BLA-8

1048 Words
Ketika di pabrik aku belum melihat Ezra sama sekali dan aku tidak sempat menghubungi Ezra karena kesibukan di ruangan HRD, kejadian semalam selepas Ezra pamit pulang membuat aku merenung apa yang aku lakukan ke depan bersama Ezra dan hari ini aku ijin pada orang tua jika akan lembur, aku sedikit merasa bersalah karena berbohong sedemikian rupa hanya demi pria yang baru dikenal. "Audrey kamu kasih ini ke Ezra bilang segera diisi maksimal seminggu" ucap Henindar membuat aku menatapnya dan menerima berkas yang diberikan "diisi objektif jangan subjektif" aku mengangguk sebelum keluar dari ruangan. Akhirnya aku bisa bertemu setelah tadi mencari keberadaannya, aku melangkah ke arah ruangan produksi dan ketika aku masuk hanya ada Ezra karena Ella ditugaskan mencatat hasil produksi jadi berada di lapangan. "Pak, diminta Bu Henindar isi PA waktunya seminggu diisi objektif jangan subjektif" ucapku sambil menyerahkan form PA ke Ezra "dari mana tadi kok baru kelihatan?" tanyaku setelah meletakkan berkas di meja Ezra sambil menatap dirinya yang menatap sekilas. "Datang langsung ke lapangan jadi baru sekarang di sini" jawab Ezra "bilang Bu Henindar lusa sudah ada di mejanya" "Ok" kataku "kalau begitu permisi" yang hanya dianggukin oleh Ezra. "Ada Audrey" sapa Yudi bertepatan dengan Ezra menyuruhku keluar dan sebelum aku mengatakan sesuatu pada Ezra "ada perlu apa?" menatap kami berdua tapi Ezra hanya sibuk dengan kerjaan tidak menghiraukan apa yang terjadi. "Ini kasih form PA, pak" jawabku "saya permisi mari Pak Yudi dan Pak Ezra" yang hanya dijawab anggukan oleh Yudi Sebelum jam pulang kerja Ezra mengirimi pesan yang mengatakan jika dirinya menunggu di salah satu toko dan sesuai permintaan Ezra semalam aku melangkahkan kaki ke tempat janjian dengan Ezra. Aku sendiri tidak tahu ke mana Ezra akan membawaku nantinya, dari jauh aku sudah melihat mobil Ezra dan dengan cepat aku langsung masuk ke dalam mobil takut ketahuan oleh rekan di pabrik karena bagaimanapun kami menjaga nama satu sama lain. Selama perjalanan kami berdua hanya diam bahkan Ezra tidak membuka pembicaraan sama sekali, membuatku bertanya apa benar ini yang aku inginkan melakukan bersama Ezra. Aku menatap sekitar di mana Ezra mengajakku keluar kota membuatku langsung memegang lengannya dan menatap dirinya dengan bingung. "Kita mau ke mana?" tanyaku setelah Ezra meminggirkan mobil "luar kota?" "Kamu sudah ijin kan?" tanya Ezra tanpa menjawab pertanyaanku "apa mau melakukan di kota kita saja?" aku diam "aku sudah pesan tempatnya" ucap Ezra menatapku lembut. "Pesan" ulangku yang diangguki Ezra "hotel?" Ezra mengangguk yakin seketika aku menyandarkan diri di kursi mengetahui kenyataan bahwa Ezra bisa sejauh ini. "Kamu masih ragu?" tanya Ezra namun aku hanya diam "kalau masih ragu kita jalan-jalan saja" putusnya langsung Aku mengangguk “kita baru kenal lantas hubungan apa ini? bahkan aku gak kenal kamu banyak dan bagaimana latar belakangmu selama ini” "Apa itu penting?” aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan Ezra “kamu bahkan sudah bertemu keluarga aku, apa tidak cukup?” lagi-lagi aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan Ezra karena tidak tahu harus bagaimana "kamu tidak yakin dengan perasaanku?" tanya Ezra dengan nada kecewanya yang langsung membuatku terkejut dan hanya bisa diam "dari semua sentuhanku kemarin kamu tidak merasakannya?" aku hanya diam "baiklah jika kamu belum yakin kita jalan-jalan saja" "Lalu hotelnya?" tanyaku menatap Ezra. "Gak masalah" jawab Ezra santai seolah bukan sesuatu yang besar. Aku menatap jalan sekitar menimbang perasaanku pada Ezra, sejak kejadian Keanu aku sering berpikir untuk tidak lagi berhubungan dengan pria lain bahkan sampai ke ranjang tapi Ezra seolah mengubah segalanya dan mungkin memasukkan aku dalam sesuatu yang lebih besar dibandingkan Keanu. "Bagaimana jika hamil?" tanyaku mencoba mencari apa yang akan Ezra lakukan. "Aku akan tanggung jawab lagian gak akan hamil karena aku sudah mempersiapkan semuanya" jawab Ezra "kalau memang kamu belum yakin kita bisa melakukannya lain kali" "Maaf" ucapku dengan menyesal “bukan aku tidak siap hanya saja aku tidak yakin dengan hubungan kita ini” Ezra mengangguk paham walaupun aku melihat wajah kecewanya Kami memutuskan untuk jalan-jalan menikmati pemandangan walaupun aku masih melihat wajah kecewa dari Ezra tapi jujur aku ingin memastikan bagaimana perasaan aku pada Ezra. Ketika waktu sudah menunjukkan waktunya pulang kami pulang dan karena posisi di luar kota perjalanan memakan waktu lama, aku sampai rumah sudah tengah malam dan Ezra memberikan alasan masuk akal pada ayah. Setelah kejadian yang gagal itu di luar kota, kami sering pulang bersama selama bersama itu entah mampir untuk makan atau ke rumah Ezra hanya untuk berbicara. Kami sudah selayaknya kekasih tanpa ada status yang pasti karena bagaimana pun aku nyaman bersama Ezra saat ini. "Ada apa, mas?" tanyaku begitu kami sudah sampai rumahnya. Ezra tidak menjawab pertanyaanku tapi menarikku masuk ke dalam kamar, mencium bibirku perlahan sambil mendorongku ke arah ranjang. Ezra membelai pipiku lembut, tangan Ezra mulai meremas bukit kembarku dari luar sedangkan tangan satunya membuka kancing baju lalu melepaskannya dengan cepat. Aku membantu Ezra melepaskan kancing bajunya, saat ini kami berdua hanya tinggal pakaian dalam. Ezra mencari pengait untuk membebaskan bukit kembarku setelah terlepas Ezra langsung mengulum bukit kembarku sambil meremas yang lain. Tangan Ezra yang lain membelai bagian bawah dari luar cd dengan sekali-sekali menekan ke dalam. Tidak lama kemudian jari Ezra masuk ke dalam dan langsung masuk ke dalam milikku, memainkan jarinya di dalam milik membuat aku mendesah menikmati sentuhannya. Gerakan jari dalam organ intim makin cepat membuatku semakin menekan Ezra untuk mengulum bukit kembarku. Ezra melepaskan bibirnya di bukit kembar langsung membuka pakaian dalam aku dan menenggelamkan kepalanya dalam milikku. Aku merasa bukan hanya lidah Ezra namun diimbangi dengan jari Ezra yang bermain di titik sensitifku. Aku hanya bisa meremas rambut Ezra selama beberapa saat karena cairanku segera keluar. Ezra menelan semua cairanku tanpa sisa Ezra mendekatkan senjatanya ke wajahku, aku langsung memasukkan senjata Ezra ke dalam mulut. Ezra menarik rambutku menggerakkan kepalaku maju mundur. Senjata Ezra tidak masuk semua ke dalam mulut, aku dapat melihat Ezra menikmati gerakan mulut di senjatanya yang aku lakukan. Tarikan di rambutku semakin cepat menandakan Ezra akan klimaks dan aku bersiap menampung cairan Ezra. Aku menelan beberapa cairan Ezra karena tidak dapat menampung semuanya. Ezra mencium keningku lama dan turun mencium bibirku lembut. "Apakah kamu masih belum merasakan arti sentuhanku?" tanya Ezra setelah melepaskan ciuman di mana tatapannya menatapku lembut "bolehkah?" Aku hanya diam tidak merespon ucapan Ezra. Tidak ada jawaban dariku Ezra meletakkan aku kembali ke ranjang, membuka pahaku lebar lalu memasukkan senjatanya ke dalam perlahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD