"Kamu gak kenal sama saya?" tanya pria bernama Akbar seraya tersenyum ringan.
Stela menatap lekat wajah Akbar mencoba untuk mengingat. Namun, sekeras apapun ia berusaha Stela tetap tidak dapat mengingat apapun. Gadis itu tersenyum canggung seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. Sedangkan Jayden menatap datar wajah sang adik lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Stela istrinya.
"Kamu kenal sama Akbar, Sayang?" tanya Jayden mengerutkan kening.
Stela menghela napas panjang lalu balas menatap wajah suaminya sinis. Panggilan sayang masih terdengar asing di telinganya, bahkan terasa memuakkan setelah ia diperlukan secara kasar oleh suaminya ini.
"Entahlah, aku gak ingat. Mungkin karena aku terlalu banyak teman laki-laki," jawab Stela datar.
"Kamu beneran gak ingat sama saya?" tanya Akbar merasa tidak percaya, sementara Stela hanya menggelengkan kepala. "Saya ini ketua Osis di SMA Tunas Bangsa. Masa kamu gak ingat sih? Padahal saya masih mengingat kamu lho."
Stela akhirnya tersenyum lebar. "O iya, aku inget sekarang. Kamu itu ketua Osis yang terkenal itu ya? Astaga! Kamu udah berubah, Kak Akbar," sahut Stela. "Aku beneran gak ngenalin kamu lho."
Jayden tersenyum sinis seraya memutar bola matanya kesal. "Hey, jangan panggil dia dengan sebutan kak Akbar, kamu itu kakak iparnya dia, Sayang."
"Bener juga, Stela. Jangan panggil saya kak Akbar lagi, kamu 'kan udah jadi kakak ipar saya. Panggil saya dengan panggilan Akbar aja, oke?" pinta Akbar dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Stela.
"Kenapa kamu bisa menikah sama Abang saya, Stel? Padahal, dulu waktu kita sekolah saya suka sama kamu. Saya pikir, setelah saya pulang dari luar negeri, saya bisa menemui kamu dan menyatakan perasaan saya sama kamu, tapi ternyata kamu udah nikah sama Abang saya sendiri," batin Akbar menatap sayu wajah Stela.
Ya, Akbar dan Stela sempat satu sekolah saat mereka sama-sama mengeyam pendidikan di bangku SMA di mana Akbar adalah kakak kelas Stela waktu itu. Akbar sempat menaruh hati kepada Stela, tapi karena ia lulus terlebih dulu dan segera berkuliah keluar negeri, Akbar tidak punya waktu untuk menyatakan perasaanya kepada wanita ini.
Sekarang, di saat ia kembali dengan membawa kesuksesan, Akbar berniat untuk mendekati Stela dan menjadikan wanita itu pelabuhan terakhirnya, tapi takdir berkata lain. Wanita itu telah sah menjadi milik orang lain yaitu kakaknya sendiri.
"Eu ... ngomong-ngomong, apa Akbar bakalan tinggal di sini juga?" tanya Stela menatap wajah suaminya.
"Betul, adik saya ini akan tinggal bersama kita, sayang. Sejak orang tua kami tiada, Mas-lah yang menjadi walinya dia," jawab Jayden.
Stela seketika mendekatkan wajahnya di telinga Jayden kemudian berbisik, "Jangan panggil aku dengan sebutan sayang. Aku gak suka."
Jayden tersenyum sinis kemudian balas berbisik ditelinga istrinya, "Suka gak suka kamu harus suka, Stela. Ingat, kita harus terlihat seperti sepasang pengantin baru yang bahagia."
Akbar hanya bisa mengerutkan kening seraya menatap wajah sang kakak juga kakak iparnya secara bergantian. "Kalian lagi ngomongin saya, ya?" tanyanya penuh selidik.
Baik Jayden maupun Stela sontak menoleh dan menatap wajah Akbar. "Hah? Siapa yang lagi ngomongin kamu? Gak ada kerjaan banget sih!" decak Jayden sinis lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Stela. "Ngomong-ngomong, Mas ada urusan sebentar. Kamu gak apa-apa 'kan Mas tinggal?"
"Gak apa-apa, kalau kamu mau keluar, keluar aja. Aku cape mau istirahat," jawab Stela santai.
"Oke, Mas pergi dulu ya."
Stela menganggukkan kepala dengan wajah datar.
Jayden mengalihkan pandangan matanya kepada sang adik."Kamar kamu udah siap, istirahat aja untuk hari ini. Besok baru kamu ke kantor."
"Oke, bang," jawab Akbar singkat.
Jayden berjalan meninggalkan mereka berdua. Sementara Akbar menatap sayu wajah kakak iparnya dengan perasaan berkecamuk. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, pria itu masih sulit menerima kenyataan bahwa wanita yang ia sukai menikah dengan kakaknya sendiri. Perasaannya untuk Stela pun masih sama seperti dulu meskipun waktu telah lama berlalu bahkan Stela sama sekali tidak mengingat dirinya.
"Eu ... aku istirahat dulu ya," ujar Stela dengan perasaan canggung karena di rumah tersebut hanya ada mereka berdua, sementara para asisten rumah tangga tengah mengerjakan tugas mereka masing-masing.
"Kamu beneran lupa sama saya, Stel?" Akbar kembali bertanya seraya tersenyum cengengesan.
"Aku udah inget ko, kamu kakak kelas aku di sekolah 'kan. Maklumlah, udah lama banget kita gak ketemu, jadi wajar aja kalau aku agak lupa," jawab Stela santai.
"Kenapa kamu bisa menikah sama bang Jayden, Stel?" tanya Akbar membuat Stela seketika merasa terkejut. "Dari yang saya tau, calon istrinya abang itu bukan kamu lho."
Lagi-Lagi Stela menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Eu ... ceritanya panjang, Akbar," ujarnya singkat.
"Apa jangan-jangan kamu terpaksa menikah sama dia?"
Stela diam seribu bahasa seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kamu gak tau seperti apa sifat abangku, Stel. Dia itu dingin, cuek, kasar, itu sebabnya dia jadi perjaka tua."
Stela hanya tersenyum hambar dalam menghadapi ucapan Akbar. Walau bagaimanapun, ia tidak ingin mengumbar aib suaminya. Meskipun semua yang diucapkan oleh Akbar sepenuhnya benar.
"Apa kamu mencintai abang saya?"
Stela seketika mengerutkan kening. Pertanyaan adik iparnya itu benar-benar di luar batas dan sangat tidak pantas. Atas dasar apa Akbar menanyakan hal tersebut mengingat bahwa Jayden adalah kakaknya sendiri? Stela tersenyum hambar seraya menatap wajah Akbar datar.
"Maaf, aku gak punya kewajiban buat ngejawab pertanyaan kamu. Aku lelah, aku naik dulu, ya," jawabnya singkat kemudian berbalik dan hendak melangkah.
"Apa kamu tau kalau dulu saya suka sama kamu?"
Stela sontak menghentikan langkahnya kemudian berbalik dan menatap wajah Akbar dengan kening yang dikerutkan. "Apa maksud kamu?"
Akbar tersenyum simpul kemudian berjalan mendekat. "Jujur, Stela. Dulu waktu SMA, saya suka sama kamu."
"Terus?" Stela sinis.
"Sekarang pun saya masih suka sama kamu."
"Tapi, sekarang aku kakak ipar kamu, Akbar."
"Apa kamu mencintai Abang saya?"
"Bukan urusan kamu!"
Akbar tersenyum sinis lalu memalingkan wajahnya ke arah lain kemudian kembali menatap wajah sang kakak ipar. "Apa dulu kamu pernah menyukai saya?"
Stela diam seribu bahasa seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Boleh saya tarik kesimpulan di sini?"
Stela seketika mengerutkan kening.
"Oke, kalau kamu enggak bisa jawab, tapi kalau saya perhatiin, kamu itu terpaksa menikah sama abang saya, Stela. Seumur hidup itu lama lho, apa kamu mau menghabiskan sisa umur kamu bersama pria seperti dia?" sahut Akbar dingin.
Stela cukup terkejut saat mendengar pengakuan Akbar. Wanita itu masih diam. Bingung harus menjawab apa untuk menanggapi pertanyaan adik iparnya itu. Namun, di dalam hati, Stela bermonolog sendiri. Menyesali kenapa pria itu baru mengungkapkan semuanya sekarang dan itu sudah terlambat. "Padahal dulu aku juga suka sama kamu, Akbar. Tapi sekarang ... aku adalah kakak iparmu."
Bersambung