Selena menepikan mobilnya dan mematikan mesinnya saat tiba di depan sebuah cafe. Ia melepas sabuk pengaman, membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
Beberapa hari telah berlalu semenjak Selena dan Radit bertemu di toko kue milik Selena. Semenjak itu Selena terus memikirkan tentang keputusan yang akan ia ambil, hingga ia akhirnya ia mendapatkan keputusan yang menurutnya paling tepat. Dan hari ini mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe untuk membicarakan hal tersebut.
Selena berjalan menuju pintu masuk cafe dan membukanya, ia melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Matanya langsung memperhatikan ke sekitar yang cukup ramai, mencoba untuk menemukan suaminya.
"Selena!"
Ia langsung menoleh dan melihat Radit yang mengangkat tangan dan melambai ke arahnya. Ia menghela nafas dan berjalan menghampiri pria itu.
"Maaf, kalau aku membuatmu menunggu lama" Selena berkata dengan dingin dan duduk di seberang Radit.
"Enggak apa-apa, aku juga baru datang sekitar sepuluh menit yang lalu" jawab Radit dengan senyum yang terukir di wajahnya. Namun ia bisa merasakan jantungnya yang berdebar, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Selena.
Selena hanya mengangguk dan memperhatikan ke sekitar cafe.
"Oh, ya, kamu mau minum apa?" Radit bertanya mengangkat satu alis. "Pesan aja dulu nanti kita baru bicara"
"Enggak usah, terima kasih. Aku enggak lama kok" Selena menggeleng dan beralih menatap suaminya. "Lagipula, setelah ini aku harus pergi karena ada urusan" katanya yang masih saja dingin.
Radit mengangguk dan mencoba untuk tidak terlihat kecewa. "Ya udah, kalau begitu katakan aja" jawabnya menundukkan kepala.
Selena terdiam sejenak dan mengambil waktu beberapa saat untuk menatap wajah pria yang telah bertahun-tahun menjadi suaminya. Ia masih tidak menyangka pria yang begitu ia cinta ini malah tega mengkhianatinya dan menghancurkan kepercayaannya. Dan seketika ia kembali teringat dengan malam itu disaat ia memergoki Radit yang sedang selingkuh dengan wanita yang sama sekali tidak ia kenal. Bahkan Selena masih ingat benar semua yang wanita itu katakan, termasuk saat ia mengatakan bahwa ia dan Radit telah berpacaran selama tiga bulan. Saat mengetahui itu, Selena merasa bodoh karena Radit telah membohonginya selama itu dan ia tidak curiga sedikitpun.
"Kok kamu malah diam?"
Selena langsung terperanjat dan tersadar dari lamunannya. "Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu yang lain" jawabnya dengan sedikit dingin dan berusaha bersikap biasa saja.
"Iya, enggak apa-apa kok" Radit mengangguk. "Dan kalaupun kamu belum siap untuk mengatakannya sekarang juga enggak apa-apa. Aku bakal nunggu sampai kamu siap" ia berkata tanpa melepaskan pandangannya dari Selena.
"Aku bakal tetap mengatakannya sekarang" jawab Selena dengan tegas dan mencoba untuk menenangkan sarafnya yang mendadak menjadi tegang.
"Oke, kalau begitu katakan aja" Radit berkata menganggukkan kepala.
Selena menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan sedikit kasar. "Aku mau kita bercerai" katanya menundukkan kepala.
Mata Radit melebar begitu mendengar kalimat itu yang terlontar dari mulut istrinya, ia tidak percaya Selena akan mengatakan itu. "Bercerai? Kamu yakin?" tanyanya dengan dahi yang mengerut.
"Iya, aku yakin" Selena mengangguk tanpa ragu. "Karena setelah aku pikir-pikir sepertinya rumah tangga kita udah enggak bisa dipertahankan lagi. Aku udah benar-benar kecewa sama kamu. Sulit rasanya untuk memaafkan dan mempercayai kamu lagi. Lagipula, menurut aku itu adalah pilihan yang tepat. Sebab dengan begitu kamu bisa menikah dengan wanita yang kamu mau dan memiliki peluang untuk mempunyai anak" jelasnya dengan kepala yang tertunduk, ia tidak mampu untuk menatap mata Radit.
"Selena," Radit berkata, mengulurkan tangannya ke seberang meja dan meraih tangan wanita itu. "Aku benar-benar menyesal karena telah mengkhianati dan membohongi kamu selama berbulan-bulan. Aku tahu kalau aku salah tapi aku enggak bisa memutar kembali waktu karena itu telah terjadi. Dan kalaupun waktu bisa diulang maka aku akan memilih untuk enggak melakukannya agar kita bisa terus bersama" ia melanjutkan menatap lurus ke mata Selena.
"Tapi sayangnya, waktu enggak bisa diulang" Selena berkata dengan dingin dan kembali menundukkan kepala.
"Benar, dan itu masalahnya" Radit mengangguk dan merasa setuju dengan yang dikatakan oleh Selena. Ia tidak percaya jika pada akhirnya Selena memilih untuk berpisah karena ia sempat berpikir wanita itu akan memaafkannya.
Selena menarik tangannya dan meletakkannya di bawah meja. "Kalau begitu pembicaraan kita udah selesai karena aku udah memberitahu kamu tentang keputusan aku" katanya yang berusaha untuk tetap tenang meskipun hatinya terasa berat dengan keputusan yang telah ia buat.
"Iya, dan aku mau mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah kamu berikan selama ini. Maaf, aku enggak bisa menjadi suami yang baik untuk kamu" Radit berkata menundukkan kepala.
"Enggak apa-apa" Selena mengangguk dan mengangkat kepala, ia memperhatikan ke sekitar dan melihat orang-orang di cafe itu yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. "Aku harus pergi sekarang. Terima kasih kamu udah mau datang ke sini. Semoga kamu menemukan wanita yang lebih baik dari aku" ia berkata menatap Radit sekali lagi sebelum bangkit dari kursinya dan beranjak pergi.
Radit menghela nafas dengan kasar dan mengusap wajahnya saat melihat punggung Selena yang mulai menghilang. Dan kini ia merasa begitu menyesal karena telah menyia-nyiakan wanita sebaik Selena. Ia merasa seperti orang paling bodoh di dunia.