8

517 Words
Reza mulai jengah menanti balasan chat dari Uci. Ia sudah mengirimi gadis itu pesan sebanyak tujuh kali seharian ini dan tak ada satupun yang dibacanya. Apa ini cara gadis itu marah atau dia sangat kesusahan saat ini? Membuat Reza khawatir saja. Pandangan Rreza teralih pada jam dinding yang menemaninya menunggu balasan dari Uci, si gadis kasar dan keras kepala yang tidak akan pernah mau direndahkan yang menunjukkan pukul sebelas malam. Segera disambarnya hape dan menelfon Uci. Menurut Reza, jika memang Uci belum menyelesaikan program itu, ia bisa menjemput apa yang sudah dibuat Uci karena masih ada cukup waktu untuk menyelesaikannya. “Ci??” tanya reza karena Uci menjawab telfon tapi tetap tidak bicara. “Hm??” mendengar suara serak ini Reza tau kalau gadis ini ketiduran saat mengerjakan tugas mereka. “Kamu udah tidur atau ketiduran?” tanyanya basa-basi. Perlu diingat, basa-basi adalah unsur utama dalam berkomunikasi dengan Uci karena kalau tidak keduanya tidak akan bisa berkomunikasi. “Duh Dam.. gangguin gue bisa di pending sampe besok ‘kan? Lagian gue juga punya hutang jalan sama lo. Puas-puasin lah lo ngerjain gue tapi sekarang gue capek dan ngantuk banget. Bye!” Reza mengerutkan kening mendengar respon Uuci barusan. Bahkan hapennya masih sejajar dengan daun telinga, tapi tak lama setelah itu ia menjatuhkan tangannya. Tangan cowok itu tampak mengepal, ia mengerti jika Uci mengira yang menelfonnya adalah cowok tadi siang yang yang tampak bersama Uci. Reza berjanji dalam hatinya bahwa dia tidak akan membiarkan Uci memperlakukannya seperti ini. Ia merasa diabaikan, sejak kapan cewek itu berani menepis eksistensinya? Dan cowok itu –adam, tak seharusnya mendekati Uci di saat masalahnya dengan cewek itu belum selesai. Adanya Adam yang mirip dengan Bang Bima yang menonjoknya karena kedapatan mengata-ngatai Uci dulu akan membuat semuanya makin rumit. Reza masih mengingat awal dari perubahan drastis hubungannya dengan Uci. Dulu tidak ada acara di mana dia yang memarahi Uci ataupun Uci yang membalasnya dengan kalimat yang membuatnya makin kesal. Sebenarnya jika satu dari keduanya sudah bicara maka yang lainnya akan kesal. Dulu mereka hanya saling curi pandang dan lempar senyum. Reza sendiri tak bisa menampik kalau dia menyukai senyum gadis itu tapi ia tidak punya kepercayaan diri tinggi untuk menganggap Uci menyukainya sampai saat di mana ia mendengar kalau Uci melabrak dan membully pacar barunya, Salma. Dan kesalahan fatal yang telah dilakukannya adalah mengatai cewek itu menakutkan seperti monster. 'Kamu apain Salma?' 'Kok kamu nuduh aku gitu sih?' 'Kamu itu menakutkan tau ga? Kamu kaya monster!' Reza tak benar-benar berniat mengatakan itu, hanya saja ia tidak terima cewek yang selama ini tampak sangat manis dan malu-malu itu melakukan hal yang tidak disukainya. Bukan berarti ia membela Salma. Alasan ia jadian dengan Salma juga bukan untuk memanas-manasi Uci, ia lebih memilih bersama dengan cewek yang memang menunjukkan ketertarikan padanya. Salma tidak seperti Uci yang cuek dan terkesan jaga jarak. Cewek itu kaget dan mundur selangkah sebelum menunduk dan mengucapkan 'maaf'. Melihat bagaimana Uci terkesiap mendengar kalimatnya yang juga bernada tinggi itu, Reza benar-benar menyesal. Dan setelah itu tak ada lagi senyum malu-malu darinya saat ketahuan mencuri lihat padanya, hanya pandangan kesal yang didapatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD