Prolog : Mysterious Castle
Di antara guyuran air hujan yang tak mau berhenti samar-samar Kai melihat sebuah bangunan di atas bukit, jaraknya hanya kurang lebih setengah mil dari tempat ia berada saat ini, cukup jauh namun dapat terlihat jelas karena rumah itu terletak di tanah yang lebih tinggi, seakan melihat oase di tengah padang pasir, Kai mengumpulkan sisa-sisa tenaganya dan berlari ke arah rumah itu. Semakin dekat semakin jelas terlihat bentuknya, daripada disebut rumah, bangunan sepertinya lebih tepat disebut sebagai kastil, karena bentuknya benar-benar mirip dengan kastil. Menara polygonal dan dinding-dinding batu yang Nampak kokoh dan menjulang tinggi hingga lebih dari sepuluh meter, Dinding batunya berwarna coklat muda dengan bagian atap berbentuk kerucut. arsitektur yang elegan khas bangunan kastil abad pertengahan, bangunan tua itu Nampak tak terawat, daun-daun berserakan di pelataran, daun daun begonia tumbuh menjalar di sepanjang benteng kastil membuat sepertiga bagian dindingnya nyaris tertutup warna hijau. Pintu gerbang kastil itu terbuka lebar.
Sepi.
Tak ada siapapun selain hujan deras dan angin kencang yang masih setia mengikutinya.
Sesungguhnya ada tanda terlintas di benaknya, bagaimana mungkin di gunung yang terpencil bisa terdapat bangunan tua semegah ini, dan mengapa tak ada yang pernah membicarakannya? Namun Kai mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang terlintas di benaknya, dan memaksakan diri untuk positive thinking. Yang ia butuhkan saat ini adalah tempat berteduh yang mampu menghalau sahabat setianya, hujan dan angin. Setidaknya itu lebih baik daripada ia harus terserang hipotermia saat tak ada seorang pun. Untuk saat ini ia tak mau berpikir keras dahulu, rasanya sudah terlalu lelah.
Rasa penasaran membawanya memasuki kastil tua itu. Jika bagian depan depan menggambarkan kekuatan oleh benteng-benteng tinggi yang mengitari kastil itu, bagian dalam Nampak sangat elegan, lantai marmer, lampu-kristal yang bergelantungan lengkap dengan tangga helix.
“Aku tak takut.” Kai griffin memejamkan matanya Berkali kali kai mengucapkan itu di dalam hatinya, entah karena ia benar-benar tak takut atau itu hanya tameng yang ia ciptakan sendiri untuk menenangkan pikirannya yang sudah tak karuan.
Iblis-iblis aneh itu menatapnya dengan tatapan dingin, seakan-akan bisa menembus hingga ke jantung, Kai Griffin rasanya ingin berlari meninggalkan tempat itu sesegera mungkin, tapi sialnya otak dan kakinya tak mau sinkron, kedua kakinya seakan tak mau diajak bekerja sama, dan malah diam membatu seperti orang d***u saat Iblis-iblis itu semakin mendekat, Kai memejamkan matanya beberapa detik, berharap ia akan segera terbangun dari mimpi buruk, namun ketika ia membuka matanya Iblis-iblis itu malah semakin dekat, kini jarak mereka tak lebih dari satu meter, Iblis-iblis itu mengulurkan tangannya ke arah kai Griffin entah apa yang akan mereka lakukan, namun tiba-tiba sebuah cahaya biru muncul entah dari mana dan menyelubungi dirinya, seperti tersentak oleh sebuah kekuatan aneh, Iblis-iblis serentak terhempas beberapa meter, menimbulkan bunyi dentuman yang cukup keras. Mereka nampak kesakitan untuk sesaat, namun tak lama kemudian berubah menjadi terkejut, takut, gembira. Sebuah ekspresi kompleks dan sulit untuk diterjemahkan.
Tak lama kemudian makhluk-makluk itu bangkit dan berjalan mendekat sekali lagi, namun tiba-tiba mereka melakukan hal yang sama sekali tak terduga.
Iblis-Iblis berlutut di hadapannya.
===========