BLA-5

1162 Words
Seminggu sudah aku bekerja di pabrik banyak hal yang aku alami termasuk hubungan dengan Ezra yang semakin dekat walaupun ada beberapa berita miring mengenai kami tapi aku berusaha tidak peduli secara memang kita hanya sebatas partner di pabrik. Hari minggu ini aku gunakan untuk tiduran karena semalam aku marathon nonton drama korea di netflix, namun tidak di pagi ini karena kedatangan Kinan calon mas aku Miftah datang ke rumah untuk membicarakan pernikahan bersama bunda yang secara otomatis membangunkan diriku agar terlibat di dalamnya, sayang kakakku Olla tidak ada di sini karena suaminya dinas luar dan minta ditemani. Aku keluar kamar keadaan rumah sedikit berantakan di mana undangan pernikahan berserakan sepanjang sudut ruangan serta Kinan membantu bunda menulis nama-nama yang akan diundang dengan tenang, aku menghampiri mereka setelah dari dapur. "Kebiasaan jam segini baru bangun mentang-mentang gak shalat" omel Miftah ketika melihatku "malu tu diliatin Ezra" aku menatap Miftah tidak percaya dan ketika aku melihat ke ruang tamu di mana ada Ezra duduk santai disana. "Loh mas ngapain kesini?" tanyaku bingung sambil menatap Ezra ketika berada di depannya. "Ngajak ke ulang tahun Nuha" jawab Ezra santai. "Kapan ngajak?" tanyaku bingung. "Aku kirim pesan ke kamu tapi gak ada balasan cuman dibaca jadi aku anggap ok" Ezra menjawab dengan sangat santai membuat aku menatap tidak percaya “coba lihat ponsel kamu kalau gak percaya” seakan memahami apa yang aku pikirkan. "Ya gitu kebiasaan mana mau balas pesan orang" sahut Miftah bergabung di ruang tamu. "Buruan mandi kasian Ezra dari tadi" kata ayah yang gabung dengan kami "setelah mas nanti kamu yang nikah" "Ayah ngomong apa sih?" tanyaku bingung "sebentar lagi juga sah tu mereka berdua" "Ya nanti kalau adik nikah sama Ezra" sahut bunda dengan teriak dari dalam. Aku menggeleng mendengar perkataan bunda lalu masuk ke kamar untuk mengambil baju dan menuju kamar mandi. Kedatangan Ezra membuatku tidak bisa berlama-lama mandi setelah selesai langsung mempersiapkan diri dengan pakaian biasa dan make up natural. Setelah selesai langsung berpamitan dengan ayah dan bunda membuat Miftah menggoda habis-habisan sedangkan Nizar hanya menatap dalam diam sambil menggelengkan kepala melihat sikap Miftah. "Rumah, mas?" tanyaku melihat Ezra mengajakku ke salah satu rumah yang aku tidak tahu rumah siapa. "Bukan rumah orang tua" jawab Ezra "ayo turun udah ditunggu dari tadi" Aku mengikuti Ezra masuk ke dalam rumah, di sana sudah banyak keluarga inti Ezra. Ezra mengenalkan aku ke keluarganya, sebenarnya aku bingung maksud dan tujuan Ezra meskipun begitu mengikuti langkah Ezra dengan berkenalan dan menyapa seluruh keluarganya. "Kuliah di mana?" tanyaku pada Nuha yang duduk di sebelahku. "Kedokteran baru ke terima tahun ini, mbak" jawab Nuha sopan. "Wow hebat banget" ucapku heboh "kamu pasti pintar" "Mana ada dia pintar beruntung aja" ucap Ezra mengolok Nuha seketika Nuha cemberut "gak tahu makan apa dia sampai keterima di kedokteran" "Ledek terus" ucap Nuha dengan kesal "oh ya ini siapanya mas?" "Partner di pabrik" jawabku langsung sebelum Ezra menjawab yang aneh. "Partner kenapa dibawa kesini, mas?" tanya Nuha penasaran. Ezra mengangkat bahu "biar ketemu kamu dan gak mikirin pacarnya yang selingkuh" jawab Ezra santai. Aku melotot mendengar perkataan Ezra, tahu begitu tadi aku di rumah melanjutkan tiduran di ranjang daripada menemani Ezra di acara keluarganya begini ditambah aku tidak mengenal mereka semua. Mama Ezra yaitu Yuni mengajakku ke dalam untuk membantu menyiapkan makan siang, untungnya bunda mengajarkan aku masak walaupun tidak terlalu sering melakukannya karena selama ini ada Olla yang membantu bunda. "Ezra itu sukanya masakan rumahan sebenarnya pemakan segala tapi gak suka kalau lemak" kata Yuni "Audrey bisa masak kan? jangan kaya Bella yang cuman bisa dandan mama gak suka sama gayanya untung putus sama Ezra" setelah berbicara menatapku. "Bisa tante" jawabku langsung sambil mengangguk. "Panggil mama jangan tante berasa tante-tante" omel Yuni membuatku tersenyum "jarak Ezra sama Nuha jauh, dulu Ezra punya adik namanya Barry tapi meninggal waktu pulang sekolah sama Ezra, mama trauma lama baru dikasih Nuha lah kok sekarang masuk kedokteran" Yuni bercerita sambil menaruh makanan di wadah "Audrey berapa saudara?" "Audrey anak ketiga dari empat bersaudara, kakak perempuan sudah menikah dan punya anak sedangkan yang satunya akan menikah sebentar lagi sedangkan adik masih sekolah" jelasku tanpa menatap Yuni karena sibuk menata makanan "Wah kalau kalian nikah nanti anaknya jangan dibawa ke sana bawa ke sini aja nanti mama yang rawat" ucap Yuni antusias. "Siapa yang menikah?" tanya pria yang wajahnya sama seperti Ezra. "Anakmu Ezra masak aku, pa" jawab Yuni sambil tersenyum. Aku menatap mereka bingung namun tidak ambil pusing, aku melanjutkan sisa pekerjaan Yuni tidak mempedulikan perkataan mereka kembali. "Kamu itu aneh-aneh orang Ezra gak bilang apa-apa main bilang nikah" omel pria tersebut yang masih aku dengar. "Papa tu memang gak peka sama anaknya udah sana mama mau ngobrol lagi sama calon mantu" usir Yuni. Selama acara makan bersama keluarga Ezra mengajakku berbicara banyak hal membuatku tidak merasa tersisihkan bahkan Nuha pun berusaha mendekatiku dan dalam waktu singkat kami bisa akrab. Beberapa kali aku melihat Ezra menatapku dari kejauhan, walaupun bersama saudaranya tapi pandangan Ezra selalu mengarah padaku dan aku mencoba bersikap biasa saja. Ketika sudah sedikit malam Ezra mengajakku pulang dengan segera aku langsung berpamitan dengan seluruh keluarganya membuat Yuni meminta sering-sering bermain ke rumah dan aku hanya bisa mengangguk. "Ngobrol apa aja sama mama?" tanya Ezra ketika kami perjalanan pulang "sampai heboh gitu semua" Aku mengangkat bahu "mas tanya sendiri" jawabku sedikit malas Ketika mobil Ezra sampai depan rumah aku melihat motor Keanu, aku langsung menghembuskan nafas dan langsung keluar menuju ke dalam rumah tidak mempedulikan Ezra. Dapat aku lihat Keanu bermain basket dengan Nizar di garasi, mereka langsung berhenti ketika melihatku. Namun pandangan Keanu jauh di belakangku seketika aku sadar jika Ezra masih mengikutiku di belakang. "Ada apa?" tanyaku tidak mempedulikan Ezra. "Kasih aku waktu buat jelasin" kata Keanu dengan wajah memohon. Aku mengangguk lalu melangkah keluar setelah meminta Ezra pulang, Keanu mengikutiku dari belakang dengan sedikit berlari. Nizar meninggalkan kami dengan masuk ke dalam rumah seolah bukan urusannya. "Aku minta maaf" ucap Keanu langsung "Nina menggodaku" Aku menatap Keanu tajam "jangan menyalahkan orang lain" Keanu langsung diam "kalian berdua sama saja jadi keputusanku tetap sama kita berakhir" "Coba kamu mau mengikuti apa yang aku inginkan waktu itu" Keanu menatapku tajam "Nina memberikan apa yang gak kamu beri" "Baguslah jika begitu jadi kalian bisa saling memuaskan" sindirku "aku gak bisa melakukan itu sama kamu karena permintaan kamu gila" aku menyandarkan diri di kursi "berhentilah mengejarku sampaikan pada Nina aku memaafkan kalian berdua tapi aku minta kamu berjanji jangan menyakiti Nina lagi" "Nina hamil" aku menatap Keanu tidak percaya atas kenyataan yang ada. Aku tersenyum sinis "lebih baik kamu pulang dan urusin Nina juga jangan pernah menemuiku" Keanu berdiri dan melangkah keluar sedangkan aku hanya memandangnya dari tempat dudukku, tampak wajah lelah Keanu di mana tidak seperti biasanya ketika bersama diriku tapi apa peduliku karena sekarang dia bukan orang penting bagiku. Perjuangan sekian lama ternyata tidak bermanfaat bagi Keanu, sepertinya aku harus berubah untuk bisa mempertahankan hubungan dengan pria dengan menyetujui hubungan ranjang sesuai keinginan sang pria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD