Bab 8

2005 Words
Hubungan Ranaya dan Galen berjalan seperti biasanya, mereka jadi sering jalan bareng dan lebih dekat, bahkan tak jarang Galen sengaja mengantar jemput Ranaya ke kampusnya, mereka berlaku seperti layaknya dua orang yang memiliki hubungan khusuh padahal nyatanya diantara mereka tidak ada hubungan apa-apa, ya mereka tidak berpacaran, mereka hanya dekat seperti sebelumnya. Namun, Ranaya dan Galen nyaman-nyaman saja dengan hubungan yang mereka jalani saat ini, mereka Bahagia bisa dekat tanpa adanya kata putus. Tetapi, kedekatan Ranaya dan Galen yang lebih dari biasanya membuat Andre semakin curiga, ia tidak mau kalau Galen hanya menjadikan kakaknya sebagai pelampian semata, ia tahu bagaimana perasaan Galen kepada Billa sampai detik ini ia masih cinta pada mantannya itu. Saat ini Ranaya baru saja pulang kuliah dan diantar oleh Galen. Andre langsung ke kamar Ranaya untuk menanyakan perihal hubungan mereka, bukan Andre tidak suka kalau Ranaya dan Galen dekat, ia Cuma tidak mau kalau Galen menyakiti hati kakak tercintanya. “Kak, gue boleh masuk gak?” tanya Andre setelah mengetuk pintu kamar Ranaya dan sang kakak langsung mempersilakan adiknya itu untuk masuk. Kakak beradik pun duduk di tepi Kasur, Ranaya bisa menebak pasti Andre ingin menanyakan perihal kedekatan hubungan Galen dengan dirinya. “Gue mau tanya sesuatu, tapi tolong jawab yang jujur,” ujar Andre. Ranaya mengangguk. “Selama pertanyaan lo bis ague jawab ya bakal gue jawab, emang mau tanya apaan?” “Gue lihat lo sama Galen akhir-akhir ini dekat, maksud gue lebih dekat dari sebelumnya, sebenarnya ada hubungan apa di antara kalian?” Benar tebakan Ranaya kalau Andre ingin menanyakan hal itu, bukan maksud Ranaya tidak mau jujur, tetapi di antara dirinya dan Galen memang tidak ada hubungan special. Ranaya menggeleng. “Enggak, gue sama Galen kayak biasa kok, enggak ada hubungan khusus antara gue dan dia, dam untuk masalah gue yang jalan bareng dia atau diantar jemput sama dia juga itu bukannya emang dari dulu gitu? Bukan hal baru lagi kali, Ndre, lo mikirnya gue sama dia sekarang jadian? Ya enggaklah. Gila aja kali lo.” Andre masih tidak percaya dengan jawaban Ranaya, ia berusaha mengorek fakta yang sebenarnya. “Masa iya? Tapi gue enggak yakin kalau kalian enggak ada apa-apa, Kak. Bukan maksud gue ingin urusin kehidupan pribadi lo, Kak, tapi sebagai adik gue mau lo mendapatkan yang terbaik, lo enggak sakit hati. Sampai detik ini perasaan Galen ke Billa masih sama, dia masih cinta sama mantannya itu, dan gue takut lo Cuma dijadikan pelampiasan dia doang, gue enggak mau lo sakit hati, Kak. Galen emang sahabat gue tapi gue enggak bakal dukung kalau dia mau nyakiti kakak gue. Lo paham kan?” Ranaya terkekeh pelan lalu mengangguk. “Lo jangan khawatir, gue enggak akan biari Galen buat sakiti gue karena di antara kami memang enggak ada apa-apa, gue makasih banget karena lo udah peduli sama gue tapi lo tenang aja, gue bisa jaga diri, gue jamin Galen enggak akan berani macam-macam sama gue, nanti gue hantam duluan dia kalau dia berani kurang ajar sama gue, lo juga percaya sama gue, kan?” Ranaya berusaha meyakinkan Andre agar tidak terus-terusan mengkhawatirkan dirinya dan Galen. Yang bisa Andre lakukan sekarang hanya percaya, percaya kalau kakaknya bisa jaga dirinya dengan baik, yang penting sekarang Andre sudah mengingatkan. “Iya, Kak, gue percaya sama lo, tapi kalau ada apa-apa lo segera lapor ke gue, gue yang akan hajar orang yang berani nyakitin lo.” Ranaya mencubit pipi adiknya itu dengan gemas. “Ih, gemas banget adik gue. Makasih sayang, udah peduli sama kakakmu ini. Sekarang gue mau istirahat, sekarang gue mau istirahat. Oh iya, Ndre, cari pacar ya, biar enggak jones, kasian gue liat adik gue malam mingguan tanpa pacar.” “Sialan lo.” Ranaya terkekeh pelan, dan setelah adiknya itu keluar kamar, ia segera mengunci pintunya rapat-rapat, dan membayangkan betapa manisnya Galen akhir-akhir ini, sepertinya perasaan yang ia miliki untuk Galen sudah lebih dari seorang teman. Tak lama kemudian muncul telepon dari orang yang baru saja ada di pikirannya. Ranaya pun segera menerima telepon itu dan meletakkan ponsel itu ke telinganya, seraya rebahan di atas Kasur nyamannya. “Halo, Gal,” ujar Ranaya setelah menggesar tanda hijau di layar ponselnya. Di seberang sana Galen juga sedang rebahan di atas ranjang king sizenya. “Halo, Nay, gue baru aja sampai rumah nih. Udah kangen aja gue sama lo.” Ranaya tersenyum merona walaupun Galen tidak bisa melihatnya. “Bucin banget deh, sana mandi lo, pasti belum mandi langsung rebahan, kan?” “Kok tahu sih?” “Jorok banget lo. Eh tadi si Andre nanya tentang kita, dia curiga kalau di antara kita ada hubungan apa-apa, padahal nyatanya emang enggak ada kan ya.” Galen langsung tertawa membayangkan kalau sahabatnya itu penasaran. “Kepo banget sih adik lo, Nay.” “Gitu-gitu sahabat lo kan?” Prang!!! Tak lama kemudian terdengar bantingan vas bunga yang begitu menggelegar, bahkan Ranaya pun bisa mendengarnya, dan Galen refleks mematikan sambungan teleponnya dan langsung melihat ke sumber suara. Dan terlihat di lantai bawah kedua orang tua Galen sedang bertengkar, bukan rahasia umum lagi kalau orang tua Galen sering bertengakar. Radit dan Anjani adalah pasangan yang selalu kelihatan harmonis kalau di depan umum. Radit adalah seorang dosen, sedangkan Anjani adalah seorang manajer perusahaan yang selalu hidup dalam kehidupan masing-masing, sedangkan mereka lupa tentang makna sebenarnya sebuah keluarga, di rumah ini Galen tidak benar-benar mendapat ketenangan, ia tidak tahu sebenarnya apa definisi keluarga, ia tidak tahu bagaimana rasanya mempunyai orang tua yang harmonis, yang ia tahu hanya menerima uang bulanan dari oran tuanya, menikmati hasilnya, ia tidak ap aitu sebenarnya kasih sayang, dan Galen juga tidak mau tahu apa sebenarnya yang menjadi pemicu pertengkaran kedua orang tuanya, karena Galen juga tidak tahu apa sebenarnya alasan mereka masih bertahan padahal mereka sudah tidak tidak rukun dari Galen masih SD, sampai Galen sudah hafal kalau terjadi pertengkaran maka barang-barang di rumah ini akan pecah. Galen pun langsung turun ke lantai bawah, ia tidak ingin melerai pertengkaran kedua orang tuanya. “Daripada buang-buang waktu tengkar mulu, mending kalian pisah aja. Beres.” Galen pun langsung berjalan keluar rumah dengan perasaan kacau, yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah berjalan keliling kompleks sambil menikmati angin sepoi-sepoi. *** Ranaya terus menghubungi Galen tetapi tidak diangkat, ia jadi khawatir dengan laki-laki itu, sebenarnya apa yang terjadi dengan Galen? Dan sebenarnya tadi terdengar suara bantingan apa? Karena rasa penasaran akhirnya Ranaya pun memutuskan untuk ke kamar Andre, pasti Andre tahu banyak tentang Galen. Setelah Ranaya masuk ke kamar adiknya itu, ternyata sang adik sedang memainkan playstation. Ranaya langsung meraih stik PS yang ada di tangan Andre. “Ndre, liat gue, gue mau tanya sama lo. Lo tahu sesuatu tentang Galen? Misalnya tentang keluarganya atau apa pun itu.” Andre mentapa Ranaya dengan menyelidik. “Kenapa lo tiba-tiba tanya soal Galen ke gue?” “Ndre, lo jawab aja bisa enggak? Tanpa harus tanya balik.” Andre menghela napas. “Yang gue tahu kalau orang tuanya Galen sering tengkar dari zaman dia SD, dia udah terbiasa hidup di tengah keluarga yang enggak harmonis, makanya kalau dia ada apa-apa yang dia cari itu lo atau gue, karena dia enggak tahu sebenarnya yang dimaksud keluarga itu gimana. Lo kenapa tiba-tiba nanya?” “Oke thanks penjelasannya.” Ranaya langsung keluar dari kamar Andre dan ia meraih kunci mobilnya, yang ingin ia lakukan sekarang adalah ke tempat Galen, ia ingin menghibur laki-laki itu karena ia yakin pasti saat ini Galen tidak sedang baik-baik saja. Entah kenapa Ranaya ingin sekali memeluk Galen dan memberikan kenyamanan juga kekuatan dan mengatakan bahwa semua akan berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Setelah masuk ke area perumahan Galen, ia memelankan laju mobilnya dan melihat Galen yang sedang duduk di bangku taman. Ia segera memarkirkan mobilnya dan menghampiri Galen. Galen terkejut melihat kedatangan Ranaya yang kini sedang duduk di sebelahnya. “Udaranya sejuk banget ya,” ujar Ranaya mencairkan suasana. “Lo ngapain di sini sendirian?” Galen terkekeh pelan. “Seharusnya gue yang tanya kenapa lo tiba-tiba di sini? Gue duduk di sini karena seperti yang lo bilang udaranya sejuk.” “Gue ke sini karena pengin pastiin lo baik-baik aja setelah gue dengar suara bantingan tadi,” ujar Ranaya tulus apa adanya. Galen menghela napas. “Biasa aja sih, udah sering dengar gue suara kayak gitu, jadi udah biasa aja, gue ke sini karena malas aja dengar orang tua gue berantem mulu, lebih baik gue menghindar kan?” Ranaya manggut-manggut. “Hm, gimana kalau kita jalan aja, mumpung gue udah di sin ikan? Daripada lo duduk di sini kayak orang galau.” Galen langsung antusias. “Tapi gue belum mandi, nanti lo malu lagi jalan sama gue yang kucel gini.” “Enggak apa-apa, tetap ganteng.” *** Akhirnya Galen dan Ranaya memutuskan untuk ke sebuah mal, mereka bisa makan, nonton, dan ke Gramedia untuk mencari n****+-n****+ keluaran terbaru. Setelah nonton dan ke Gramedia, mereka memutuskan untuk makan di salah satu restoran jepang yang ada di mal tersebut. Rasa amarah dan kekesalan Galen pun langsung lenyap entah ke mana setelah ia jalan dengan Ranaya, cewek ini sangat tahu cara membalikkan moodnya Galen yang rusak. Taka lama kemudian muncul Billa dan Sisil yang juga ada di restoran itu, entah ada perasaan tidak terima melihat Galen yang akrab dengan Ranaya, padahal nyatanya mereka sekarang sudah putus. Sisil yang melihat ekspresi Billa langsung memgajak cewek itu untuk mencari tempat makan lain daripada melihat Galen yang makan dengan gebetan barunya atau mungkin Galen dan Ranaya sudah jadian. Namun, Billa bukan pergi dari restoran tersebut, melainkan ia menghampiri Galen, ia ingin memanas-manasi laki-laki itu. “Halo Galen,” sapa Billa dengan senyuman mekar, yang membuat Galen dan Ranaya terkejut, dan kemudian Billa menoleh ke arah Bila. “Lho, ini Kak Ranaya kakaknya Andre yang udah kuliah semester akhir itu, kan?” Ranaya emosi mendengar ucapan Billa yang seakan mengatakan kalau dirinya sudah tua padahal dirinya sudah bisa disandingkan dengan anak SMA. “Iya, ada apa ya?” Galen sama sekali tidak mau menanggapi Billa, lebih bai kia fokus pada makanannya, karena Galen sudah bertekad untuk move on dari Billa dan mencintai Ranaya dengan setulus hati. “Kaget aja, selera Galen sekarang kok tante-tante ya? Saking frustasinya putus sama gue ya, Gal? jadi asal comot aja,” ujar Billa dengan kekehan pelan yang membuat Ranaya semakin emosi. Ranaya pun langsung mengambil lemon tea yang ada di atas mejanya yang tersisa setengah dan ia siram ke wajah Billa. “Makanya jangan kurang ajar, lo pikir gue takut sama lo. Well, gue tahu lo suka sama adik gue kan? Gue tahu kok kalau lo sering chat adik gue tapi sayang enggak direspons ya?” Galen yang mendengar hal itu langsung terkejut dan ia ingin mendapat penjelasan karena Andre tidak pernah memberi tahu dirinya kalau Billa menyukai dirinya. Billa langsung kicep ia tidak tahu harus menjawab apa lagi, sementara Ranaya terus saja menyudutkan dirinya. “Well, gue akan hapus nama lo dari calon adik ipar gue. Paham?” “Andre bukan enggak respons gue, tapi dia jaga perasaan Galen aja,” ujar Billa setelah itu ia meninggalkan restoran itu Bersama Sisil yang selalu setia di sebelahnya. Galen menatap Ranaya, “Kok Andre enggak pernah kasih tahu gue?” “Gue juga enggak tahu sih, Cuma waktu itu gue sempat lihat hpnya Andre dan isi spam chat dari Billa, tapi lo tenang aja Andre enggak respons Billa kok. Btw, lo cemburu ya? Lo masih ada rasa sama dia?” Galen merasa bersalah dengan Ranaya tetapi ai juga tidak bisa membohongi hatinya kalau Billa masih ada dalam pikirannya. “Maaf, gue emang belum bisa lupain dia sepenuhnya, tapi sekarang gue udah berusaha buat hapus dia di pikiran gue. Lo enggak marah, kan?” Ranaya sakit hati dan kecewa dengan jawaban Galen, tetapi ini adalah risiko karena Ranaya dengan laki-laki yang masih belum move on dari mantannya. “Iya enggak apa-apa kok, gue paham, lebih baik cepat abisin makannya, waktu udah malam juga.” “Lo dewasa banget, Nay, makasih udah mau ngertiin gue.” Ranaya tidak menjawab dan tidak mengeluarkan kata-kata lagi hanya fokus dengan makanan yang ada di depannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD