Aku menatap rumah di depanku dengan perasaan takjub. Bukan, bukan karena rumah di depanku ini sangat megah melebihi megahnya rumahku, justru rumah ini jauh lebih kecil. Akan tetapi, aku dibuat takjub karena design-nya yang sangat unik. “Jangan bengong, ayo masuk.” Suara Mas Dilan menginterupsi, membuat lamunanku seketika buyar. “Iya...” Mas Dilan mengambil koper dari bagasi, lalu membawanya ke teras rumah. Aku berlari kecil menyusulnya yang sedang membuka pintu rumah. “Mas Dilan...” “Hm?” “Serius kita mau tinggal di sini?” “Masa bohong?” sahutnya santai, sambil mendorong pintu. Mas Dilan masuk lebih dulu, dan aku kembali menyusulnya. Begitu masuk, aku dibuat lebih takjub lagi. Serius, saat ini aku sudah seperti orang katrok yang tidak pernah