Mereka yang tadi terjebak di lift sampai sekarang masih berada di UKS. Mereka masih lemas dan masih ada yang pusing juga. Alana juga masih merasa pusing dan saat ini Alex, Arkan, serta Bryan menatap ke arah Alana tapi dari jarak jauh. Mereka ingin memastikan keadaan dari Alana tersebut.
Sementara itu saat ini sekolah Gara sudah pulang, ia pun memutuskan untuk langsung pergi ke SMA 45 bersama dengan Aksa. Mereka berdua tampak khawatir dengan keadaan dari Alana. Saat ini mereka pun sudah sampai di SMA 45. Mereka berdua memarkirkan mobilnya dan langsung masuk ke dalam. Di SMA 45 memang belum pulang pada saat ini itu.
Gara dan Aksa langsung menuju ke UKS karena mereka berdua yakin jika Alana ada disana. Saat mereka berjalan di koridor sudah banyak yang membicarakan tentang mereka berdua, mereka tampak sangat terpukau dengan Gara dan Aksa. Mereka bertanya-tanya sebenarnya kenapa mereka sampai kesini. Apakah sesuatu yang membuat mereka repot-repot kesini.
Mereka berdua sudah sampai di depan UKS, saat ini Gara langsung mengetuk pintu UKS dan ia pun langsung membukanya. Ia masuk bersama Aksa. Tampak saat ini semua orang di UKS melihat ke arah mereka berdua. Sementara Gara hanya fokus menatap ke arah Alana yang tersenyum ke Gara dan Aksa. Tapi senyum Alana saat ini bukan seperti senyum biasanya, ia terlihat sangat lemas saat ini. Setelah melihat Alana, ia melihat ke arah Alex yang juga sedang menatapnya. Gara pun menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia saat ini mendekati Alana yang masih tampak lemas di kasur itu.
"Okay? Of course not" ujar Gara yang bertanya tapi menjawab sendiri.
"Apa sih Lo gaje banget Gar, Alana udah makan belum? Atau mau minum air putih? Pacar Lo emang ga peka banget sih" ujar Aksa ke Alana.
"Hahaha ga papa Kak Aksa, kan aku dah bilang kalo mending Kak Aksa aja deh yang jadi pacarku. Tikung aku dadi Gara kak" ujar Alana tersenyum.
"Heh mulutnya ga boleh gitu" ujar Gara kepada Alana membuat Alana menjadi cemberut. Sementara Arkan dan Alex entah mengapa saat ini memutar bola matanya secara bersamaan ketika melihat Alana sedang mengobrol bersama Aksa dan Gara tersebut. Arkan pun menatap Gara dengan pandangan tidak biasa, lagi pula ia masih sebal kepada Gara nengenai kejadian yang beberapa wkatu terjadi. Ia heran, kenapa Gara tidak putus-putus dengan Alana, padahal seperti nya ia sudah melakukan hal exstrem untuk membuat mereka berdua putus. Mungkin benar jika sangat susah membuat mereka berdua putus. Gara saat ini terlihat mengelus rambut Alana tersebut.
"Udah lah jijik banget gua ngeliatnya" ujar Arkan yang langsung bilang seperti itu dengan keceplosan karena ia benar-benar gerah melihat mereka.
"Apa sih Lo" ujar Alana kepada Arkan sembari memutar matanya itu.
Tak lama kemudian bel pulang pun berbunyi, saat ini mereka sudah mulai keluar dari sana, Gara meminta Aksa untuk menyiapkan mobil. Saat ini di UKS tinggal tiga orang saja yaitu Alana, Gara dan Alex. Entah kenapa rasanya Alex masih ingin disitu, seperti ada yang mencegah nya untuk pergi.
"Lo ngapain? Cuman ngeliatin Alana aja? Sama sekali ga nenangin dia? Lo kakakknya? Kayak nya bukan" ujar Gara menatap ke arah Alex tersebut.
"Gar, udah. Tadi Kak Alex banyak bantuin gua kok. Makasih ya Kak Alex tadi udah mau bantuin Alana" ujar Alana sembari melihat ke arah Alex.
"Jangan gw er. Kapan juga gua bantuin Lo" ujar Alex yang mana akhirnya ia meninggal kan Gara dan Alana membuat Gara ingin sekali menyusul Alex dan memberi beberapa kali pukulan agar Gara paham bahwa dan juga sadar. Namun semua itu di cegah oleh Alana. Saat ini Alana memegang tangan Gara agar Gara tidak kemana mana dan tidak melakukan hal yang tidak-tidak.
"Gar, serius Kak Alex tadi baik banget. Dia ngasih minum sama gua di lift. Gua tau Kak Alex sebenarnya khawatir sama gua, cuman ya Lo tau sendiri kan kalo Kak Alex orangnya emang kayak gitu. Jadi ya udah wajar" ujar Alana.
"Tapi sampai kapan dia bakalan kayak gitu sih Lan? Lagi pula gua heran. Kenapa dia berubah kayak gitu, apa yang ngebuat dia jadi kayak gitu coba. Kalo mau khawatir ya tunjukin dong kalo dia khawatir jangan malah sok-sokan ga peduli. Ga suka gua orang yang kayak gitu tuh Lan" ujar Gara tersebut.
"Udah deh mending sekarang kita keluar ke kelas gua buat ambil tas terus balik dan jangan mikirin yang tadi lagi ya. Okay sayang" ujar Alana itu
"Iya deh iya terserah deh" ujar Gara dan mereka berdua pun saat ini keluar dari UKS. Tapi saat mereka sedang membuka pintu, mereka melihat Ica dan Anna yang mau masuk sembari membawa tas dari Alana tersebut saat ini. Alana berterima kasih kepada mereka berdua karena sudah membawakannya tas tersebut. Ia pun mengenalkan kembali Gara ke mereka berdua juga.
Gara menawari mereka untuk pulang bersama dirinya, Keyra dan Aksa. Tapi mereka menolak dengan halus karena mereka sudah di jemput. Akhirnya mereka hanya bareng sampai di parkiran saja. Sementara Aksa sudah mulai mengemudikan mobilnya menjemput Alana dan Gara tersebut pada saat ini.
Setelah mereka berdua masuk, Aksa pun membawa mobilnya itu untuk menuju ke rumah Alana yang mana Aksa sudah beberapa kali mengunjungi rumah Alana. Dan sebenarnya Aksa juga tau bahwa Alana itu merupakan adik dari Alex, makanya tadi sewaktu yang lainnya keluar, ia juga ikut keluar dan memutuskan untu mengurus mobil karena ia yakin pasti Alex ingin berbicara dengan Alana. Alex memang bukan lah kakak yang seperti kakak lainnya.
Alex terlihat sangat dingin dan tak tersentuh, entah lah apa yang membuat Alex seperti itu Aksa lun juga tidak mengetahui dengan pasti juga.
Yang jelas, kehadiran Gara di hidup Alana sepertinya memang menjadi warna baru di hidup Alana karena Alana terlihat sangat ceria dan bahagia jika di dekat Gara. Itu lah yang di dapatkan jika mencari pacar yang sesuai dengan diri kita. Kita akan bahagia secara terus menerus sepanjang berhubungan.
"Mampir Caffe dong Kak Aksa" ujar Alana meminta kepada Aksa itu.
"Heee Alana, kok minta buat mampir-mampir kan lagi sakit" ujar Aksa.
"Duhh Kak Aksa perhatian banget, jadi tambah sayang kak Aksa berjuta-juta kali lipat deh kalo kayak gini tuh" ujar Alana kepada Aksa tersebut saat ini.
"Apa sih ini bocah. Lo pura-pura sakit pasti ya. Nyebelin banget deh. Udah lah mampir Caffe aja deh Sa" ujar Gara kepada Aksa tersebut saat ini.
"Enak aja gua ga pura-pura sakit, cuman udah hampir sembuh aja soalnya abis di perhatiin sama Kak Aksa hehhee. Kalo di perhatiin terus sih kayaknya bakalan cepet sembuh deh" ujar Alana dengan tersenyum senyum.
"Ga usah di dengerin Sa, lagi agak-agak tuh anak" ujar Gara tersebut.
"Hahaha tapi pacar Lo lucu juga sih Ra, tapi sante bos sante selama masih milik Lo ga bakalan gua usik kok, cuman kalo mau putus bilang ya Ra. Biar gua bisa siap-siap jadi ganti nya Lo gitu heheheh" ujar Aksa dengan kocak dan Alana pun langsung setuju dengan Aksa memberikan jempolnya ke Aksa.
"Aduhh dua orang ini dah gila deh, ngapain juga gua punya orang-orang Deket kayak mereka ini. Lama-lama bisa ketularan gila deh gua kalo gini terus tuh. Bisa pusing gua sumpah deh Tuhan" ujar Gara membuat Alana dan Aksa pun saat ini tertawa dengan ngakak menertawai Gara yang sedang frustasi itu.
Mereka pun masih mengemudikan mobil menuju ke Caffe yang akan mereka datangi nanti. Entah lah mereka masih milih-milih Caffe yang pas.
Sementara itu saat ini, di markas nya SMA 45, lebih tepatnya markas pentolan disana. Saat ini Alex sedang latihan tinju sendiri. Alex ingin mengalihkan emosinya lewat pukulan pada sarung tinju ini. Jujur saja ia cemburu ketika Gara bisa lebih dekat dengan Alana. Padahal Alana merupakan adik nya, adik kandungnya sendiri. Tapi ia malah lebih bisa akrbak dengan Gara yang hanya kakak sepupu saja. Ia memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak bisa dekat dengan Alana. Yang pasti ia sayang dengan Alana dan ia takut kehilangan Alana, itu yang paling ia takutkan di dunia ini.
Teman-teman nya melihat Alex dengan ngeri, mereka sebelum nya belum pernah melihat Alex yang seperti meluapkan emosi nya seperti ini. Rasanya pasti ada masalah antara Alex, Alana ,dan Gara tadi karena mereka menemui Alex yang berubah seperti itu setelah mereka pergi duluan dari UKS tadi dan Alex yang menyusul mereka. Mereka pun sangat hera. Dan penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi sewaktu mereka pergi tadi.
Namun mereka dmeua tidak ada yang berani bertanya karena Alex pasti juga tidak akan menjawabnya. Malahan bisa-bisa Alex malah menatap mereka dengan pandangan mematikan. Pandangan yang sangat mereka takutin berasal dari mata milik Alex karena mata Alex benar-benar tajam.
"Lex, Lo ga papa?" tanya Dean yang merupakan salah satu orang pung dekat dengan Alex. Ia yang paling berani bertanya seperti itu kepada Alex.
"Gua Ok" ujar Alex singkat tapi setelah itu ia kembali meluapkan emosinya ke sarung tinju yang saat ini sudah kesana kemari karena Alex memukul nya dengan sangat kuat. Mendapat kan jawaba seperti itu Dean pun duduk saja dan ia menyuruh teman-temannya untuk tidak melihat ke Alex jika mereka tidak ingin mendapatkan masalah. Mereka pun tentu saja tidak ingin mendapatkan masalah dan saat ini mereka sudah sibuk masing-masing.
"Alex kenapa jadinya? Lo dah tanya tadi?" tanya Nino yang baru datang.
"Kayak nya sih ada masalah tapi ga mau cerita. Ya udah lah biarin dia luapin emosi dulu deh jangan diganggu" ujar Dean dan Nino pun memgangguk.
Sementara Alex masih saja memainkan sarung tinju itu. Rasanya emosinya malah semakin meninggi karena dia saat ini memikirkan tentang Alana yang selalu bisa dekat dengan Gara dan menempel pada Gara itu.