bc

Married With Tuan Muda

book_age18+
679
FOLLOW
3.0K
READ
love-triangle
contract marriage
CEO
heir/heiress
tragedy
campus
office/work place
coming of age
enimies to lovers
secrets
like
intro-logo
Blurb

Ziva Hazira, yang dikenal sebagai model kampus yang populer, mendadak miskin dan terpaksa bekerja menjadi pembantu di rumah Ammar, Tuan Muda tampan yang sedang patah hati. Kecantikannya membuat Tuan Muda jatuh cinta hingga keduanya terlibat urusan cinta. Sayangnya Ziva harus kabur dari rumah Ammar saat kisah cinta keduanya tidak direstui orang tua. Sesuatu hal membuat Ziva kembali bekerja di rumah Ammar dengan menyamar menjadi sosok lain bernama Zira, lalu bagaimana jika Tuan Muda Ammar yang sudah dua kali patah hati itu justru mengajak sosok Zira menikah?

chap-preview
Free preview
Dikejar Pria Asing
Ini n****+ ke tujuhku, jangan lupa follow aku terlebih dahulu yah. Salam kenal, Emma Shu. Follow juga instagramku @emmashu90 ________ “Hei, kau! Kemarilah!” Pria bertubuh tegap dan besar melambaikan tangan. Ziva menoleh ke samping, menatap pria yang jalan sempoyongan keluar dari gang menuju ke arahnya. Pria itu sesekali menenggak minuman kemasan botol yang tumpah-tumpah ke bajunya. “Crazy! Dia mabuk!” Ziva mempercepat langkah, jemarinya mempererat genggamannya pada tali tas. Inilah yang paling tidak dia sukai saat harus berjalan kaki di tengah malam buta. Pulang dari kampus, mobil Ziva mogok dan ia terpaksa harus menyerahkan urusan mobil pada mekanik bengkel. Dan sekarang, dia terpaksa harus berjalan kaki untuk pulang, melewati jalan sepi dan remang-remang. Langkah kaki Ziva kian cepat. Pria di belakangnya tak kalah mempercepat langkah. Jarak semakin dekat. Ziva akhirnya berlari. “Hei!” Sosok pria lain berkaos hitam muncul dari gang depan dan menghadang langkah Ziva. Sial! Ziva terperangkap. Dia menoleh ke belakang, pria di belakangnya sudah berada di jarak satu meter saja darinya. Pria di depan merentangkan kedua tangan dengan senyuman licik. Tatapannya liar. Jantung Ziva berlarian menatap silih berganti para preman memuakkan itu. “Kalian mau apa?” seru Ziva kalang kabut. “Mau apa? Tentu mau kamu, Baby!” Pria berkaos hitam menyahut. “Jangan mendekat! Jangan macam-macam!” Ziva ketakutan melihat kedua pria itu semakin mendekat. Bahkan pria berkaos hitam tampak mengeluarkan lidah dan menjilat sudut bibir hingga ke sudut bibir lainnya. Pria yang sejak tadi memegangi botol minuman itu akhirnya melempar botol ke sembarang arah. Dia menjulurkan tangan untuk dapat menangkap tubuh Ziva. Dengan gesit, Ziva menolak tangan itu dengan mengibaskan tas miliknya. Plak! Tas mengenai muka pria itu. sontak si pria memelototkan mata penuh amarah. Tas yang terbuat dari bahan keras membuat pria itu merasa kesakitan mendapat hantaman tas. Pria berkaos hitam maju dan meraih lengan Ziva. seketika Ziva menendang pangkal paha pria itu, membuat tubuh si pria membungkuk dan memegangi aset paling penting miliknya sambil merintih. Tepat saat itu, tubuh Ziva tertarik mundur. Kedua lengan kokoh melingkar di perut Ziva. Tas terlepas dari tangan Ziva saat gadis itu meronta memukul-mukul lengan yang melingkar di perutnya. Dengan sekali angkat, tubuh kecil Ziva tergeret mengikuti langkah pria bertubuh besar dan bau alkohol itu. Sementara pria lain berkaos hitam terbahak mengikuti. Dia menjulurkan tangan meraih dagu Ziva. Seketika Ziva mengelak dan malah menggigit telapak tangan pria itu. Plak! Pukulan keras mendarat di pipi Ziva. Seketika pandangan Ziva berkunang-kunang, lalu gelap. Benar-benar gelap. Kepalanya terkulai lemas. Pria yang sejak tadi merangkulkan lengannya ke perut Ziva, melemparkan tubuh Ziva ke tanah. Kedua preman itu bertukar pandang sambil mengulas senyum licik. “Ini mulus, bro! jadi, bagaimana?” “Kita gantian.” *** Ammar Rafidan, pengusaha muda yang memiliki perusahaan multinasional dan bergerak di beberapa Negara, tampak sibuk pada laptop di pangkuannya. Bibirnya yang merah sensual bergerak membaca data di laptop. Wajahnya khas blasteran Iran – Indonesia. Sangat tampan. Penampilannya selalu rapi, jas dan dasi tak pernah lepas dari balutan di tubuhnya. Pengemudi mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. “Lebih cepat lagi! Jangan biarkan waktuku terbuang,” titah Ammar. “Baik, Tuan Muda!” Supir menginjak gas, mempercepat kelajuan mobil. “Besok aku akan ada meeting penting dengan klien dari Jerman. Kau harus bersiap sebelum jam tujuh.” “Baik, Tuan muda.” Tak lama kemudian, tiba-tiba mobil berhenti. “Hei, aku baru saja memrintahmu untuk mempercepat kelajuan mobil. lalu kenapa malah berhenti?” Tanya Ammar masih dnegan pandangan fokus ke laptop. “Maaf, Tuan Muda. Sepertinya ada masalah dnegan mobil ini,” jawab supir dengan suara gemetaran, takut bosnya mengamuk. Dia sangat pahan dengan sifat bosnya itu. Bisa berang jika mendapati kesalahan kecil saja. “Apa? Mobil ini bermasalah? Bukankah aku sudah memerintah mu supaya mengecek mobil setiap saat, servis mobil tepat waktu. Lalu apa lagi?” hardik Ammar. “Saya akan cek, Tuan!” Supir bergegas turun. Ammar melepas nafas berat sambil membuang pandangan ke luar. Dahinya mengernyit mendapati pemandangan di seberang jalan sepi yang dia lalui. Meski jarak lumayan jauh, namun kejadian itu dapat dilihat dengan jelas oleh Ammar. Masih dengan dahi mengernyit, Ammar melihat seorang wanita dipeluk oleh sosok pria dari arah belakang, digeret memasuki sebuah gang. Dengan sekuat tenaga, gadis itu meronta meminta untuk dilepaskan. Sementara sosok pria lain mengikuti sambil menjulurkan tangan ke arah wajah gadis itu. Bahkan memukul gadis itu hingga tak sadarkan diri. Ammar melipat laptop dan meletakkannya ke jok samping. Dia turun dari mobil dan berlari secepat kilat, menyeberangi jalan menuju dimana gadis itu diletakkan di tanah. Supir sampai bingung melihat bosnya lari ngibrit entah kemana, seperti dikejar iblis. Baru saja salah seorang preman memposisikan tubuhnya dalam keadaan berlutut di hadapan tubuh si gadis yang terbaring tak sadarkan diri, lalu menurunkan resleting celana. Sebelum sempat preman itu melakukan hal gila, Ammar melompat dan menendang tubuh pria itu hingga tumbang ke tanah. Pria berkaos hitam yang merupakan komplotan preman itu pun terkejut melihat kedatangan Ammar. Segera pria itu membalas tendangan Ammar dnegan pukulan bertubi-tubi yang sayangnya dnegan mudah ditangkis oleh Ammar. Tak butuh waktu lama hingga Ammar mampu melumpuhkan kedua lawannya dan terkapar di tanah setelah menghadiahi pukulan dan tendangan bertubi-tubi. “Cabut!” seru salah seorang preman sambil mengacungkan jari tengah ke arah Ammar. Kedua preman lari tunggang langgang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook