Mari Kita Healing

733 Words
Waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan malam dan saat ini Selena sedang berbaring di atas tempat tidur dan menatap langit-langit kamar. Ia kembali teringat dengan semua percakapannya dan Radit saat mereka berada di cafe satu Minggu lalu. Ya, satu Minggu telah berlalu semenjak hari itu dan kini mereka telah resmi bercerai. Namun terkadang Selena masih bertanya-tanya pada dirinya apakah keputusannya telah tepat? Atau ia salah mengambil keputusan? "Eh! Melamun aja. Kesambet baru tau rasa kamu" Ia langsung terperanjat dan tersadar dari lamunan saat mendengar suara itu yang tidak asing baginya, ia melihat Thalia yang baru memasuki kamar mereka dan membawa sebuah bungkusan. Selena menghela nafas dan beralih menatap langit-langit kamar lagi. "Enggak kok, aku enggak melamun" ia berbohong dan menggelengkan kepala. "Terus apa? Sedang meratapi nasib?" Thalia bertanya berjalan menghampiri sahabatnya. "Udah enggak usah sedih-sedih mending kita makan martabak aja" ia melanjutkan, duduk di tempat tidur dan meletakkan bungkusan itu di sebelahnya. "Martabak?" Selena mengerutkan dahi dan menoleh ke arah Thalia, mau tidak mau ia menatap bungkusan berwarna putih itu. "Iya, martabak. Ada yang manis dan ada yang asin" Thalia mengangguk dan membuka bungkusan itu, mengeluarkan dua kotak martabak dan meletakkannya di atas kasur. Mau tidak mau Selena mencium aroma martabak yang menggugah seleranya, dan seketika perutnya terasa lapar. Thalia pun membuka dua kotak itu dan menunjukkan beberapa potong martabak pada Selena. "Nih, ayo dicicipi" katanya menoleh ke arah sahabatnya. Selena mengangguk, mengulurkan tangannya dan mengambil sepotong martabak manis yang berisi coklat, keju, dan s**u. Ia menggigit ujungnya dan mengunyahnya, menikmati rasa asin dan manis yang bersatu di dalam mulutnya. "Gimana? Enak enggak?" Thalia bertanya, mengangkat satu alis dan terlihat penasaran. "Enak" Selena mengangguk. "Kamu beli di mana?" tanyanya, menggigit martabak lagi dan mengunyahnya, menikmati setiap gigitannya. "Di pertigaan jalan yang arah mau ke apartemen ini" jawab Thalia, mengulurkan tangannya dan mengambil sepotong martabak asin. Selena hanya mengangguk dan kembali menggigit martabak yang berada di tangannya. Ia memakannya sampai habis. "Ngomong-ngomong, kapan kamu mulai syuting film itu?" Thalia kembali bertanya dan memulai memakan martabak. "Masih satu Minggu lagi" jawab Selena, mengambil sepotong martabak asin dan menggigitnya. "Kenapa emang?" "Aku rencananya mau ngajak kamu healing" Thalia berkata sambil memakan martabak. "Healing?" Selena mengerutkan dahi dan Thalia mengangguk. "Ke mana?" "Ke Bali" jawab Thalia yang sukses membuat sahabatnya sedikit terkejut. "Setelah aku pikir-pikir kayaknya kita butuh liburan deh setelah semua yang kita lalui, terutama kamu pasti butuh liburan banget. Dari pada kamu terus meratapi diri kamu yang telah menjadi janda jadi lebih baik mari kita healing dan melupakan semuanya untuk sejenak" ia melanjutkan dan menghabiskan martabaknya. Selena terdiam sejenak dan mencoba untuk mempertimbangkan tawaran Thalia. "Gimana? Mau enggak?" tambah Thalia mengangkat satu alis. "Mumpung kamu belum mulai syuting" "Boleh, aku pikir itu ide yang bagus" Selena mengangguk dan merasa setuju dengan ide Thalia untuk berlibur ke Pulau Dewata Bali, karena menurutnya apa yang Thalia katakan memanglah benar, ia butuh liburan setelah semua yang ia lalui. Dan mungkin saja setelah itu ia bisa membuka lembaran baru dan menjadi dirinya yang baru juga. "Bagus, kalau begitu lusa kita berangkat ke Bali. Besok kita kemasi pakaian kita" Thalia berkata, mengulurkan tangannya dan mengambil martabak asin lagi. Namun mau tidak mau ia merasa begitu bersemangat untuk liburan mereka yang akan datang. Ia tidak sabar untuk menikmatinya indah pulau itu. Selena hanya mengangguk, mengambil segelas air di atas nakas meneguknya dengan perlahan. Ia berharap liburan mereka akan berjalan dengan lancar dan tanpa adanya gangguan. "Terus kita mau berlibur berapa hari di sana?" tanyanya kembali meletakkan segelas air yang tersisa di atas nakas. "Bebas, aku ikuti kamu aja maunya berapa lam" jawab Thalia yang sibuk menatap martabak yang sedang ia makan, sesekali ia menggigit cabai rawit yang ia pegang dengan tangannya yang lain. "Kalau liburan ke Bali enaknya tuh satu Minggu" Selena berkata dan Thalia beralih menatapnya. "Tapi sayangnya, aku harus syuting film itu jadi kita enggak bisa terlalu lama berada di sana" ia melanjutkan dan menundukkan kepala. "Gimana kalau lima hari?" Thalia menyarankan dan mengangkat satu alis. "Kalau belum puas nanti setelah syutingnya selesai kita bisa berlibur ke sana lagi" "Setuju!" Selena mengangguk. "Dan setelah itu kita bisa berlibur sepuasnya" ia berkata dengan senyum yang terukir di wajahnya, membayangkan liburan mereka di Bali. Thalia tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tersenyum saat melihat sahabatnya yang akhirnya bisa tersenyum lagi, karena selama satu Minggu ini Selena terus-menerus merenung dan lebih banyak diam, bahkan saat diajak berbicara ia hanya menjawab seadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD