"Anak perempuan ?" ulang Arini seperti mengingat sesuatu. Ia menghentikan membuka pintu lalu berbalik menatap ke arah Devan dengan kening berkerut. "Apa sebelum lupa ingatan, aku menginginkan anak perempuan ?" tanya Arini yang dibalas anggukan Devan. Hening. "Sayang ... jangan dipikirkan lagi, Mas hanya bercanda." Devan berjalan mendekati Arini dan mengusap lembut kening Istrinya, agar tidak mulai lagi berpikir keras. Arini tersenyum, lalu segera keluar dari kamar Devan. Ingin mencak-mencak, tapi perlakuan Devan terlalu lembut. Sepertinya, banyak hal yang ingin ia ketahui dari ingatannya yang tertinggal. Rutinitas pagi berjalan sebagaimana biasa. Arini berangkat ke kantor bersama Devan, dan kembali turun dari mobil dengan mengendap-endap, bak ninja. Pekerjaan sebagai office girl d