Bertemu Kembali

1051 Words
Di depan jendela besar di sebuah ruangan kerja yang terlihat sangat luas dan juga sangatlah mewah. Seorang pria tampan sedang menatap keluar sambil memegang gelas yang berisi anggur merah. Pria tampan itu menatap kearah langit biru dengan tatapan yang sangat rumit. Karena, pria itu terus mencari istrinya yang tiba-tiba pergi dan menghilang tanpa jejak sedikit pun. Karena sudah enam tahun, dia terus mencarinya. Namun, dia belum bisa menemukannya. Entah mengapa, padahal istrinya sudah mengkhianatinya dan mencampakkan dirinya begitu saja. Tapi, baginya. Dia sangat sulit meleparkannya. Apalagi, dia mengingat bayi yang ada di dalam kandungannya. Membuat pria tampan itu merasa semakin mengkhawatirkannya. Dia bingung, dengan perasaannya sendiri. Karena dia tidak mengerti apa itu cinta dan yang dia tahu, dia terus memikirkan Syifa dan juga bayinya. Bayi yang dia inginkan selama ini. Pria tampan itu pun kembali menyesap anggur merah yang ada didalam gelas dan menghabiskannya dalam sekali tegukkan, sehingga rasa anggur merah itu terasa sangat panas saat melewati tenggorokan pria tampan itu. Pria tampan itu tertawa getir dan dia pun berkata, "Wanita sialan! Berani-beraninya kamu meninggalkan aku! Bahkan, kamu telah membawa anakku! Arrghhh … sudah enam tahun berlalu dan hingga saat ini, aku tidak bisa menemukan kalian, bahkan kabar apapun tentang kamu dan juga anakku!" Umpat pria tampan itu dan dia adalah Erick. Suami dari Syifa. Erick tidak mengerti akan perasaannya terhadap Syifa. Walaupun awalnya dia menikahi Syifa karena membutuhkan keturunan darinya dan tidak perasaan lainnya. Tapi, setelah hidup bersama dengannya. Erick yang selalu kesepian dan selalu hidup dalam banyak bahaya. Dia mulai merasakan adanya kehadiran seseorang yang berarti dan ketika dia merasa kehilangan Syifa. Erick semakin sadar, jika dia tidak bisa melepaskan Syifa begitu saja. Erick terus menatap kearah luar jendela dan tiba-tiba. Terdengar ponselnya berbunyi, sehingga membuyarkan semua lamunannya. Erick pun mengambil ponsel yang ada didalam saku celananya dan melihat ID si pemanggil. Ketika dia melihat ID itu, Erick yang terus bermuram dan ekspresi wajahnya yang terlihat seperti awan mendung, mendadak terlihat lebih cerah. Karena senyuman kecil terlukis dari sudut bibirnya. Dia langsung menekan tombol 'ok' lalu menjawabnya. "Halo!" Jawab Erick dengan semua harapan yang masih ada didalam hatinya. "Halo bos! Kami sudah menemukan nyonya Syifa. Saat ini, kami akan membawanya ke rumah anda. Lalu, apalagi yang harus kami lakukan?" Tanya orang itu. Mendengar itu. Hati Erick langsung merasa bahagia dan pencariannya selama ini, akhirnya berakhir. Karena Syifa sudah ditemukan, maka Erick akan langsung menemuinya. "Kamu tidak perlu melakukan apapun. Bawa dia ke kamar saya dan saya akan segera kesana! Dan … jangan biarkan dia pergi lagi!" Ucap Erick, dia langsung mengakhiri panggilannya dan secepatnya mengambil jas hitam yang ada diatas kepala kursi, lalu dia memakainya dan pergi menuju rumahnya secepatnya. "Syifa, akhirnya aku menemukan kamu! Hahaha … akhirnya! Aku tidak akan membiarkan kamu pergi meninggalkan aku lagi!" Ucap Erick, dia berjalan secara tergesa-gesa bahkan hampir berlari karena dia benar-benar sudah tidak sabar lagi untuk, secepatnya bisa menemui Syifa. ***** Di tempat lain. Syifa yang sudah dibawa oleh orang suruhan Erick, kini sudah berada di kamar tempat dimana dia dan Erick menghabiskan banyak kenangan indah disana. Syifa masih memejamkan matanya dan berbaring diatas tempat tidur yang sudah dia tinggalkan selama ini. Perlahan, Syifa mulai membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya. Syifa menggosok matanya dan dia pikir, jika dia sedang bermimpi. "Ini … aku di mana? Kenapa aku bisa berada di kamar ini?" Ucap Syifa. Dia terus menggosok matanya dan mencoba bangun dari posisi tidurnya. Syifa merasakan kepalanya sangat sakit, karena pengaruh obat bius yang belum hilang dari dirinya. "Awww … sakit sekali! Ini … apakah benar, apakah benar kalau aku telah kembali kemari?" Ucap Syifa. Dia masih tidak percaya, jika dirinya telah kembali ke kediaman milik Erick. Terlebih semuanya tidak berubah sama sekali. "Kamar ini … kamar ini tidak berubah sama sekali! Tapi, apakah mungkin. Kalau ini adalah kenyataan? Atau kah mungkin, ini adalah sebuah mimpi?" Ucap Syifa. Dia masih saja tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Baginya, dia tidak mungkin bisa kembali ke kediaman Erick dan dia memang tidak bisa kembali bersamanya. Ketika Syifa masih sibuk meyakinkan dirinya. Tiba-tiba …. Terdengar suara pintu kamarnya terbuka dan dia melihat sosok pria yang sebenarnya sangat dia rindukan. Sosok pria yang pernah mengisi hatinya dan sosok pria yang sudah membuat dirinya bisa merasakan jatuh cinta. Syifa terus menatap sosok itu yang perlahan telah berjalan mendekatinya. Namun, tatapannya telah kembali seperti awal mereka bertemu. Tatapan dingin dan tanpa ada perasaan itu. Tatapan yang siap membunuhnya saat itu juga. Seluruh tubuh Syifa menggigil ketakutan, dia merasakan jika tatapan Erick saat ini. Benar-benar sangat menakutkan dan jauh lebih menakutkan ketika kematian sudah ada didepannya. "Ka … kamu! Kenapa kamu ada disini?" Tanya Syifa dan dia berusaha untuk menghindari tatapan Erick yang terus mengunci kearah dirinya. Erick tidak menjawab pertanyaan Syifa dan dia terus berjalan mendekati dirinya, hingga akhirnya dia sudah berdiri tepat didepannya. Erick berdiri dengan tatapan penuh kebencian, kemarahan dan juga jijik terhadap dirinya dan Syifa, dia sangat menyadari tentang semua kesalahannya itu. Syifa pun menundukkan kepalanya dan dia tidak bisa menerima tatapan itu lebih lama. Karena semakin dia menerima tatapan itu, dia akan merasakan hatinya semakin sakit dan dia takut, jika dia tidak akan bisa menahannya perasaan yang dia simpan selama ini. Erick tersenyum mengejek dan dia mencubit dagu Syifa untuk melihat kearahnya. "Kenapa kamu menunduk?" Tanya Erick dengan suara dingin dan mengintimidasi. Syifa pun melihat kearahnya dan wajahnya terlihat sangat ketakutan dan air matanya mulai jatuh dari sudut matanya. "A … aku, aku tidak …," Syifa menghentikan ucapannya karena Erick meremas keras dagunya. Sehingga rasa sakit mulai terasa. Namun, Syifa tidak berani berteriak dan dia berusaha untuk menahannya. Melihat itu, Erick pun tertawa dan menatap tajam kearahnya. "Hahahaha … sakit! Katakan saja kalau kamu merasa sakit dan tidak perlu menahannya lagi," ucap Erick dan dia mengencangkan remasan itu dan Syifa masih terus menahannya. Sehingga, Erick merasa semakin kesal dan dia akhirnya melepaskan dagu Syifa dan menghempaskan tangannya. "Bagus! Masih seperti yang dulu. Selalu berusaha untuk berusaha kuat dan tidak mau menunjukkan kelemahan kamu saat didepan aku!" Ucap Erick, dia pun tertawa lagi dan melihat kearah perut Syifa yang sudah tidak terlihat buncit seperti dahulu. Dia menatap tajam kearah perut Syifa dan api amarah yang sempat sedikit padam. Mulai menyala kembali dan itu, membuat Syifa merasakan sinyal bahaya yang mengancam dirinya. -bersambung- Dhini_218 only on: Dreame n Innovel
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD