenarnya umur Ayu dan Ella tidak jauh berbeda, meraka hanya terpaut 1 tahun saja. “Jangan lupa sarapan ya sebelum berangkat kerja!” “Iya Kak, terima kasih.” Ella tidak keluar karena penampilan sangat berantakan sekarang, apalagi matanya sembab karena selesai menangis. Miris sekali hidup Ella akhir-akhir ini hanya karena masalah percintaan yang memilukan. Ella bersiap untuk berangkat kerja, meksipun semangatnya pergi entah kemana tetap saja Ella harus pergi bekerja. Pukul tujuh tiga puluh dia sudah selesai sarapan, saatnya Ella menuju tempat kerja. Tetapi sebelum itu, dia ke rumah abang keduanya terlebih dahulu. Entah ada urusan apa, ya isi pesan yang dikirim sang Abang sepertinya memuat hal penting. “Ulu ulu sayangnya Bunda!!!!” ucap Ella gemas melihat keponakannya yang masih berusia 1 tahun. Habislan pipi sang keponakan karena tangan usil Ella. “Jangan digendong La, Faiz nggak pakai pampers!”ucap Ayu yang baru saja keluar dari rumah. Ella mengurungkan niat untuk menggendong sang keponakan, jangan sampai dia harus mengganti pakaian kembali karena terkena pipis Faiz. “Ada apa Kak?” tanya Ella. “Abang beli coklat tadi malam,” balas Ayu sambil memberikan beberapa bungkus coklat. Ella merasa senang mendapat rezeki seperti ini. “Kak Ayu yang beli!” Baizhan langsung angkat bicara. Pokoknya dia terlal gengsi untuk mengakui perhatian dan kasih sayangnya kepada Ella. Baizhan adalah Abang langkah yang tidak akan Ella dapati dimanapun. “Ya pasti Kak Ayu yang beli, mana mungkin lo sih Bang! Ayu hanya bisa tertawa gemas melihat bagaimana suami dan adik iparnya itu berinteraksi. Padahal coklat itu memang dibeli oleh Baizhan khusus untuk Ella. Baizhan tahu jika suasana hati Ella sedang kacau tetapi dia terlalu malas untuk bertanya. Ella mengucapkan terima kasih dan langsung menghidupkan motor menuju tempat kerja. Entah kenapa dia tidak terjebak macet sehingga bisa datang ke kantor tepat waktu. Selalu saja dia akan bertemu dengan Zaki di tempat parkiran, buat mood tambah buruk saja. “Galau Neng,” sindir Zaki. Tiap hari disindir seperti itu bikin darah makin tumpah kemana-mana. “Jangan pancing gue, sana lo!” Ella mengusir Zaki begitu saja. “Selama ini nggak pernah galau, eh sekalinya galau bikin dunia langsung suram. Lemah lo!” Kan kan mulutnya makin tidak beradab, ingin sekali Ella mendoakan agar Zaki nantinya merasakan patah hati sama seperti dirinya. Tetapi Ella tidak sejahat itu, dia juga tidak ingin teman-temannya merasakan hal yang sama seperti dirinya. Terlalu sakit, ya begitulah kira-kira. “Kapan sih hari gue bisa tenang tanpa kehadiran makhluk kayak lo.” “Bentar lagi tenang aja, ntar kalau gue nggak ada lo rindu lagi.” Zaki sudah tertawa. Dia memang berniat berhenti dari perusahaan. Lebih baik fokus pada bisnisnya sendiri dari pada pusing dengan pekerjaan yang tidak ada selesai-selesainya. Toh Abangnya masih ada jika perusahaan membutuhkan penerus setelah Ayahnya pensiun. “Rindu?” beo Ella. Dia langsung memuntahkan udara dalam hitungan detik. Perdebatan yang terjadi tidak selesai-selesai bahkan ketika memasuki tempat kerja. Pokoknya ada-ada saja yang Zaki katakan yang memancing jiwa bar-bar Ella keluar. Pantas saja karyawan kantor yang jomblo tidak ada yang menyukai dirinya, mereka terlalu takut mendekati Ella yang bar-bar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD