BLA-9

1043 Words
Kami saling menatap setelah pelepasan, Ezra langsung mengeluarkan perlahan setelah dirasa tidak ada yang keluar lagi setelahnya berbaring di sampingku dan menarikku ke dalam pelukannya tidak ada yang memulai pembicaraan hanya suara nafas yang mendominasi ruangan ini. Aku membalas pelukan Ezra menyampaikan apa yang aku rasakan setelah pelepasan kami sambil aku menepuk punggungnya pelan. "Apa aku terlalu kasar atau menyakitimu?" Ezra memecahkan keheningan kami dan aku hanya menggelengkan kepala "ijinlah kamu tidur sini" perintah Ezra yang tidak bisa aku bantah karena aku terlalu lelah. Ezra melangkah keluar dan aku hanya bisa menatapnya namun tidak lama kemudian masuk dengan membawa minum diberikannya padaku beserta obat membuatku menatapnya dengan bingung menatap bergantian antara obat dan Ezra, tapi aku tetap menerima apa yang Ezra berikan. "Obat menghilangkan rasa sakit dan pencegah kehamilan" ucap Ezra membuatku menatap langsung tapi ekspresi Ezra biasa saja "gak mungkin kamu mau hamil saat ini kan? mau taruh mana muka kita apalagi kamu karyawan baru" aku diam menatap pil ditanganku "apalagi yang dipikirkan? aku akan tetap tanggung jawab" sambung Ezra cepat karena melihat aku bingung harus bagaimana. Dengan terpaksa aku meminum obat yang diberikan Ezra sekilas aku menatap Ezra di mana terdapat sorot lega di wajahnya, setelahnya Ezra memberikan ponselku untuk meminta ijin dengan terpaksa aku membohongi keluargaku mengatakan harus mengerjakan tugas kantor dan menginap di rumah teman. "Lalu apalagi?" tanyaku setelah memberikan ponsel pada Ezra dengan sedikit kesal karena tunduk pada kata-kata Ezra. "Kita isi tenaga dulu sebelum babak selanjutnya" aku menatap Ezra bingung "tubuhmu membuatku ingin terus menyentuhnya" bisikan Ezra membuat wajahku memerah "aku barusan pesan makanan seharusnya sudah datang sebentar lagi” mencium keningku pelan. Aku menatap punggung Ezra yang berjalan keluar kamar, mataku menatap kamar ini yang aku yakini kamar Ezra perlahan aku berdiri mencari pakaian namun tidak menemukannya dengan terpaksa aku menggunakan pakaian Ezra dari dalam lemari. Ketika keluar kamar Ezra tampak menata makanan yang baru datang aku langsung melangkah ke arahnya berniat membantu namun kegiatan Ezra terhenti menatapku dengan tatapan menahan gairah yang bisa aku lihat dari tatapan matanya tersebut tapi aku mencoba untuk tidak mempedulikannya. "Makanlah yang banyak karena setelah ini kita akan melakukannya lagi" ucap Ezra yang aku rasa menahan diri membuat aku tersenyum menatapnya. Tatapan Ezra membuatku berpikir jika aku hanya pemuas nafsu Ezra tapi bukannya Ezra bisa mendapatkan dari karyawan pabrik yang menyukai dirinya namun suatu perasaan tidak rela mampir dihatiku yang langsung aku tepis karena tidak mau berharap atas apa yang kami lakukan malam ini, bukankah banyak pasangan melakukan ini tanpa hubungan seperti kami dan apa aku harus berharap hubungan lebih bersama Ezra. Setelah selesai makan kami membersihkan sisa makanan yang ada di meja makan, aku meminta waktu pada Ezra untuk beristirahat sebentar karena aku harus menyiapkan stamina untuk babak selanjutnya yang aku yakini akan semakin panas dan lama dari sebelumnya. Untungnya Ezra menyetujui permintaan aku untuk sedikit beristirahat sebentar namun Ezra bilang berarti harus siap dengan babak selanjutnya yang lebih lama dan itu semua sesuai dengan prediksi aku barusan. Memuaskan Ezra selanjutnya benar-benar harus aku lakukan di mana Ezra memintaku menari dengan membuka pakaian secara perlahan, aku yang tidak bisa menari langsung bingung tapi Ezra meyakinkan jika aku bisa. Perlahan aku hanya menggerakkan pinggul tapi semakin lama suara musik membuatku semangat melakukannya dan tidak sadar telah tanpa busana depan Ezra. Ezra memberikan petunjuk untuk mendekati dirinya, ketika sudah berada di dekatnya Ezra memintaku membuka pakaian untuk dirinya yang tentu saja aku lakukan karena aku tidak ingin hanya aku saja yang tanpa busana. Ezra menarikku duduk di pangkuannya dengan berhadapan tanpa aku sadari milik Ezra sudah masuk ke dalam milikku lalu digerakkannya perlahan sedangkan tangan dan mulutnya tidak berhenti menyentuh seluruh tubuhku membuatku mengerang dan mendesah memanggil nama Ezra dengan keras dan sesekali aku meremas rambutnya karena Ezra tidak memberikan aku kesempatan untuk bergerak lebih. Ezra mengangkat aku dan saat ini posisi kami adalah berdiri dengan perlahan Ezra menggendong diriku untuk menuju kamar, yang aku lakukan hanya mengalungkan tangan di leher Ezra sambil mencium lehernya perlahan. Gerakan di bawah membuat aku tidak tahan atas apa yang Ezra lakukan, aku tidak yakin apa aku mengalami pelepasan atau tidak karena aku dapat merasakan sesuatu keluar dari dalam diriku atas apa yang Ezra lakukan. Ezra tidak puas hanya dengan sekali walaupun aku sudah klimaks berkali-kali dan Ezra mengeluarkan cairannya tetap menginginkan melakukan lagi dan ketika aku menatap jam di mana sudah tengah malam, kami bermain hampir 4 jam tanpa henti dengan berbagai gaya dan di pelepasan terakhir kami Ezra menggendongku yang sudah terlelah menuju kamarnya dan menarikku ke dalam pelukannya. Aku terbangun terlebih dahulu di mana rasanya badanku akan patah tatapanku tertuju pada Ezra yang masih tertidur berharap semoga ini yang terbaik untukku ke depannya dan Ezra tidak seperti Keanu yang mengkhianatiku. Aku segera turun dari ranjang menuju kamar mandi membersihkan cairan yang ada dalam tubuh di mana tubuhku penuh dengan aroma percintaan kami berdua, Ezra masih tertidur ketika aku keluar dari kamar mandi dengan perlahan aku membuka pintu menuju dapur memasakkan sarapan yang mudah untuk kami berdua. "Kenapa gak bangunin?" tanya Ezra yang memelukku dari belakang "aromanya wangi bikin aku mau lagi" sambil mencium leherku perlahan yang membuat aku geli sendiri atas apa yang Ezra lakukan. "Aku capek, mas" ucapku berusaha menolak dan melepaskan pelukan Ezra. Ezra melepaskan pelukan "baiklah akhir pekan siapkan dirimu karena keluargaku akan ke rumah melamarmu" Aku menatap Ezra mencari kebohongan dimatanya namun nihil, Ezra mendekatiku dan mencium bibirku lembut sampai aku tidak merasakan bahwa ini adalah ciuman karena terlalu lembut dan ciuman ini berbeda dengan ciuman kami semalam. "Aku serius melamarmu agar kita bisa sewaktu-waktu menikah jika kamu kelupaan meminum obat itu" ucap Ezra menatap mataku "dan nanti aku akan bilang pada mereka bahwa kamu harus tinggal di mess dengan alasan agar mudah jika ada pulang malam" "Mas" ucapku menatapnya tajam "aku menolak ide menginap di mess" "Bukan mess tapi di sini" Ezra menatapku dengan bersinar yang membuatku melotot dan menggelengkan kepala atas apa yang Ezra katakan "siapkan sarapannya setelah itu kita berangkat" Ezra meninggalkanku di dapur setelah mencuri ciuman di bibir. Lamaran dan tinggal bersama Ezra dalam satu atap merupakan hal tergila yang terjadi pada hidupku nantinya, aku akan mencoba merayu agar tidak terjadi karena sampai detik ini aku tidak tahu perasaan kami satu dengan yang lain kecuali ranjang karena aku belum tahu bagaimana perasaanku pada dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD