Selamat membaca!
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lamanya, mobil yang dikendarai oleh Sean tampak mulai memasuki gerbang kediaman Decker. Seketika pikiran Alex pun langsung tertuju pada sosok wanita yang saat ini sedang menjadi tawanannya.
"Kira-kira wanita itu sedang apa ya?" tanya Alex di dalam hatinya yang entah kenapa teringat akan sosok Sandra.
Tak berapa lama setelah mobil tepat berhenti di teras rumah, Alex langsung keluar dan melangkah panjang untuk masuk ke dalam rumah. Sementara Evans bersama anak buahnya yang lain langsung sibuk mengeluarkan senjata-senjata yang berada di bagasi mobil untuk dipindahkan ke sebuah gudang yang berada di sudut rumah.
Pandangan Alex terus melihat ke setiap sisi ruangan yang ada di rumahnya untuk mencari sosok wanita yang sudah dua kali ia nikmati tubuhnya itu.
"Ke mana wanita itu?" Alex pun langsung mengarahkan kedua kakinya untuk menuju kamar Sandra setelah tak berhasil menemukannya di ruang tamu maupun di ruang keluarga.
Setibanya di depan kamar tamu, Alex tanpa mengetuk pintu langsung masuk dengan seenaknya ke dalam kamar. Namun, kedua matanya tetap tak berhasil menemukan Sandra di dalam kamar.
"Kurang ajar! Ke mana wanita itu? Apa jangan-jangan dia melarikan diri dari rumah ini saat aku tidak ada."
Alex berdecih kesal dengan amarah yang saat ini tengah membuncah dalam dirinya. "Awas saja jika wanita itu sampai kabur, aku tidak akan segan untuk meledakkan kepalanya dengan pistolku."
Alex terus melangkah keluar dari kamar dan bergegas mencari keberadaan Sandra di setiap ruangan. "Apa wanita itu ada di luar rumah ya? Kenapa aku tidak juga menemukannya di dalam rumah, padahal sudah semua ruangan aku datangi?" geramnya dengan sorot mata yang tajam.
Kini pria itu kembali melangkah menuju teras rumahnya dan seketika pandangannya terhenti ketika sorot matanya menangkap sebuah objek yang memang sejak tadi dicarinya
"Ternyata di sana wanita itu berada, tapi untuk apa dia bersama Mommy di garasi mobil?" tanya pria itu dengan kedua alis yang saling bertaut.
Alex pun langsung menghampiri keduanya dengan sorot mata yang terus menatap Sandra.
"Mom, ternyata kamu di sini, aku mencarimu dari tadi." Alex mencari alasan agar ibunya tidak tahu bahwa ia mencari Sandra yang saat ini terlihat sibuk mengotak-atik mesin mobil milik Grace.
"Tumben mencari Mommy. Apa kamu sedang sakit, Lex?" Grace menyentuh dahi putranya itu dengan telapak tangannya.
Mengetahui kedatangan Alex, Sandra tetap bersikap biasa dan berusaha menghiraukannya. Namun, ia sesekali melirik ke arah pria itu, walau kedua tangannya sedang sibuk dengan mesin mobil milik Grace.
"Kamu enggak sakit, tapi tumben kamu mencari Mommy? Memangnya ada apa?" Grace mengusap dagunya sambil berpikir dengan rasa penasarannya.
"Aku memang mencari Mommy karena aku ingin mengajak Mommy makan di restoran. Ya, anggap saja sebagai perayaan karena aku berhasil dalam transaksi hari ini." Nada suara Alex dalam beberapa detik terdengar manja saat sedang berinteraksi dengan ibunya.
Grace pun tersenyum mendengar tawaran dari putranya sambil mengusap wajah Alex dengan sebelah tangannya. "Ya sudah kalau begitu, Mommy siap-siap dulu ya, Lex. Oh ya Sandra, saya tinggal ya." Grace mulai melangkahkan kakinya, meninggalkan Alex dan Sandra untuk masuk ke dalam rumah.
Sementara Alex langsung mendekat ke arah Sandra ketika Grace sudah tak lagi terlihat oleh pandangannya.
"Oh ya, kamu ikut ya bersamaku! Kamu harus belajar menjadi Nyonya Decker ketika aku ajak ke luar, tapi jika di rumah kau hanya akan aku anggap sebagai seorang pembantu!" Senyum mengejeknya Alexa tampak mengembang dengan sempurna. Membuat Sandra bergedik ngeri karena membayangkan kehidupan macam apa yang akan ia jalani bersama Alex kelak.
Raut wajah Sandra pun seketika berubah sendu dengan rasa kecewa yang mulai membalut hatinya.
"Inilah hidup yang harus aku jalani, hidup yang sangat menyedihkan bersama laki-laki kejam dan tak memiliki perasaan sama sekali. Terima kasih ayah, atas penderitaan ini," batin Sandra penuh kesedihan sambil terus merutuki kesalahan ayahnya yang menjadi penyebab dirinya harus berurusan dengan Alex. Hatinya terus mengeluh kesal atas apa yang terjadi dalam hidupnya saat ini.
Ketika Alex hendak pergi meninggalkan Sandra, tiba-tiba saja sosok wanita berparas cantik yang merupakan salah satu model terkenal di kota Paris, tiba-tiba datang mendekatinya setelah ia memarkir mobil miliknya di pelataran rumah kediaman Decker.
Wanita itu pun menatap dengan sorot matanya yang dalam sesaat setelah dirinya tiba di hadapan Alex. Namun, kedatanganya tak mendapatkan sambutan yang baik dari pria itu yang malah menampilkan raut amarah di wajahnya.
"Menyingkir dari hadapanku Selin!" Alex tiba-tiba dengan kasar menyibak tubuh Selin dengan rahang wajahnya yang sudah mengeras dan terlihat dingin menatap Selin.
Selin pun masih bersikeras dan tak membiarkan Alex pergi dengan kembali menghalangi langkah pria itu.
"Alex, mau sampai kapan kamu cuek dan tidak peduli terhadapku?" tanya Selin menuntut dengan masih berdiri di hadapan pria yang saat ini sedang diliputi amarah.
Ketika sorot mata Alex semakin menajam, tangannya tiba-tiba menyingkirkan tubuh Selin hingga membuatnya terjatuh ke aspal. Alex pun pergi begitu saja, meninggalkan wanita itu yang terlihat sedang kesakitan.
"Ternyata bukan hanya kepadaku, tapi sikapnya juga dingin terhadap wanita itu. Aku jadi kasihan terhadapnya, apa dia bodoh mencintai pria itu? Padahal banyak pria di luar sana yang pastinya lebih baik dari Alex! Apalagi dia cantik dan seksi," batin Sandra menatap Selin dengan penuh rasa iba.
Akan tetapi, tatapan mata Sandra malah diartikan sebuah penghinaan oleh Selin hingga membuat kemarahan wanita itu memuncak. Saat ini, ia merasa kalah dari Sandra karena tak berhasil mendapatkan Alex. Bahkan perlakuan yang diberikan oleh pria itu terhadapnya sungguh terbilang kejam seperti tak memiliki hati.
"Alex, kenapa kamu mau menikah dengannya, sementara kamu menolak perjodohan kita? Memang apa kurangnya aku dari wanita yang hanya seorang montir ini? Aku itu cantik, berpendidikan, aku juga seorang model terkenal yang sedang naik daun, semua pria tergila-gila padaku Alex. Namun, mereka aku abaikan karena aku mencintaimu," teriak Selin dengan keras hingga membuat Alex tertegun dan menghentikan langkah kakinya.
Alex pun mulai berbalik sambil terus menatap wajah Selin yang kini sudah mencoba untuk kembali berdiri. Tatapan mata pria itu tak teralihkan dengan terus menatap tajam wajah Selin sampai membuat wanita itu tersenyum. Ia mulai berharap perkataan yang diucapkannya tadi mampu merubah pikiran Alex dan membuat pria itu menjadi luluh terhadapnya.
"Semoga Alex mempercayai setiap perkataanku dan akan menikahiku. Setelah itu aku akan menguasai semua hartanya." Selin terus berharap di dalaman hatinya, sambil menatap wajah Alex hingga tak berkedip sedikit pun.
Selin yang masih terus menatap Alex dengan tatapan memohon begitu percaya diri dan yakin jika Alex mempercayai apa yang telah dikatakannya. Namun, ternyata apa yang dilakukan Alex berbanding terbalik dengan apa yang diharapkannya.
Alex malah mencengkram rahang wajah Selin dengan keras hingga tubuh wanita itu sedikit berjinjit dan mengaduh kesakitan.
"Alex lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan padaku? Apa kamu gila, aku ini seorang wanita, lepaskan aku, Lex!" Selin terus mencerca pria yang saat ini tak menghiraukan rasa sakitnya, pria itu malah memperlihatkan seringai yang menakutkan dan membuat Selin bergedik ngeri saat menatapnya.
"Kenapa jadi begini? Ternyata Alex semenyeramkan ini! Pria ini begitu dingin menatapku, seperti tak ada belas kasihannya sama sekali!" gerutu Selin di dalam hatinya yang baru menyadari bahwa Alex adalah seorang pria yang tak memiliki hati.
Walaupun dengan suara yang seperti tercekik, Selin terus berusaha memohon kepada Alex untuk melepaskannya. Sampai akhirnya, Sandra yang tidak tahan dengan perlakuan Alex terhadap Selin dengan cepat langsung menghampirinya. Ia tidak menghiraukan akibat yang akan diterimanya nanti bila ia melawan Alex. Bagi Sandra saat ini yang terpenting adalah membantu Selin karena sebagai sesama wanita, ia tidak tega melihat Selin diperlakukan dengan kasar oleh Alex.
"Tuan lepaskan dia, dia sudah memohon dan kesakitan seperti itu!" Sandra terus berupaya untuk membuat tangan Alex terlepas. Namun, cengkeramannya begitu kuat menggenggam rahang wajah Selin.
Alex pun menoleh untuk menatap wajah Sandra. Pandangan matanya sedikit menurunkan tensi amarahnya yang sedari tadi terus berkecamuk dalam dirinya.
Selin pun menatap iri wajah Alex yang seketika berubah, saat Sandra mendekati mereka.
"Kenapa Alex jadi luluh dengan montir jelek ini? Memang apa istimewanya dia dibanding aku!" gerutu Selin berdecak kesal dalam hatinya.
Alex pun melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar dari rahang wajah Selin hingga membuat Sandra tersenyum dan langsung menahan tubuh wanita agar tidak terjatuh.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Sandra menunjukan rasa empatinya yang ditanggapi dingin dan sinis oleh Selin.
"Kamu tidak perlu pura-pura baik terhadapku!" Selin tiba-tiba saja mendorong tubuh Sandra hingga membuatnya terjatuh dan Alex yang melihatnya begitu terkesiap atas perlakuan Selin yang tak tahu terima kasih, padahal Sandra sudah berbaik hati menolongnya.
Walaupun Alex sempat tergerak ingin menolong Sandra. Namun, ia tidak mau terlihat baik kepada Sandra di depan Selin. Alex pun hanya memandangi Sandra yang sedang kesakitan dengan sorot matanya yang tajam.
"Gara-gara kamu Alex jadi berpaling padaku, dasar kau ini wanita jalang!" Selin terus mencerca Sandra dengan beragam hinaan yang terlontar dari mulutnya.
Ketika Sandra mulai kembali berdiri, Selin pun langsung menghampirinya dengan amarahnya yang memuncak. Tanpa aba-aba wanita itu dengan cepat melayangkan sebuah tamparan keras ke arah wajah Sandra. Namun, sebelum tamparan itu berlabuh di pipinya, Alex berhasil menahan tangan Selin dan langsung menghempaskannya dengan keras.
"Kau ini memang wanita yang hanya memikirkan obsesi dan ambisimu saja! Kau itu tidak benar-benar mencintaiku karena yang sebenarnya, kau itu hanya menginginkan hartaku saja. Bukankah begitu?" Perkataan Alex begitu lantang terucap dari mulutnya hingga membuat Selin tercekat kaget atas apa yang didengarnya saat ini.
"Bagaimana dia bisa tahu?" gumam Selin penuh tanda tanya, wajahnya kini menutupinya dengan coba mengelak atas segala tuduhan Alex.
Tak mendapatkan jawaban dari Selin yang hanya terdiam tanpa kata, Alex mulai kembali menampilkan seringai khasnya sambil terus menatap wajah Selin dengan sorot mata yang tajam.
"Pasti kau bingung darimana aku bisa tahu?" Alex terkekeh singkat seolah apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.
Namun, Selin tetap membantah dengan keras apa yang Alex tuduhkan padanya. "Apa yang kamu bicarakan Alex? Aku tidak mungkin seperti itu karena aku benar-benar mencintaimu. Jadi tolong percayalah padaku!" pinta Selin dengan penuh penekanan.
Mendengar perkataan Selin membuat suara tawa renyah Alex yang mulanya terdengar pelan seketika berubah menjadi sangat keras. Pria itu pun kembali menautkan kedua alisnya dengan tatapan mata yang lebih tajam dibanding sebelumnya.
"Biar aku jelaskan padamu! Apa kau pikir bisa menipu seorang mafia seperti aku? Kau jangan bercanda Selin karena semua latar belakang dan kehidupanmu, aku telah mengetahui semuanya. Bagaimana mungkin kau bisa mencintaiku sedangkan untuk dapat menaikan karirmu, kau sampai mau ditiduri oleh beberapa produser film." Alex mulai mengeluarkan sebuah pistol dari balik tubuhnya yang memang selalu terselip di celana bagian belakang.
"Sekarang semua sudah berakhir Selin, kau tidak akan bisa mendapatkan Alex untuk selamanya," batin Selin yang coba membangunkan dirinya dari segala mimpi-mimpinya.
Selin pun sudah benar-benar mati kutu, ia sama sekali tak berkutik dengan semua perkataan yang Alex utarakan padanya. Bahkan untuk membantahnya pun mulutnya seperti terkunci rapat karena rasa takut yang sudah berhasil menciutkan nyalinya.
"Jadi apa kau ingin pergi dalam keadaan masih dapat melangkah sendiri atau ambulance yang akan menjemput tubuhmu yang sudah tak bernyawa!" Alex memberi sebuah pilihan pada Selin dengan nada mengancam.
Selin mendengus kesel. Ia pun dengan cepat berlalu meninggalkan Alex dan Sandra dengan langkahnya yang panjang. Sementara Sandra hanya menatap iba kepergian Selin, ia kini jadi paham atas perlakuan Alex terhadap Selin dengan semua kenyataan yang tadi Alex telah ungkapkan.
"Pantas saja pria ini begitu membencinya ternyata dia telah menyelidiki semua hal tentang wanita itu. Mungkin saja pria ini juga sebelumnya telah menyelidiki aku" batin Sandra menerka-nerka di dalam hatinya, sambil memberanikan dirinya untuk memandang wajah pria menyebalkan yang kini berdiri di hadapannya.
Sandra pun mulai mengulas sebuah senyuman kecil di wajahnya untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan Alex yang telah melindunginya dari tamparan Selin.
"Terima kasih ya Tuan, ternyata kamu itu masih memiliki sedikit kebaikan di dalam hatimu, buktinya kau tidak tega melihat wajahku di tampar oleh wanita tadi."
Alex berdecih. Senyum liciknya mulai kembali menyeringai dari kedua sudut bibirnya. Ia pun perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Sandra yang membuat embusan napas keduanya saling beradu, kini Sandra tampak terhenyak melihat ekspresi wajah menakutkan yang Alex tampilkan.
"Kau jangan besar kepala! Aku melakukan itu karena masih ingin menikmati tubuhmu jadi aku tidak ingin Selin menyakitimu! Lagipula satu-satunya orang yang berhak menyakiti dan menyiksamu adalah aku, cuma aku." Alex pergi begitu saja meninggalkan Sandra yang hanya mematung diam tanpa bisa berucap sepatah kata apa pun. Ia terlihat semakin geram terhadap pria yang semakin menjauh darinya.
"Aku tarik semua pujianku! Mungkin sampai kapanpun pria itu akan selalu menyebalkan. Aku jadi semakin benci terhadapnya, ingin rasanya aku memukul kepalanya dengan kunci roda agar dia tersadar dari semua sifat jahatnya!" gumam Sandra sambil mengambil kunci roda yang tergelatak didekat mobil Grace dan mengarahkan pada Alex yang kini sudah melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Bersambung✍️