Menyadari

243 Words
Mas! Apa yang kamu lakuin!” ujar Mia dengan sedikit membentak, ia spontan melakukan hal tersebut lantaran sahabatnya didorong dengan sengaja dan hampir terbentur mengenai tembok. Nisha yang tak lain adalah sahabat Mia, sedikit merasakan ngilu pada kakinya karena tiba-tiba otot pada kakinya sepertinya terkilir. Perlahan ia pun mencari bangku dengan dibantu oleh Mia. “Lihat mas, ini akibat ulah kamu, Nisha kakinya jadi terkilir,” ungkap Mia. Sebagai orang yang dingin dan keras kepala Fero tidak mau mengambil pusing hanya untuk masalah sepele. Terlalu percuma jika hanya membuang waktu untuk semacam hal seperti itu. Karena nyatanya saat ini ada jauh yang lebih penting dari hal tersebut. Dengan raut wajah yang datar Fero menarik paksa lengan Mia, tanpa ucapan kalimat apapun lagi. Ia lakukan hal tersebut lantaran dirinya sudah malas jika harus bertengkar terus menerus dengan sang istri hanya karena masalah kecil seperti itu. “Mas kamu tuh apa-apaan sih? Mas tolong jangan seperti ini, kita bisa bicarakan semuanya secara baik-baik kan, Mas,” tutur Mia. “Astaga nih cewek berisik banget sih! Bisa-bisa gendang telinga gue jadi rusak!” batin Feroka Mahardika. Fero pikir wanita seperti Mia itu tidak akan bicara banyak dan lebih banyak diam. Tapi ini diluar perkiraannya. Istrinya begitu cerewet. “Bisa enggak sih lo diam, cerewet banget jadi cewek! Asal lo tau dokter yang menangani kedua orang tua lo nyariin lo, karena ada hal yang ingin dibicarakan. Tapi lo terlalu sibuk dengan orang lain, cuih” ungkap Fero.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD