Hadiah Untuk Orang Spesial

1051 Words
Shinjuku biasanya saat siang atau pun malam terlihat sama sekali tak ada bedanya, dipenuhi oleh suara kendaraan berlalu-lalang. Orang-orang yang seakan tak pernah berhenti beraktivitas. Namun, tentu saja malam itu tak sama. Musim salju masih menghalangi rutinitas tersebut. Takashi mengendarai mobilnya dengan sangat pelan sambil memperhatikan sisi kiri kanannya, yang hanya menyuguhkan bangunan-bangunan besar yang atap-atapnya dipenuhi salju. Sesekali ia melirik ke layar ponselnya yang menampilkan laman Google Maps. Entah apa yang sedang ia cari. Akane yang duduk di sebelah Takashi terlihat heran. Ia terus memandangi pacarnya itu sambil mengernyitkan dahi. Gadis itu pun ikut memandang ke arah netra Takashi. Namun, ia tak bisa menebak objek apa yang sedang dicari Sang Pujaan Hati. Tak ingin berlama-lama penasaran, ia pun mengeja suara. "Sayang, kamu lagi cari apa, ya?” Takashi tak menjawab. Ia masih fokus pada sesuatu yang dicari. Saat mobilnya lewat di depan sebuah bangunan yang terlihat seperti supermarket, Takashi berhenti menyetir dan memarkir mobil tepat di depan tempat itu. “Ayo, kita masuk.” Ia mengajak Akane untuk turun. “Toko apa ini? Taka mau beli apa?” Akane memasang wajah bingung dan heran. Takashi benar-benar membuatnya penasaran. “Aku ingin membeli kado untuk temanku.” Takashi menarik tangan Akane, membawa gadis yang masih terlongong-longong itu ke dalam toko yang di dalamnya menjual beraneka macam jenis benda, mulai dari makanan hingga pernak-pernik yang tak familier untuknya. “Taka, aku mau cokelat, boleh?” tanya Akane saat mereka melewati stand makanan manis yang kata orang bisa menghilangkan rasa sedih itu. Ia berusaha tak ambil pusing dengan benda-benda asing yang ia lihat sebelumnya, yang jelas saat ini ia menemukan makanan favoritnya. “Ambil saja apa yang kamu suka,” jawab Takashi tanpa menoleh pada sang kekasih. Ia terlihat celangak-celinguk, kemudian bergerak menjauh dari Akane yang sibuk memilih cokelat, mendekati seorang gadis yang di seragamnya tertera merk toko itu. “Sumimasen.” Takashi menyapa gadis tersebut sambil membungkukkan badannya. Gadis bermata sipit itu ikut membungkukkan badan. “Selamat datang di LAOX Shinjuku Main Store. Ada yang bisa dibantu, Tuan?” “Aku sedang mencari benda ini. Di mana aku bisa menemukannya?” Takashi memperlihatkan ponselnya. “Oh. Di sana.” Si gadis pelayan menunjuk sebuah ruangan yang tak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri. “Mari diantar ke sana,” ujar si gadis pelayan dengan ramah. “Sayang, kamu mau ikut atau tunggu di sana saja?” Takashi sedikit berteriak. Sementara gadis berambut pendek yang dipanggil itu terlihat berlari ke arahnya. “Taka, mau ke mana?” “Ikuti saja, Gadis Manis,” ujar Takashi sambil mengacak-acak rambut Akane mesra, membuat gadis pelayan yang berdiri di sebelah mereka ikut terbawa perasaan dengan sikap manis pemuda tampan itu. Mereka diantarkan ke ruangan yang memajang benda yang sangat asing—bagi mereka. Pasangan kekasih itu terlihat sama-sama bingung saat berhadapan dengan benda-benda itu. “Tuan, ini benda yang anda cari. Silakan pilih dulu.” Gadis pelayan itu meninggalkan mereka. “Sayang, pakaian apa ini? Untuk siapa?” Akane memegang salah satu mukena yang sedang dipilih oleh Takashi. “Aku tidak tahu ini namanya apa? Di internet aku lihat ini adalah pakaian perempuan Islam untuk beribadah. Kamu mau? Biar kubelikan satu,” canda Takashi sambil mengambil satu mukena yang menjadi pilihannya dan berjalan menuju kasir. “Islam itu siapa? Untuk siapa, sih?” Akane penasaran. Ia berusaha menyamakan langkah dengan Takashi yang berjalan di depannya. Kemudian ikut berdiri di samping sang kekasih yang sudah berada di depan kasir. “Untuk temanku,” jawab Takashi sambil membayar mukena berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru muda itu. “Eh, kamu tidak jadi membeli cokelat?” Takashi tiba-tiba teringat permintaan Akane. “Iya. Tadi aku sedang memilih, Taka malah memanggil.” Akane cemberut. “Kalau begitu ambil lagi saja, Sayang.” “Taka saja yang ambilkan,” ujar gadis itu manja. “Oke, baiklah. Tunggu di sini, ya.” Takashi kembali menuju stand makanan dan mengambil beberapa bungkus cokelat *** Siang itu. Fitri pulang dari kampus dengan berjalan kaki bersama Ayumi. Jill harus melaksanakan ujian, sehingga tak bisa pulang bersama mereka. Baru saja sampai di depan pintu kamar, teman dari kamar sebelah memanggilnya. “Fitri-san, ada paket untukmu.” Gadis bermata sipit itu menyerahkan sebuah kotak berwarna cokelat kepada Fitri. “Wah. Terima kasih, Ayako-san.” Fitri mengambil kotak yang diberikan gadis bernama Ayako itu. Tak ada nama pengirim di paket yang diterimanya, hanya ada nama penerima serta secarik kertas kecil. “Semoga Suada-chan suka” Dilihat dari tulisan tersebut. Fitri sudah bisa menebak siapa pengirimnya. Ia masuk ke kamar setelah berterima kasih dan pamit pada teman asramanya itu. Fitri sangat penasaran dengan hadiah yang diterimanya. Fitri tersenyum-senyum setelah mengetahui isi kotak itu. Sebuah mukena berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru muda. Ia sangat terharu diberikan kado itu oleh seorang yang bukan muslim, membuatnya berharap agar pemuda ateis itu bisa menjadi mualaf. Fitri kembali memandang tulisan yang tertera di kotak. Ia mengernyitkan dahi saat matanya mengarah ke bagian bawah mukena tersebut, terdapat coretan yang ditulis dengan huruf kanji. Gadis itu tak tahu apa artinya. Ia mengambil ponsel untuk mengirimi Takashi sebuah pesan. [Takashi-san, makasih hadiahnya. Saya suka] Entah sadar atau tidak, Fitri benar-benar semangat saat mengetikkan ucapan terima kasih pada Takashi. Ia merasa harinya sangat indah saat itu. Perasaannya berbunga-bunga, meskipun dirinya masih berusaha tak mengakui jika ia merasakan hal tersebut. [Yokatta. Saya senang Suada-chan suka] Mengetahui Takashi sangat cepat merespons pesannya, semakin tak keruan perasaan Fitri. Ia sudah seperti orang kasmaran, tetapi belum siap mengakui jika dirinya seperti itu. [Tulisan Kanji ini artinya apa? [Rahasia] Fitri yakin bahwa tulisan kanji itu memiliki arti yang spesial. Ia sebenarnya tak ingin sepercayadiri itu, tetapi itulah yang muncul di pikirannya. [Ya sudah, nanti saya tanyakan pada Jill] Sambil tersenyum-senyum Fitri meletakkan ponselnya ke atas meja. *** Takashi menyimpan ponselnya. Ia sangat senang karena Fitri menyukai pemberiannya. Pemuda Jepang itu semakin yakin bahwa memiliki hubungan yang baik dengan seorang gadis muslim yang mencintai agama bisa membuatnya semakin semangat untuk menemukan kepercayaan pada Tuhan. Entah apa yang direncanakannya, pemuda itu berjalan mengendap-endap, masuk ke kamar dan melihat Akane sedang tidur. Pelan-pelan ia mengambil kunci mobil dan pergi. Mobilnya melaju kencang menuju Kyoto. Entah ke mana tujuannya. Kenapa ia harus pergi tanpa sepengetahuan Akane? **** Yokatta : Syukurlah LAOX : Toko yang menjual perlengkapan muslim(halal store) Sumimasen : Maaf/ Permisi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD