BLA-7

1048 Words
Kesibukan di pabrik membuatku melupakan kejadian semalam dengan Ezra, sikap Ezra pun di pabrik tidak banyak berubah sama seperti sebelumnya. Walaupun kami berinteraksi itu pun masalah pekerjaan, terutama karyawan produksi yang keluar masuk dan membutuhkan pelatihan. Hari ini membuat kami lebih banyak interaksi karena ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja, Yudi hanya mengawasi dari jauh lalu koordinasi dengan Adin sedangkan aku dan Ezra mengantar ke rumah sakit. Dalam perjalanan kami hanya diam dan lebih fokus pada karyawan tersebut, ketika sampai di rumah sakit dengan segera kami membawa ke UGD di mana kami membagi tugas aku melangkah ke bagian administrasi sedangkan Ezra menemani karyawan di dalam ruangan bersama paramedis. "Sudah ditangani, mas?" tanyaku yang mengambil duduk sebelahnya setelah selesai administrasi. "Sudah" jawab Ezra singkat "seharusnya gak ada kejadian seperti ini kita udah cek dengan benar semuanya" keluh Ezra frustasi sambil menangkup wajahnya. Aku memegang tangan Ezra "ya udah yang penting karyawan sudah tertangani, mas" Ezra menatapku lalu menghembuskan nafas kasar “pihak keluarga sudah dihubungi kata Mbak Reni” Ezra mengangguk. Tidak lama keluarga dari karyawan tersebut datang, kami menjelaskan kronologis kejadiannya dan tidak berselang lama dokter keluar menghampiri kami memberitahukan apa yang terjadi dan penanganan seperti apa. Setelah memastikan keadaan karyawan dengan ditempatkan di kamar perawatan, kami berdua pamit kepada mereka karena memang pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. "Kita makan dulu" ucap Ezra ketika kami dalam perjalanan "makan di rumah aku ingin istirahat sebentar" aku hanya bisa mengangguk pasrah mendengar perkataan Ezra. Ezra memberhentikan mobil di warung makan membeli beberapa makanan untuk kami berdua setelahnya mobil diarahkan ke rumah yang semalam aku datangi. Tanpa menunggu persetujuan Ezra ketika membuka pintu aku dengan segera menyiapkan makan siang kami berdua sedangkan Ezra masuk ke dalam kamar ketika keluar dapat kulihat jika Ezra tampak segar dan telah berganti pakaian. Melihat makanan telah tersedia dengan segera menyantap makanan tersebut dalam diam dan aku hanya bisa mengikuti apa yang Ezra lakukan karena tidak tahu harus bagaimana di rumah ini. "Bagaimana hubunganmu dengan dia?" tanya Ezra ketika aku membawa minuman dan camilan di ruang tengah. "Sudah putus" jawabku santai "teman aku hamil dan gak mungkin memisahkan mereka" Ezra mengangguk paham. Kami berdua terdiam sambil menikmati acara di televisi walaupun aku tahu pikiran kami tidak berada di tayangan tersebut, aku memikirkan alasan apa yang aku berikan pada kedua atasanku karena terlalu lama berada di luar. Aku menatap Ezra yang fokus dengan televisi namun aku tahu jika dirinya tidak menonton dengan baik, aku menghembuskan nafas panjang atas apa yang kami lakukan saat ini. "Kalau aku mendekatimu bagaimana?" tanya Ezra tiba-tiba membuatku menatapnya karena dari tadi hanya suara televisi yang mendominasi. "Bukankah kita sudah dekat, mas?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya, aku tahu arah pembicaraan Ezra ke mana hanya saja aku tidak mau menjawab pertanyaan ini. Ezra mendekatkan diri ke arahku dan kami saling menatap satu dengan yang lain, dalam sekali tarikan aku sudah berada di pangkuan Ezra dan dalam sekejap bibir kami saling bertautan mengecap rasa yang ada dengan bertukar saliva. Ezra melepaskan tatapan kami berdua dapat kulihat tatapan b*******h di mata Ezra, aku mengelus rahang Ezra yang ditumbuhi bulu tipis langsung aku cium bibirnya seolah aku juga menginginkannya dapat kurasakan Ezra membalas ciumanku semakin dalam. Tangan Ezra tidak tinggal di mana saat ini meremas bukit kembarku bergantian yang masih tertutup pakaian, ciuman Ezra turun ke leher membuatku mendesah ketika merasakan lidahnya menjelajahi leherku. Aku tidak tahu jika Ezra berhasil membuka kancing bajuku dan aku baru merasakannya ketika tangannya meremas secara perlahan membuat tanpa sadar aku mengeluarkan desahan. Ruangan ini hanya berisi suara desahanku membuat Ezra semakin bersemangat untuk melakukan lebih, aku mengakui Ezra melakukannya seakan aku bukan melakukan dengan sangat lembut berbeda sekali dengan Keanu dan seseorang yang sudah aku lupakan. Dapat kurasakan milik Ezra membesar di antara bagian bawahku semua terjadi dengan cepat ketika Ezra sudah membuka pakaian atasku dan mulutnya sudah berada di bukit kembar dan sebelah tangannya meremas pelan. "Ezra" erangku ketika Ezra menghisap dalam milikku "akhh" desahan-desahan tanpa henti keluar dari mulutku seakan menikmati apa yang Ezra lakukan. Ezra melepaskan bukit kembar dari mulutnya dan menatapku "aku sudah menandaimu dan sekarang kamu milikku" tatapan tajam diberikan Ezra padaku "kita lakukan ini nanti sekarang kita balik kantor" aku menatap Ezra tidak percaya "tunggu momen yang pas, sayang" tersenyum simpul mencium bibirku sekilas "rapikan pakaianmu" sambil mengancingkan pakaian perlahan dan membersihkan bibirku dari saliva kami berdua. Kami kembali ke kantor seolah tidak terjadi apa-apa dan aku langsung memberikan laporan atas apa yang terjadi di rumah sakit serta p********n yang dikeluarkan dan Ezra diminta untuk menuliskan kronologis kejadian sampai kecelakaan terjadi. Hingga jam pulang kerja berakhir tidak ada interaksi antara kami karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ezra menunggu di depan mobil ketika melihatku langsung tersenyum membuat Reni menatap curiga ke arah kami berdua. "Ada apa di antara kalian?" tanya Reni menatap Ezra curiga lalu beralih padaku menuntut jawaban sedangkan aku hanya bisa diam menunggu jawaban Ezra. "Antar pulang aja" jawab Ezra santai “jangan mikir yang aneh” memberi kode untuk masuk ke dalam mobil. "Awas lo macem-macem" Reni memperingati Ezra yang dibalas dengan mengangkat tangan tanda hormat. Aku masuk ke dalam mobil Ezra dalam perjalanan kami hanya diam tidak membahas kejadian tadi siang dan aku juga tidak berniat membahas karena bukan hal yang penting. Ketika sampai rumah di mana ada Kinan dan bunda yang tampak sibuk dengan beberapa pakaian, mereka menatap kami sekilas. Sampai aku tidak sadar jika pernikahan kakak aku Miftah beberapa minggu lagi, terlalu sibuk bekerja sampai melupakan keluarga. "Apa itu, mbak?" tanyaku ketika Kinan memberikan pakaian ke Ezra. "Kata bunda buat Ezra nemenin kamu nanti" ucap Kinan yang langsung diterima Ezra "datang ya kasian nanti Audrey gak ada temannya" Ezra hanya mengangguk dan tersenyum tanpa berniat menjawab perkataan Kinan. Ezra langsung berpamitan pada bunda ketika sudah mendapatkan pakaian tersebut, aku mengikutinya dari belakang karena terlalu sibuk melamun aku tidak menyadari Ezra berhenti membuatku hampir menabraknya jika saja Ezra tidak melingkarkan lengannya di pinggangku. "Besok luangkan waktu" ucap Ezra membuatku menatapnya bingung "kita melanjutkan yang tertunda tadi dan kasih alasan apa pun pada orang rumah" aku mengangguk tanpa sadar membuat Ezra tersenyum senang. Aku menatap mobil Ezra yang sudah menjauh dari rumah dan memikirkan apakah harus melakukan bersama Ezra saat ini padahal kami baru beberapa bulan mengenal, walaupun aku sudah bertemu keluarganya tidak membuat diriku aman karena aku tidak mengenal Ezra dalam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD