Chapter 1 : Breisie Lake

1223 Words
Hembusan Angin malam meniup pohon-pohon pinus yang tumbuh tak beraturan di sepanjang hutan Gunung Aermagh, Angin  dan Kabut tebal dengan setia,menemaninya sepanjang jalan,  membuat jarak pandangnya hanya beberapa meter saja, kali ini ia benar-benar hanya mengandalkan pijar cahaya dari headlamp yang terikat kuat di kepalanya. Backpack delapan puluh liter yang menggantung di bahunya semakin terasa berat, Setelah melewati batas vegetasi jalanan yang ia lalui pun medannya semakin tak karuan, sesekali ia harus melompat-lompat di antara batuan terjal, namun sesekali ia juga melewati tanah merah yang berlumpur akibat hujan yang sempat turun.  Sepatu boots yang ia kenakan dipenuhi oleh lumpur tebal yang menggelayut manja memperlambat langkah kakinya,sebentar-sebentar ia harus berjongkok untuk membersihkan boots-nya menggunakan patahan-patahan ranting yang bisa dengan mudah ia temukan di sepanjang jalan.  ini bukan kali pertama ia mendaki gunung seorang diri, gunung adalah tempat pelariannya, dikala ia merasakan penat dengan rutinitas sehari-hari.  Hari ini bukanlah akhir pekan sehingga wajar jika suasana gunung tak terlalu ramai, meskipun begitu hingga tadi pagi di camp site Breisie Lake —sebelum melanjutkan pendakiannya seorang diri— ia masih sempat bertemu dengan beberapa pendaki lainnya. Breisie lake adalah camp site terakhir sebelum memasuki batas vegetasi, setelah melewati batas vegetasi maka medan yang ditempuh akan terus-terusan menanjak dan tak ada camp site lagi sebelum sampai di puncak Aermagh, di lokasi tersebut terdapat sebuah danau yang sangat indah dengan tepiannya yang landai dan luas karenanya tak heran jika lokasi ini sering dijadikan sebagai tempat kamp terakhir sebelum melakukan summit. Diam-diam Kai Griffin teringat perkataan kawan-kawannya yang menasehatinya untuk tidak naik ke puncak Aermagh seorang diri, meskipun ia sudah sangat sering menjelajahi berbagai puncak ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki di Gunung Aermagh, gunung tertinggi di negara bagian Isleen.  Sebenarnya kekhawatiran mereka bukan tanpa alasan, sebab gunung Aermagh, memiliki medan yang sangat sulit jika dibandingkan gunung yang lain, apalagi bulan Juli ini cuaca sedang tak menentu terkadang hari sangat cerah namun tiba-tiba hujan datang begitu saja tanpa permisi,  dan yang paling membuatnya tersohor adalah cerita-cerita mistis yang menyelimuti kemegahan Gunung  Aermagh. Namun semuanya itu tak membuatnya urung.  “Kalian tahu rahasia di gunung ini? Kudengar dari seseorang di tengah-tengah Lebatnya hutan Aermagh terdapat sebuah kastil iblis.” Kata Robert McCartney membuka pembicaraan malam itu sambil menikmati Hot Latte Instant dan French toast lengkap sembari ditemani api unggun di tengah-tengah mereka. Meskipun berangkat seorang diri dari pos awal pendakian namun sesampainya di Breisie Lake, Kai Griff bertemu dengan pendaki lain, salah satunya adalah rombongan dari Kota Austin yang terdiri dari lima orang yang usianya kurang lebih sama dengannya. Robert McCartney, Anne Xia, Joelene Leif, Elvis Calvin, dan Tommy, Mereka adalah anak-anak yang tergabung dalam perkumpulan pecinta videografi alam, mereka sangat gemar mendaki sembari membuat video-video dokumentasi, dan kali ini Aermagh adalah project mereka yang terbaru.  “Pernah ada yang mendengar suara tawa melengking di tengah malam saat sampai di batas vegetasi.”Elvis Calvin bersemangat, melanjutkan rangkaian cerita mistis seputar Aermagh. “Itu baru suara bukan? Ada cerita mengenai seorang pendaki yang malah pernah bertemu langsung dengan hantu penunggu gunung ini. Seperti mu dia mendaki sendirian di gunung ini, ” Anne melihat ke arah Kai Griffin, ia kemudian memulai ceritanya sembari di kelilingi oleh tatapan penasaran orang-orang di sekitarnya,” Lalu saat malam hari….di antara sorotan cahaya senter ia bertemu dengan seorang gadis pendaki, yang juga sedang berjalan sendirian, akhirnya pemuda itu dan si gadis berjalan bersama, tak ada yang aneh, mereka bercerita sepanjang jalan hingga tiba-tiba gadis itu terdiam, tak merespon lagi percakapan, saat pemuda itu menoleh ia terperanjat karena wajah gadis itu telah berubah menjadi rata dan sangat menyeramkan, tak lama kemudian terdengar suara perempuan yang terkikik dengan suara mengerikan, Pemuda itu baru sadar kalau gadis yang sedari tadi berjalan bersamanya  bukanlah manusia, saat ia melihat ke sekeliling tahu-tahu ia sudah berada di tepi jurang, padahal sedari tadi ia merasa kalau ia berjalan di jalan yang landai. Namun terlambat, dalam sepersekian detik ia sudah terjatuh, bergulung-gulung ke dasar jurang yang sangat dalam, dan ia tewas seketika.” Kai Griffin mengernyitkan dahinya, “ Wait.. wait dia meninggal saat itu juga?” Tanyanya mencoba memastikan. “Yes Correct!” Jawab Anne dengan keyakinan seribu persen. “Kalau dia meninggal saat itu, lalu siapa yang menceritakan kronologis mulai dari ia bertemu gadis misterius itu hingga ia meninggal dengan begitu detail?” tanya Kai Griffin dengan wajah dipenuhi tanda tanya. “Mungkin saja pendaki itu menjadi hantu gentayangan dan menceritakan apa yang dia alami,” timpal Tommy , pemuda berbadan jangkung “kalian tahu bukan kalau Anne bisa berkomunikasi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata itu?” “mmmmmmh” Anne menggaruk-garuk kepalanya, bingung bagaimana untuk menjelaskannya. Konon katanya; dengar-dengar; mitosnya; kabarnya atau kata kata lain yang serumpun dengan kata-kata itu adalah kata yang selalu menyertai kisah- kisah mistis, nyatanya dari semua yang bercerita padanya tak pernah ada yang sekalipun yang melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Kai Griffin bukanlah sosok yang pemberani dan bukan juga sosok yang penakut, hanya saja semua cerita-cerita seram yang pernah ia dengar nyatanya tak pernah benar-benar terjadi padanya. “Ah sudahlah kalau begitu ayo kita lanjutkan ke cerita lain saja.” Seru Anne. “Sekarang giliranku!, Seru   sembari mengacungkan tangannya dengan semangat, “Kalian tahu kalau pernah ada satu keluarga —ayah, ibu, anak— yang bunuh diri di gunung ini?” Deg! Jantung Kai Griffin berdetak kencang, darahnya naik dengan cepat ke kepalanya. Byurrrr…. Hujan tiba-tiba turun dengan deras seketika memadamkan api unggun, tanpa dikomando keenam pemuda itu buru-buru menghambur ke tenda masing-masing. **** Kai griffin merebahkan punggungnya di dalam tenda, tenda dome warna navy berukuran 1.5 x 2 meter. Angin diluar nampaknya lumayan kencang, membuat tendanya sedikit bergoyang kesana kemari. Kai Griffin menatap langit-langit tenda namun tatapannya kosong, apa yang nyaris diceritakan Joelene tadi berhasil membuat jiwanya kembali bergejolak. Hujan telah menghentikan cerita Joelene, namun tanpa dilanjutkan pun Kai Griffin sudah hafal di luar kepala akan isi cerita tersebut. Sebuah kabar yang menggegerkan Seluruh Kota kala itu, Karena sepasang suami istri ditemukan tewas di sebuah jurang yang terletak Gunung Aermagh, sementara putra mereka yang berusia sepuluh tahun masih selamat karena beruntungnya tubuhnya tersangkut di akar-akar pohon yang menjalar di sepanjang tepi jurang, Kabar yang beredar keluarga itu suami istri itu memang sengaja bunuh diri bersama putra mereka.  Penyebabnya? Tak ada yang tahu alasan pastinya, yang ada hanyalah tebakan-tebakan dan karangan cerita yang dibuat untuk membuat cerita itu semakin menarik dan tragis untuk dibahas. Ada yang mengatakan karena karena mereka terlilit hutang, mengabaikan fakta bahwa keluarga Griffin adalah keluarga yang cukup berada. Ada yang mengatakan kalau sang suami berselingkuh dan membuat sang istri murka, ada juga kisah bahwa mereka melompat karena dorongan aura magis yang menyelubungi Aermagh. Pada akhirnya tak ada yang benar-benar tahu penyebab sesungguhnya,  tidak juga dengan bocah yang selamat itu. Karena setelah siuman ia tak mengingat apapun juga, termasuk bahwa orang tuanya telah tewas di dasar jurang, barangkali karena efek trauma. Saat itu setelah siuman ia hanya terus-terusan menangis memanggil papa mamanya. Hingga sebelas tahun berlalu pun bocah itu tak pernah tahu kenyataan yang sebenarnya, karena orang-orang di sekitarnya hanya mengatakan kalau orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil.  Tak aneh bagi Kai Griffin untuk mengetahui cerita itu dengan begitu detail, karena yang menjadi tokoh utama dalam cerita tersebut adalah keluarganya sendiri, Keluarga Griffin —Mark Griffin, Elayne Griffin, dan dirinya sendiri Kai Griffin. ==========  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD