Dokter kenalanku

1243 Words
Tersadar akan kesalahan yang telah dilakukannya, membuat Mia semakin berhati-hati lagi dalam mengungkapkan kalimatnya. Melakukan kesalahan yang sama hanya akan membuat dirinya semakin fatal dalam menjalankan hidupnya sebagai seorang istri. Fero tidak ingin lagi memperburuk keadaan, ia pun memilih untuk pergi lebih dulu meninggalkan Mia dengan mengatakan. “Seharusnya kamu mikir, orang tua kamu itu tengah sekara! Bukannya berada di sampingnya. Ini mah malah keluyuran gak jelas. Kamu itu punya otak gak sih?!” ujar Fero suaminya Mia sendiri. Bagai dihujani beribu-ribu benda tajam, kalimat demi kalimat yang didengarkannya begitu sangat menggoreskan luka dalam hatinya. Rasanya begitu sakit ketika kalimat tersebut dilontarkan oleh suaminya sendiri. Lagian siapa yang sedang keluyuran tidak jelas. Ia hanya kebetulan saja bisa bertemu dengan sahabat lamanya tersebut. Dan itu pun tidak disengaja. Intinya disini sama-sama salah paham dalam menghadapi situasi tersebut. Mia tidak ingin semakin bertambah berdosa lagi kepada sang suami. Disaat bersamaan ketika Fero memutuskan pergi berpaling darinya. Maka Mia pun langsung mengikutinya dari belakang. Langkah lebar dari Fero membuat Mia semakin kewalahan untuk dapat menyamai langkah suaminya tersebut. Jarak ruangan kedua orang tuanya dari tempat yang tadi tidaklah terlalu jauh. Saat ini-pun keduanya telah sampai di depan ruang inap orang tua Mia. Tanpa menunggu lama lagi pasangan suami istri itu memasuki ruangan tersebut, di sana dua orang, pasangan suami istri tengah terbaring lemah di atas bangkar rumah sakit tersebut. Mia memasuki ruangan tersebut yang diikuti oleh suaminya, kini kakinya pun kembali bergetar, cairan bening lagi-lagi berkumpul di pelupuk mata. Fero sudah dibuat jengah oleh kelakuan Mia yang terus saja seperti itu. “Tidak ada gunanya terus menangis. Keren hal itu juga tidak akan membangunkan mereka juga,” ujar Fero pelan tapi cukup membuat hati Mia begitu teriris sangat dalam. Kalimat yang tidak ingin Mia dengarkan seketika membuat dirinya spontan berbalik menghadap sang suami. Isakan kecil yang tadi sempat keluar seketika itu juga ikut terhenti. Bisa-bisanya sang suami berkata seperti itu disaat hatinya sedang terguncang, bukannya mendekati dan membelai atau bahkan memeluk dirinya, tapi ini kebalikan dari yang seharusnya, ia malah mengucapkan kalimat yang begitu menyinggung hatinya. Jelas itu sangat menyakiti hatinya. Fero terlihat biasa saja saat Mia balik memandangnya dan menatap tajam dirinya. Bahkan ia menaikan alisnya, “Apa?! Emang benarkan ucapan saya.” Mia mengalihkan wajahnya dengan sedikit menggelengkan, ia benar-benar tidak percaya bahwa sang suami akan melakukannya. Disaat keadaan mulai tak terkondisikan selain rasa sedih bercampur kesal yang mendominasi seorang dokter memasuki ruangan tersebut. “Permisi, maaf mengganggu waktunya.” ujar sang dokter. Mia langsung mengalihkan perhatiannya ke sang empu pemilik suara tersebut. Terdengar dari suaranya bagi Mia itu sangat familiar. Saat tepat berbalik dan mengetahui siapa sang dokter tersebut, benar tidak salah lagi. Jika Mia pun mengenalnya, bahkan sangat-sangat mengenalnya. “Raka,” batin Mia. “apa benar dia Raka, orang yang ia kenal dan sangat dekat dengan dirinya.” “Bisakah saya berbicara dengan anak dari kedua korban ini,” ujar Raka berhati-hati. “I-iya saya anaknya,” ungkap Mia. Raka syok di tempat hatinya terenyuh melihat perubahan diri Mia yang begitu sangat mencolok perhatiannya. Hingga sedikit rasa penasaran terhadap sosok Mia tersebut, mengapa bisa berubah seperti itu. Raka berusaha tersenyum melihat Mia, meski jauh di dalam sana, ia juga ikut turut sedih dan berduka cita atas meninggalnya orang tua dari seseorang yang paling dicintai hingga saat ini orang tersebut belum dapat tergantikan dihatinya. Raka sudah lama menyukai Mia semenjak di bangku sekolah menengah atas, dimana Mia yang awalnya baik menjadi nakal. Raka tau semua perjalanan kisah Mia karena apapun yang terjadi Mia selalu bercerita pada dirinya. Mengenai perkenalan dengan orang tua, memang Raka sering berkunjung ke rumah Mia, dan Mia sendiri selalu meminta bantuan kepadanya yang mengharuskan dirinya harus datang ke rumahnya tersebut. Hanya saja saat menyatakan perasaannya Mia menolak. Dan mulai saat itulah hubungannya dengan Mia mulai renggang. Karena merasa malu atas penolakan yang diterima maka Raka memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke luar kota. ⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️ Beberapa hari yang lalu Raka ditugaskan untuk penelitian dan perbandingan di salah satu rumah sakit swasta terbesar di Jakarta. Raka lah orang yang langsung membawa kedua orang tua Mia langsung ke rumah sakit. Saat itu dirinya tengah dalam perjalanan pulang setelah ditugaskan di Jakarta. Lalu melihat kerumunan orang ia pun turun dan melihat apa yang terjadi. Dan betapa syoknya dia, ketika melihat orang yang ia kenal mengalami kecelakaan seperti itu. Dan saat itu juga Raka langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Raka tidak tau perasaan apa yang melingkupi dirinya saat itu. Ia senang karena dipertemukan kembali dengan orang tua dari sosok yang dicintai saat ini. Tapi, disisi lain ia juga sangat sedih dan prihatin melihat kondisi kedua orang Mia tersebut, tak berdaya dan mengenaskan banyak darah dimana-mana. Yang lebih menyakitkan hatinya, keadaan seperti itu bisa saja tak tertolong. Sebisa mungkin Raka pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tapi Tuhan berkehendak lain, sebelum sampai di Rumah sakit, keduanya meninggal bersamaan dalam perjalanan, dan lebih mengesankan lagi tangan keduanya saling bertautan. Di dalam keadaan seperti itulah bagi seorang dokter merasa tak berguna karena tidak bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Dan saat itu Raka sangat menyesal karena terlambat menyelamatkan orang tua Mia tersebut. Saat sampai di rumah sakit dan keduanya dipindahkan ke brankar tidak sengaja sebuah kertas seperti surat jatuh dari dalam saku celana Ayah Mia, Wiratama. Raka mengambilnya dan menyimpannya terlebih dulu di kantong sakunya. Dan ia akan memberikan surat tersebut kepada anaknya. Karena mungkin itu surat penting yang ingin disampaikan kepada seseorang. Maka dari itu Raka akan menyimpannya terlebih dahulu. ⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️ “Sebelumnya saya ikut turut berduka cita ya, dan maafkan saya yang tidak sempat menyelamatkan orang tua kamu,” ungkap Raka merasa bersalah. “Iya, ini juga bukan salah kamu ko, ini sudah ketetapan dari Allah. Sebesar apapun usaha kita jika sudah waktunya tiba apa boleh buat karena semuanya kembali pada sang punya kehendak,” ujar Mia berusaha menguatkan dirinya. Meskipun sudah lama berpisah, kini keduanya sama sekali tidak ada kecanggungan. “Oh iya, ini,” Fero mengeluarkan sebuah surat yang ia temukan saat memindahkan kedua orang tua Mia ke brankar. Mia menerima surat tersebut, “Apa ini?” Raka hanya mengedikan bahunya, karena ia juga tahu. “Mungkin itu surat penting makanya saya simpan dulu, kamu tenang aja saya belum buka sama sekali ko',” “Iya … terimakasih.” Mata Mia menyipit menandakan dari balik niqab yang dipakainya ia tengah tersenyum. Dari dulu hingga sekarang seperti hanya Raka yang dapat memberikan ketenangan ya. Sebenarnya dulu juga Mia merasa bersalah karena telah Raka yang berdampak buruk pada jalinan pertemanan nya dan ia jadi kehilangan sosok Raka yang selalu setia membantunya. ⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️ Pembicaraan keduanya membuat seseorang begitu risih melihatnya. Fero, ya ia masih setia berada di satu ruangan bersama Mia dan Raka. Tapi, dirinya hanya dianggap layaknya hiasan begitu saja. Tidak ingin menyaksikan lebih lama perbincangan tersebut, Fero pun memilih untuk pergi dari sana. Dengan sengaja pula ia pun membanting keras pintu ruangan tersebut. Hingga beberapa orang yang berada di luar ruangan yang tengah lalu lalang ikut kaget akibat ulahnya. Sebesar apapun seorang pria memberikan kesan tidak peduli dan keras kepala. Tapi, untuk permasalahan hati ia sungguh hebat dalam hal menyembunyikan agar terlihat baik-baik saja. Fero sendiri juga akan selalu menangkis semua perasaan yang akan hadir di dalam hatinya. Dan berjanji tidak akan jatuh cinta lagi kepada siapapun selain kepada Dhita sosok yang masih ia cari saat ini. Padahal pada kenyataannya Dhita dan Mia adalah sosok yang sama. Tapi, Fero belum sadar akan hal itu karena dirinya selalu membatasi untuk mengenal Mia lebih jauh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD