TRAGEDI DI SIANG BOLONG

1715 Words
TRAGEDI DI SIANG BOLONG Di depan sebuah bar di daerah Okubo, Jill berhenti dan memarkir mobilnya.“Fitri, pacarku kerja di sini. Ayo kita ke dalam.” Jill mengarahkan telunjuk ke arah bangunan yang identik dengan minuman beralkohol itu. “Ini bar, ya? Aku tidak pernah dan tidak ingin masuk bar. Aku menunggu di luar saja.” Fitri menolak ajakan Jill. Ia yang notabene adalah seorang muslimah yang ingin taat dengan aturan agamanya tentu saja sangat keberatan untuk menginjakkan kaki di tempat haram tersebut. Pantang baginya untuk melanggar aturan agama hanya demi menjaga solidaritas. Aturan tetaplah aturan. Tak ada alasan untuk melanggar. “Kalau begitu kamu menunggu di kafe itu saja.” Jill menunjuk sebuah kafe yang terletak tepat di sebelah bar tersebut. Meskipun Jill tak mengerti kenapa Fitri tak ingin masuk bar, dirinya tak akan memaksa. Jill sebenarnya sangat menghargai privasi orang lain, tetapi kadang suka bertingkah seenaknya. “Oke, baiklah.” Fitri hendak berjalan menuju kafe tersebut, tetapi Jill menyetopnya. “Tunggu sebentar, Fitri. Aku ingin mengenalkan pacarku padamu. Aku akan menyuruhnya ke sini.” Jill mengutak-atik ponselnya, mencoba menghubungi sang kekasih. Tak lama kemudian, seorang pemuda datang menghampiri kedua gadis itu. Kitano Kazuma, bertubuh porposional, tinggi, bermata sipit dan tampan. Ia adalah pacar Jill yang merupakan ayah dari bayi yang dikandung Jill. Kazuma bekerja di bar sebagai seorang DJ. “Fitri, perkenalkan ini pacarku, Kitano Kazuma,” Jill menunjuk sosok di sebelahnya seraya mendekap manja pemuda bermata sipit tersebut. “Halo, Kitano-san.” Fitri membungkuk, kemudian mendekapkan tangan ke d**a, seperti yang dilakukan pemuda bernama King yang bertemu dengannya di pesawat. Ia ingin mulai belajar istikamah untuk tak bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Perlahan ia menegakkan kepala dan tanpa sengaja kedua mata Fitri tak sengaja melirik pemuda tersebut. Ternyata pemuda Jepang itu tengah menatapnya. “Halo, Fitri.” Pemuda bernama Kazuma itu mengedipkan mata dengan genit. “Astagfirullahal’adzim.” Fitri lantas mengalihkan pandangan. Bulu kuduknya berdiri. Ia benar-benar tak suka dengan kedipan tak sopan itu. Sementara Jill yang mengetahui tingkah sang pacar segera memukul kepala Kazuma dengan tangannya, tetapi dengan ekspresi tertawa seakan hal tersebut sudah biasa. “Jangan ganggu dia! Dia sangat lugu.” Jill cekikikan. Pasangan kekasih itu kemudian sama-sama tertawa. Entah kenapa Fitri merasa tak nyaman, apalagi saat teringat kedipan genit pemuda Jepang tersebut. Rasa curiga menghampiri. Asumsinya mengatakan bahwa Kazuma memiliki niat buruk padanya. Namun, segera ditepis persepsi negatif yang mengganggu pikiran itu. Jill membisikkan sesuatu pada Fitri dan setelah itu ia pergi dengan Kazuma. “Sampai berjumpa lagi, Fitri-chan.” Kazuma kembali bertingkah genit. Kali ini ia tak mengedipkan mata. Namun, dirinya melempar senyuman yang s*****l. Dan parah lagi, pemuda itu menggigit bibir bawah, membuat Fitri benar-benar muak. Jill yang melihat tingkah sang kekasih malah menghadiahi si pemuda dengan pelukan bertubi-tubi. Dua sejoli itu berjalan menjauh, menuju bagian dalam bar sambil bergandengan tangan dan masih sempat-sempatnya mengumbar kemesraan. “Astagfirullaha’ladzim, apa-apaan ini? Ya Allah ampuni hamba.” Fitri segera mengalihkan pandangan. Ia benar-benar merasa geli dengan apa yang dilihatnya. Untuk melipur rasa jijik yang tiba-tiba mengganggu perasaannya, Fitri langsung masuk ke kafe yang tadi ditunjuk oleh Jill. *** Seorang waitress menghampiri Fitri.“Gochumon yoroshii deshouka?”Pelayan itu menyodorkan daftar menu. Namun, Fitri sama sekali tak mengerti karena daftar nama makanan dan minuman itu ditulis dengan Huruf Kanji. “Sorry, i don’t understand this menu. Maybe ... apakah di sini ada kentang goreng dan teh hijau? Aku pesan itu saja. Terima kasih.” Fitri bingung jika memesan menu lain. Ia khawatir jika sembarang memesan makanan di kafe yang tak ia temukan logo halalnya tersebut. Entah ada atau tidak, yang jelas ia belum menemukannya. *** Fitri meneguk teh pesanannya sambil memperhatikan sekitarnya yang ramai oleh pengunjung. Dua orang gadis yang terlihat lebih mirip dengan orang Indonesia dan masih sangat belia itu terlihat sedang difoto oleh seorang pemuda bertubuh jangkung yang rambutnya hampir sama panjang dengan rambut Fitri yang tertutup jilbab. Rambut sebahu itu dibiarkan terurai sehingga membuat penampilan pemuda itu terlihat sangat urakan. Fitri melihat kedua gadis tersebut memberikan uang pada pemuda tersebut usai memotret mereka. Ternyata, si pemuda adalah seorang fotografer sewaan. Kedua gadis itu tiba-tiba mencium pipi si pemuda, kemudian mereka pergi sambil tertawa-tawa genit. Lagi-lagi, Fitri menyaksikan hal yang menurutnya sangat tidak sopan. Si pemuda bermata sipit itu tersenyum dan mengedipkan mata pada kedua gadis tersebut, sehingga membuat mereka terlihat sangat senang. Pemuda itu tersenyum seraya membereskan peralatan-peralatannya dan kemudian keluar dari kafe tersebut. Fitri yang menyaksikan tingkah mereka hanya menggeleng-geleng. “Kenapa aku terus-menerus disuguhkan dengan pemandangan seperti ini?” gumamnya seraya mengembuskan napas dengan kasar, kemudian melirik jam di pergelangan tangan. Tak terasa sudah hampir satu jam Jill pergi. Fitri mencoba menelepon teman sekamarnya itu, tetapi gadis bule tersebut tak menjawab panggilannya. Ia mulai resah. Dirinya terus berusaha menghubungi Jill, tetapi tetap nihil. Lima menit setelah pesannya terkirim, ia melihat Jill masuk ke kafe tersebut dan berjalan ke arahnya sambil merapikan pakaian. “Jill, kamu lama sekali!” komentar Fitri. “Maaf, Fitri, aku sangat merindukan pacarku. Ayo, pulang,” jawab Jill santai. Fitri merasa bulu romanya bergidik ketika membayangkan apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh pasangan tersebut. Meskipun keganjilan-keganjilan moral itu sangat menakutkan baginya, ia berusaha bersikap wajar di hadapan Jill. Ia mengikuti teman bulenya yang menuju mobil. Baru saja masuk ke mobil Jill, Fitri melihat Kazuma juga masuk ke sebuah kendaraan roda empat lain, dan meninggalkan tempat itu lebih dahulu dari mereka. “Jill, bukankah itu Kitano-san?” “Yang mana?” “Di dalam mobil yang barusan pergi.” “Mungkin kamu salah lihat. Itu bukan mobil Kazuma. Lagi pula dia masih akan bekerja sampai tengah malam nanti,” jawab Jill sambil mulai menyetir. Ia sama sekali tak merasa penasaran dengan dugaan Fitri. “Mmm, benarkah? Mungkin aku salah lihat. Oh ya, bagaimana jika kita pergi ke taman yang kulihat kemarin?” Fitri mengalihkan topik pembicaraan, ia menyadari bahwa dirinya tak perlu memaksa Jill untuk setuju dengan dugaannya, meskipun sebenarnya gadis itu sangat yakin bahwa yang dilihatnya barusan adalah Kazuma. Namun, Jill saja menyanggah, lantas kenapa ia harus sebegitu yakinnya? “Lain kali saja, ya. Hari ini aku sedang tidak ingin ke mana-mana. Tadi pacarku menyuruh untuk segera pulang.” “Baiklah.” Fitri manggut-manggut. Ajakannya itu sebenarnya hanyalah alasan untuk mengganti pembahasan saja, jadi dirinya tak begitu kecewa bila Jill menolak. Lagi-lagi Jill menyulut rokok di bibirnya. Asap kembali berpusar-pusar. “Oh ya, aku lupa bertanya padamu kemarin. Aku sama sekali tidak pernah melihatmu merokok. Kamu tidak merokok?” “Tidak, Jill.” Fitri menggeleng. “Tidak punya pacar, tidak minum alkohol, tidak merokok, tidak ... ough, your life is so flat.” Jill tertawa. Fitri hanya tersenyum sambil mengambil ponsel dan memasang headset di telinga. *** Ponsel Jill berdering tepat saat mobil berhenti di depan asrama. Dia berbicara sebentar, lalu menutup telepon dengan wajah kesal. “Dasar cowok aneh! Sudah jauh-jauh begini malah disuruh balik lagi!” gerutunya. Fitri mengerti, itu pasti dari Kazuma. “Kenapa Jill?” “Kazuma menyuruhku untuk menemuinya sekarang. Kamu turun di sini, ya?” “Oh, begitu. Baiklah, tidak masalah.” Fitri turun dari mobil Jill dan memandangi kendaraan roda empat yang mulai melaju itu. *** Pandangan Fitri sangat terganggu dengan puntung rokok yang berserakkan tepat di depan kamarnya. “Aduh, Jill sembarangan membuang puntung rokok,” gerutu Fitri sambil memungut benda tersebut dan membuangnya. Kemudian, ia masuk ke kamar. Ia melepas headset, menyimpan benda itu ke dalam tas dan meletakkan tasnya di atas tempat tidur, kemudian mengambil minuman dingin dari kulkas. “Alhamdulillah, seger banget,” gumam Fitri setelah air dingin itu mengalir di tenggorokannya yang tandus. Botol air dingin itu ia kembalikan ke tempatnya dan bergerak menuju tempat tidur. Dalam keadaan masih mengenakan jilbab, ia merebahkan tubuh lelahnya di kasur berbusa tebal dan empuk yang masih baru itu. Rasa kantuk sudah menyerangnya sejak baru keluar dari kelas tadi. Hal itu baru bisa terobati saat pertemuannya dengan kasur yang sangat dirindukan itu. Tak butuh waktu lama, gadis itu langsung terlelap. Tiba-tiba suara pintu terkunci membuat Fitri tersentak. Alangkah kaget dirinya ketika melihat seorang pemuda yang hanya mengenakan handuk berdiri dengan senyum menjijikkan di depan pintu sedang memainkan kunci di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang rokok yang menyebarkan asap bernikotin itu. “Kitano-san?! What are you doing here?!” teriak Fitri dengan suara gemetar. Ia sangat panik. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya, apalagi saat pemuda itu bergerak mendekati dengan ekspresi beringas. Fitri semakin kalut. Ia berusaha bergerak menjauhi Kazuma dan berteriak meminta pertolongan. “Kata Jill, kamu sangat lugu. Benarkah itu? Aku ingin membuktikannya. Ayo, kita bermain-main sebentar. Sejak beberapa hari ini, aku sangat penasaran padamu. Pertemuan kita barusan membuat rasa itu semakin bergejolak,” ujar pemuda itu terdengar menjijikan. “Jangan macam-macam, Kitano-san! Aku akan berteriak, dan semua orang akan menghajarmu!” ancam Fitri dengan suara gemetar. “Wah, kamu mengancamku, Sayang? Kurasa kamu tahu bahwa tidak ada orang lain sekarang. Hanya kita berdua. Kamu semakin membuatku penasaran. Ayo perlihatkan keindahan yang kamu tutupi itu, Sayang.” Ungkapan pemuda itu terdengar semakin menjijikkan. Pemuda itu bergerak mendekati Fitri. Fitri terus mencoba menyelamatkan diri. Ia melempari Kazuma dengan benda-benda di dekatnya. Namun, pemuda itu berhasil menangkis. PRANG! Kazuma menjatuhkan asbak—yang dilempar Fitri—ke lantai. Tawanya semakin berderai. Stamina Fitri mulai melemah. Ia merasa tak kuat lagi untuk melakukan perlawanan, tetapi semangatnya untuk mempertahankan kehormatan semakin berkobar. Mulutnya tak berhenti berdoa. Namun, nahas, ketika berlari, tak sengaja ia menginjak pecahan asbak yang tadi dilemparkannya pada Kazuma. Gadis itu meringis kesakitan dan terjatuh. Kepalanya terbentur pada bibir meja yang terbuat dari kaca sebelum akhirnya ambruk. *** Jill berjalan menuju kamarnya sambil menggerutu. Perasaannya masih separuh kesal pada Kazuma yang tak ia temui di tempat mereka janjian. Pemuda itu menyuruh Jill untuk kembali menemuinya di bar tempat barusan mereka bertemu, tetapi teman-teman kekasihnya itu mengatakan bahwa Kazuma sudah pergi. Saat melihat pintu kamar terbuka, Jill semakin kesal. Ia sangat marah dengan kecerobohan Fitri. Dipercepat langkahnya agar bisa segera memaki Fitri. Namun, sesampai di depan pintu kamar, Jill begitu kaget saat melihat kamar berantakan dan gadis yang ingin dimakinya itu tergeletak di atas lantai dengan kepala berlumuran darah. Ia memeriksa keadaan Fitri dan bersyukur karena masih merasakan denyut nadi gadis malang itu. ************************************* footnote: Gochumon yoroshii deshouka? Mau pesan apa?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD