Mobil berhenti di sebuah hamparan tanah luas, tepatnya sebuah lapangan yang ditumbuhi rerumputan hijau sebagai hiasan. Ammar memarkirkan mobil di sela mobil-mobil yang sudah duluan terparkir. Suasana sudah sangat ramai. Para penjaja kaki lima dan orang-orang lalu-lalang. Terompet penjual terdengar dimana-mana. Ziva mengikuti Ammar berjalan diantara keramaian. “Kamu mau minum?” Ammar menunjuk minuman dingin di pendingin sebuah toko. “Iya.” Ziva mengangguk. Kebetulan kerongkongannya kering. Ammar tahu banget yang dibutuhkan wanita. “Tunggu di sini.” Ammar masuk ke toko lalu kembali membawa dua botol minuman. Ia menyerahkan satu botol untuk Ziva dan satunya untuknya. Tak lupa, ia juga sudah membukakan tutup botol milik Ziva. “Makasih.” Ziva mengarahkan pangkal botol ke mulutnya. Namun