BLA-4

1063 Words
Ezra pamit kepada ayah karena sudah memulangkan aku terlambat, selama di perjalanan Ezra tidak membahas kejadian di gramedia tadi. Ketika mengajak makan kami hanya membahas mengenai pekerjaan tidak membahas yang lain, Ezra memberikan gambaran bagaimana pekerjaan di sana yang membuat aku anak baru paham bagaimana lingkungan perusahaan tersebut bahkan Ezra berpesan jangan terlalu percaya dengan orang bahkan dinding juga akan berbicara ketika sekali saja kita membukanya. "Keanu kesini tadi" ucap Miftah ketika aku mengambil minuman "kalian ada masalah? Keanu berantakan tadi" Aku mengangkat bahu "oh ya rencana pernikahan mas sampai mana?" tanyaku mengalihkan pembicaraan mengenai Keanu karena aku juga malas membahas mengenai Keanu. "Tanya bunda sama Kinan aja mas gak paham terima beres" jawab Miftah "mas selalu ada buat kamu kalau butuh pelukan" sambil menarikku dalam pelukan "tadi siapa? baru kemarin kerja udah dekat sama cowok, naksir kamu tu" goda Miftah yang membuat aku memukul dadanya pelan tapi hanya ditanggapi dengan tertawa keras membuatku cemberut. "Kebetulan satu arah rumahnya, mas" jawabku "ngarang banget jadi orang mana ada dia naksir aku, mas" ucapku sambil melangkah ke kamar tidak mempedulikan perkataan Miftah selanjutnya. Aku melihat banyak panggilan dan pesan dari Nina maupun Keanu tapi aku tidak menghiraukan. Nina adalah salah satu sahabat yang tahu bagaimana awal mula aku dengan Keanu tapi kenapa bisa mereka mengkhianatiku, aku bukan marah tapi kecewa dengan mereka berdua. Pikiran yang ada dalam benakku adalah sejak kapan mereka berjalan di belakangku, jika aku ingat sikap mereka berdua biasa saja ketika bersama aku atau aku terlalu bodoh tidak menyadari apa yang mereka lakukan. Sandra salah satu sahabatku dan Nina menghubungiku ternyata Sandra tidak tahu apabila Nina dan Keanu memiliki hubungan di belakangku, aku menceritakan semuanya pada Sandra tapi sayangnya Sandra tidak mau ikut campur urusan kami dan hanya bisa memberikan nasehat untukku agar mencoba untuk berbicara dengan mereka berdua. Aku tidak mau bertemu mereka berdua kembali biarkan mereka bahagia dengan keputusannya tapi sisi hati yang lain mengatakan kalau aku harus bertemu dengan mereka mendengar penjelasan mereka. Aku tidak menyadari jika aku menangis semalam karena apa yang aku lihat bahkan aku tidak menyadari jika ini sudah sangat larut, Keanu sangat berarti bagiku karena kami menghabiskan waktu bersama bahkan hubungan kami bukan hanya sekedarnya tapi kami sudah berbagi semuanya bahkan ranjang sekalipun. "Matanya kenapa, mbak?" tanya bunda ketika akan sarapan. "Abis nonton drakor, bun" jawabku tanpa menatap ke arah bunda "keliatan banget ya?" "Panda itu mata, bek" ledek Miftah namun aku tidak menghiraukan perkataan Miftah. "Mbak temannya jemput di depan" ucap bibi masuk ke dalam membuat aku bingung teman yang mana. "Siapa, bi?" tanyaku setelahnya. "Ezar Reza gak tahu pokoknya itu namanya" jawab bibi asal. "Suruh masuk sarapan, bi" kata ayah "ayah ingin tahu maksud dan tujuannya" aku melotot mendengarnya. "Yah, kenal baru kemarin lagian cuman partner kerja" belaku langsung tidak ingin ada pemikiran lebih. "Permisi maaf mengganggu waktu sarapannya" ucap Ezra membuyarkan debat di meja makan ini. Ayah mempersilahkan Ezra untuk bergabung sarapan dengan kami, selanjutnya terlibat pembicaraan ketiga pria tersebut sedangkan aku langsung menuju ke kamar untuk bersiap dan tidak mau mereka berdua semakin jauh bertanya tentang Ezra pasalnya kami baru beberapa hari ini berkenalan. "Pak Ezra apa bisa berangkat sekarang?" tanyaku memecahkan pembicaraan mereka membuat mereka menatapku yang langsung diangguki Ezra. Ezra langsung pamitan dengan ayah, bunda serta Miftah untuk berangkat kerja bersama diriku, sedangkan Nizar sudah berangkat pagi-pagi karena ada kegiatan di sekolah yang aku tidak tahu apa karena beberapa hari ini Nizar memang sibuk dengan kegiatannya. "Kompres matanya sama ini" ucap Ezra memberikan plastik es batu kepadaku "tadi minta disiapkan bibi setelah kompres baru make up lagi" seolah menjawab pertanyaan yang belum aku keluarkan. "Makasih, mas" ucapku tapi Ezra tidak menghiraukan karena fokus menyetir. Aku akhirnya mengompres mata dengan es batu selama perjalanan agar orang pabrik tidak berpikir macam-macam apalagi aku turun dari mobil Ezra, aku juga tidak mau menjadi pusat perhatian orang pabrik atas apa yang terjadi karena aku tidak terlalu nyaman dengan pandangan orang. Ketika mobil hampir mendekati pabrik Ezra meminta aku untuk berdandan agar semakin tidak terlihat dan sekali lagi aku hanya bisa mengikutinya, sampai di pabrik kami langsung masuk ke dalam tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibir Ezra membuat aku hanya menghembuskan nafas. Ketika di pabrik sikap Ezra kepadaku tidak lebih dari seorang partner kerja, dari hasil kemarin aku melihat banyak permintaan produksi yang belum terpenuhi. Setelah aku konsultasi dengan Reni dan disarankan membuka hasil psikotest mereka, aku memisahkan beberapa yang masuk kualifikasi dengan di tandai setelah selesai aku berikan kepada Reni dan Henindar setelah setuju aku menemui Ezra untuk penjadwalan interview user hal ini agar semua segera cepat di proses. "Selasa jam 10 ya" kata Ezra sambil membaca hasil pelamar tersebut tanpa menatapku. "Ok nanti dengan Pak Ezra atau Pak Yudi langsung?" tanyaku bersikap formal. "Pak Yudi mana mau ngurus beginian jelas sama saya itu" jawab Ezra menatapku sekilas dan aku mengangguk paham langsung keluar dari ruangan Ezra. Keluar dari ruangan Ezra berpapasan dengan Wisnu dan Rio serta Catur, kami hanya tersenyum tidak ada pembicaraan karena kami kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing jadi tidak ada waktu untuk berbicara tidak penting. "HRD baru ya? Audrey?" tanya Mila bagian finance menghentikan langkahku. "Kenapa?" tanyaku mendatangi Mila. "Gak mau gajian? kok belum kasih fotokopi buku tabungan" ucap Mila. "Maaf senin aku bawakan" ucapku tidak enak. "Biasa aja lagian masih lama gajian" ucap Mila sambil tersenyum "eh ada hubungan apa kamu sama Ezra? baru masuk udah dekat aja sama Ezra. Ezra itu high quality loh idaman wanita disini" Aku tersenyum "aku duluan masih banyak yang harus dikerjakan, mbak" pamitku tidak berniat menjawab pertanyaan Mila. "Ati-ati sama Mila" ucap Wisnu ketika kami istirahat di ruangan membuat aku menatap bingung. "Kenapa memang Mila?" tanya Reni sebelum aku membuka suara. "Kepo masalah Ezra sama Audrey" jawab Wisnu. "Tapi beneran loh Ezra gak pernah seperti ini sebelumnya" ucap Henindar "waduh jangan-jangan kita besanan sama produksi ini" "Tapi ada hubungan apa kalian sampai satu pabrik heboh" ucap Adin. "Cuman bareng pulang kebetulan searah rumahnya" jawabku menutupi Ezra menjemput ke rumah tadi. "Lah sama Mila malah beda gang kenapa gak bareng sekalian Ezra?" tanya Henindar. "Mila udah punya suami ngapain PDKT sama Mila, bu" jawab Wisnu gemas "pesanku hati-hati dalam berbicara dan bertindak sama departemen lain karena kita ini jadi contoh" Aku mengangguk mendengar nasehat mereka karena nasehat mereka sama seperti yang Ezra katakan kemarin, belum selesai masalahku dengan Keanu sekarang di pabrik masalah dengan Ezra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD