"Fer … Ferdi, kenapa kamu menatap aku seperti itu? Ka … kamu. Kamu sangat menakutkan!" ucap Syifa dengan suara gemetar dan seluruh tubuhnya merasa ketakutan saat melihat tatapan Ferdinand yang terlihat sangat mengerikan. Ferdinand terlihat seperti iblis yang siap untuk membunuhnya saat ini juga.
Ferdinand tersenyum dingin dan dia pun berkata, "Syifa. Kalau kamu menginginkan Erick selamat. Kamu harus menceraikan dia dan juga, kamu harus meninggalkannya. Karena, jika kamu ketahuan olehku, kalau kamu masih bersamanya. Kamu akan melihat mayat Erick berada tepat di depan mata kamu saat ini juga! Ancam Ferdinand. Dia pun melepaskan dagu Syifa dan tiba-tiba memanggil seseorang.
Ketika Syifa mendengar itu semua. Dia merasa ketakutan. Dia tidak mungkin meninggalkan Erick dan dia juga tidak mau jika Erick mati.
Dua pilihan yang sangat sulit, tapi Syifa harus memilih salah satunya dan jika, dia harus dibenci oleh Erick seumur hidupnya. Syifa akan menerima semua itu, karena baginya. Kehidupan Erick jauh lebih berarti daripada perasaan cintanya.
Disini, Syifa juga berpikir. Jika Erick juga tidak mencintainya dan selama mereka bersama, Erick tidak pernah mengatakan perasaan apapun padanya, serta yang Syifa lihat dan rasakan selama ini, Erick hanya memperlakukannya dengan baik. Sehingga, Syifa merasa jika kali ini, dia harus membalas Budi kepada Erick.
Tidak lama kemudian, pintu kamar itu pun terbuka. Masuklah seorang pria dengan membawa amplop coklat berukuran besar.
Dia pun memberikan itu kepada Ferdinand dan dia pun langsung menerimanya.
Setelah amplop coklat itu berada ditangannya.
Ferdinand kembali menatap Syifa yang masih diam dan terlihat sedang melamun itu.
"Syifa, apakah kamu sudah memikirkannya?" Tanya Ferdinand dan dia pun duduk disisi tempat tidur itu.
Syifa langsung tersentak dan dia pun melihat kearah Ferdinand.
Dengan berat hati, namun hatinya sebenarnya sungguh tidak rela. Akhirnya Syifa pun menjawab pertanyaan dari Ferdinand.
"Ferdi, aku akan mengikuti perintah kamu. Tapi, kamu harus berjanji. Jika kamu tidak akan membunuh mas Erick dan biarkan dia hidup dengan aman. Jadi, bisakah kamu memegang janji itu kepadaku?" Tanya Syifa. Dia menahan rasa sakit dihatinya, ketika dia mengatakan hal itu.
Ferdinand pun menganggukkan kepalanya dan dia menyetujuinya.
"Tentu saja. Asalkan kamu mau bersama aku dan meninggalkan dia. Maka aku, aku tidak akan mengganggu dia," ucap Ferdinand. Dia pun memberikan amplop coklat itu dan Syifa pun membukanya.
Dia melihat, jika ada surat yang menyatakan jika dia ingin bercerai dengan Erick dan dia tidak pernah bahagia dengannya sama sekali serta didalam surat itu. Dituliskan bahwa, Syifa sudah tidak mencintainya sebagai suaminya.
Sakit, perih dan hancur. Itulah yang Syifa rasakan, ketika dia membaca surat itu. Syifa merasa hatinya benar-benar sangat sakit.
Ferdinand pun memberikan sebuah pulpen dan Syifa pun menerimanya.
Ketika memegang pulpen itu, tangan Syifa gemetar dan pulpen itu hampir saja terjatuh dari tangannya.
Menarik nafas panjang dan Syifa menutup matanya sejenak. Dia pun akhirnya menandatangani surat cerai dan juga surat pernyataan itu.
Setelah dia selesai menandatangani surat itu.
Syifa pun menangis keras dan langsung melempar pulpen itu ke lantai.
"Hiks … hiks … hiks, sekarang kamu puas kan Ferdi?! Aku sudah menandatanganinya dan kamu, kamu jangan mengganggu Mas Erick. Jika kamu mengganggu dia. Kamu adalah orang pertama yang paling aku benci seumur hidupku ini," ucap Syifa kepada Ferdinand.
Setelah itu, Syifa pun langsung memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat wajah Ferdinand lagi.
Ferdinand pun menyerahkan amplop coklat itu dan menyuruh asistennya untuk mengirimkan surat itu ke rumahnya Erick.
Setelah itu.
Ferdinand ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Dia kembali membius Syifa dan membawanya ke ruangan khusus di dalam rumahnya itu. Ruangan khusus untuk melakukan operasi.
Ferdinand sangat membenci bayi yang ada didalam rahim Syifa, sehingga dia menyuruh dokter untuk melakukan pembedahan paksa dan menggugurkan kandungan Syifa yang masih berumur beberapa bulan itu.
Setelah selesai, Syifa pun bangun dan melihat jika perutnya sudah terlihat rata dan dia pun menangis histeris saat melihat itu semua.
Syifa pun merasa semakin membenci Ferdinand dan dia merasa jika hidupnya juga sudah sangat hancur.
Hingga, akhirnya Syifa pun pergi melarikan diri dari kediaman Ferdinand dan pergi meninggalkan semuanya, entah Ferdinand atau pun Erick yang sudah sangat membencinya.
Sebelum pergi, Syifa berkali-kali mencoba untuk bunuh diri. Tapi dia selalu gagal dan Ferdinand akan mengancam dengan ancaman akan membunuh Erick, jika dirinya mati.
Sehingga, Syifa tidak bisa melakukan apapun dan akhirnya, empat tahun pun berlalu Syifa hidup tenang dalam pelariannya itu. Syifa kini tinggal di desa kecil yang jauh dari pusat kota dan juga, sulit dilacak oleh Ferdinand atau pun Erick.
Selama enam tahun. Syifa terus berpindah-pindah tempat. Karena orang-orang suruhan Ferdinand, selalu mengetahui posisi dia dan itulah yang membuat Syifa akhirnya berakhir di Desa itu dengan kurun waktu satu tahun dia hidup tenang disana.
Kini, Syifa pun merasa hidupnya jauh lebih tenang, walaupun terkadang. Dia sering merasa sangat merindukan Erick. Senyumannya dan pelukan hangat ketika dia bersamanya. Telah membuat Syifa terus memikirkannya.
Tapi, mengingat ancaman Ferdinand. Syifa membuang jauh semua pikiran itu.
Setelah menatap jendela cukup lama. Syifa pun akhirnya pergi meninggalkannya dan dia harus pergi ke sekolah untuk mengajar sebagai seorang guru.
Syifa pun mengambil tas dan juga buku yang dia perlukan.
Ketika Syifa membuka pintu. Tiba-tiba, ada seseorang yang menangkapnya dan sebelum Syifa berteriak minta tolong. Dia sudah pingsan karena obat bius yang sudah mereka taruh di sebuah sapu tangan yang ditempelkan ke mulutnya saat itu juga.
Gelap dan Syifa pun tidak tahu, kalau dia sedang dibawa seseorang untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Syifa yang sudah pingsan pun secepatnya dimasukan ke dalam sebuah mobil dan setelah itu, mobil itu pun melaju kencang untuk meninggalkan desa itu, lalu menuju arah kota Jakarta.
Kota di mana, Syifa harus mengalami penderitaan yang membuatnya merasakan kehancuran di dalam hatinya saat ini.
Kota yang sebenarnya Syifa tidak mau datangi lagi, tapi takdir memaksa dia untuk kembali lagi ke kota yang memberikan banyak kenangan indah serta kenangan buruk secara bersamaan itu.
-bersambung-
Dhini_218
Only on: Dreame n Innovel