Jangan mati!

1100 Words
Erick menatap tajam kearah perut Syifa dan dia bertanya. "Dimana anakku? Kenapa dia tidak terlihat sama sekali?" Tanya Erick dan dia masih berpura-pura tidak tahu. Karena dia berharap, jika Syifa mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak semakin membencinya. Syifa kembali menundukkan kepalanya dan dia tidak bisa menceritakan sebenarnya. Karena, dia sudah diancam oleh Ferdinand dengan mengatakan, jika dirinya mengatakan yang sebenarnya, maka Ferdinand akan membunuh Erick. Mengingat itu semua, Syifa hanya bisa mengepalkan tangannya dan hanya bisa menahan semuanya. Dia lebih memilih agar Erick membencinya bahkan mungkin membunuhnya. Asalkan Erick bisa hidup dengan baik dan juga bisa bahagia dengan wanita yang dia cintai. Karena, Syifa ketahui. Jika dirinya hanyalah wanita yang dibutuhkan oleh Erick untuk melahirkan anaknya dan tidak ada perasaan lebih dari itu. Walaupun dia sangat mencintainya, tapi Syifa menyadari jika. Erick tidak akan menyukai wanita desa dan miskin seperti dirinya apalagi saat ini, Syifa memiliki penyakit yang mungkin suatu hari nanti, akan merenggut nyawanya dan sebelum itu terjadi. Dia hanya ingin melihat pria yang dia cintai itu selamat dan hidup aman serta bahagia. Maka dari itu, dia lebih baik pergi menjauhinya karena Ferdinand akan menargetkan Erick jika dia masih bersamanya. Syifa menutup matanya dan dia rela dibenci oleh Erick dengan ucapannya yang mungkin akan menyakiti dirinya sendiri. "Anak kamu sudah hilang, aku … aku, aku telah menggugurkannya dan aku … aku, aku sengaja melarikan diri karena aku, aku tidak mau bersama kamu," ucap Syifa dan perasaannya langsung benar-benar terasa sakit. Mulutnya gemetar dan tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ucapannya itu. Sakit …. Erick merasakan sakit didalam hatinya ketika dia mendengar itu semua dan api amarah pun semakin membakar hatinya. Dia meraih leher Syifa dan langsung mencekiknya. "Apa yang kamu katakan? Kamu dengan sengaja menghilangkan anakku karena kamu ingin pergi dariku? Dan … surat cerai itu? Arrghhhh … dasar wanita sialan!" Teriak Erick dan dia mencekik leher Syifa dengan kerasnya dan Erick sudah hilang kendali. Syifa merasakan sakit dan kesulitan untuk bernafas. "Uhukk … Uhukk … kalau kamu mau membunuh aku, maka bunuh aku sekarang juga!" Ucap Syifa yang perlahan kesadarannya mulai menghilang, karena efek dari cekikan itu dan juga, kondisi tubuhnya memang tidaklah kurang sehat. "Apakah aku akan mati sekarang juga? Hehehe … Aku tidak akan menyesal jika aku harus mati ditangan pria yang aku cintai," gumam Syifa didalam hatinya dan perlahan pandangan matanya pun mulai meredup dan Syifa pun menutup matanya. Melihat itu semua, Erick langsung melepaskan tangannya dan dia langsung memeluk tubuhnya Syifa yang terjatuh lemas karena kehilangan kesadarannya. "Hei, wanita sialan! Bangun kamu! Hei kamu! Kamu tidak aku izinkan untuk mati!" Teriak Erick dengan paniknya. Dia mengangkat tabuh Syifa dan membawanya pergi keluar dan Erick langsung berlari keluar sambil membawa tubuh Syifa kedalam mobil. "Cepat! Ke rumah sakit sekarang juga!" Teriak Erick dengan paniknya. Sopir itu pun mengangguk dan mobil itu segera melaju menuju rumah sakit. Sepanjang jalan, Erick menatap wajah Syifa yang terlihat sangat pucat dan di lehernya terlihat memerah karena ada bekas tangannya. "Sial! Kalau kamu mati, aku tidak akan melepaskan semua keluarga kamu! Syifa, kamu harus bangun! Kamu harus bangun!" Teriak Erick dan dia terus menggoyangkan tubuh Syifa. Namun ,Syifa tidak bergerak sama sekali. Erick merasa semakin kesal dan dia sangat marah kepada dirinya sendiri yang tidak bisa menahan amarahnya sama sekali. "Sial! Semua gara-gara aku! Arrghhh … padahal aku sudah mencarinya selama ini dan ketika bertemu dengannya, aku malah melakukan hal bodoh ini," umpat Erick dan dia memijat dahinya, dia benar-benar merasa sangat kesal. Tidak lama kemudian, akhirnya mereka pun sampai di depan pintu masuk rumah sakit. Erick secepatnya turun dan menggendong Syifa masuk ke dalamnya. Setelah itu, Erick langsung berteriak seperti orang gila dan memarahi semua dokter dan juga perawat yang ada disana. "Cepat tangani dia dan selamatkan dia! Jika terjadi sesuatu hal yang buruk padanya atau pun dia mati. Saya akan mengubur kalian semua bersama dengan mayatnya!" Teriak Erick dengan tatapan penuh ancaman. Melihat itu, semua orang merasa sangat ketakutan, karena bukan hanya Erick saja yang berada di sana, tapi dibelakangnya ada banyak pria yang memakai pakaian hitam yang tidak lain adalah pengawal miliknya. Sehingga, suasana rumah sakit yang awalnya terasa tenang dan tertib berubah menjadi suasana yang mencekam dan juga mengerikan. "Ba … baik! Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkannya," ucap beberapa dokter dan dia mulai memeriksa Syifa dibawah pengawasan Erick yang terus menatapnya dengan penuh ancaman. Ketika dokter itu memeriksa tubuh Syifa. Mereka merasakan ada hal yang aneh pada tubuh Syifa dan denyut nadinya semakin melemah. "Ya Tuhan bagaimana?" Ucap dokter itu dengan paniknya. Mendengar itu, Erick langsung membelalakkan matanya dan dia pun bertanya, "Ada apa dengannya? Cepat jelaskan!" Teriak Erick dan dia mengeluarkan pistol dari saku celananya. Melihat itu, dokter itu semakin ketakutan dan dia pun menjawab, "Tuan, wanita ini … wanita ini … dia sedang dalam keadaan kritis dan kemungkinan dia untuk hidup, tidak ada harapan lagi," ucap dokter itu sambil mengusap dahinya yang sudah basah oleh keringat. Mendengar itu, seluruh lutut Erick terasa sangat lemas dan dia langsung menatap kearah dokter itu. "Ke … kenapa bisa begitu? Saya hanya mencekiknya dan dia bisa seperti ini," ucap Erick. Dia untuk pertama kalinya merasakan tubuhnya menggigil dan rasa tidak mau kehilangan Syifa, mulai datang menghampiri hatinya. Erick menatap kearah dokter itu dan langsung meraih kerah pakaiannya. "Selamatkan dia, dia harus hidup … dia harus hidup!" Ucap Erick. Dia terus mengancam dokter itu. Dokter itu semakin ketakutan dan dia terpaksa menganggukkan kepalanya. "Ba … baik! Saya akan berusaha menyelamatkan dia. Tetapi, anda harus tenang dan anda … lebih baik keluar terlebih dahulu," ucap dokter itu. Dia mengusir Erick karena selain akan menganggu konsentrasi dirinya, tapi juga dia sangat takut dengan pistol dan juga ancaman Erick yang membuat dirinya menggigil ketakutan. Asisten Erick pun datang dan mencoba untuk menenangkan dirinya. "Bos! Lebih baik kita keluar dahulu, agar dokter bisa menangani penyakit my nya," ucap sang asisten yang tidak lain dia bernama Felix. Erick melihat kearahnya. "Apakah dia bisa hidup kembali?" Tanya Erick dengan tatapan sendu. "Tentu bos. Nyonya pasti bisa bertahan. Sudahlah bos! Ayo kita pergi dulu dari sini," ucap Felix dan dia menarik lengan Erick serta menyeretnya untuk segera pergi meninggalkan ruangan itu. Setelah Erick pergi. Kini tinggallah dokter dan juga beberapa perawat yang ada di sana. Mereka pun mulai menangani dan juga berusaha agar Syifa bisa sadar kembali. Karena kondisi tubuh Syifa yang lemah. Membuat dokter memiliki kesulitannya sendiri. Namun, keinginan hidup Syifa yang tidak ada sama sekali. Telah membuat Syifa sulit untuk diselamatkan. Namun, tiba-tiba …. Ada seseorang yang datang dan membius dokter dan juga perawat itu. Sehingga, dia bisa membawa Syifa pergi dari tempat itu. -bersambung- Dhini_218 only on: Dreame n Innovel
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD