Selama menunggu Geza tampil bersama Henry, yang dia lakukan adalah melihat jadwal Geza untuk seminggu ke depan dan mengonfirmasi perjanjian-perjanjian ke pihak management untuk diterusakn kontraknya. Azela baru saja menyelesaikan mie cup-nya saat Henry menemuinya di facilities room, pria itu seperti biasa, selalu ceria dan energik baik di depan maupun di belakang panggung.
”Nona Azela yang cantik jelita, senang bisa melihat anda.” Henry langsung duduk di sampingnya dengan senyum sumringah dan mengendus wangi Azela seperti biasa, membuat Azela tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah terbiasa dengan kelakuan Henry, artis di bawah agensi yang sama dengan Leonid Band hanya saja Henry bersolo karir.
”Kalian sudah selesai? Di mana Geza?” Tanya Azela celingukan mencari Geza, membuat Henry menggidikkan bahunya acuh, meraih air mineral di depannya dan menenggaknya hingga tandas.
”Biasalah, kau seperti tidak mengenalnya saja, tentu dia sedang tebar pesona dengan fans-fansnya.” Ungkap Henry membuat Azela mengangguk paham, pria itu tidak akan pernah terpisah dengan fans-fanas fanatiknya.
Bunyai guntur yang terdengar membuat Azela memejamkan matanya, memang tadi saat dirinya pergi keluar untuk mengambil sesuatu di mobil, langit sudah terlihat mendung.
”Ishh... sepertinya akan turun hujan.” Gumam Henry terlihat kesal, membuat Azela mengangguk setuju.
”Ya, sepertinya begitu. Apa kau masih memiliki jadwal lain?” Tanya Azela saat melihat Henry beranjak dari duduknya, membuat pria itu mengangguk lemas dan terlihat letih.
”Ya begitulah, aku pergi dulu.” Setelah mengatakan itu, Henry keluar meninggalkan Azela, dan ia pun memutuskan untuk keluar mencari Geza.
Benar saja, begitu dia keluar dari facilities room, dia melihat Geza bersama banyak fans wanita di belakang panggung, wanita itu berjalan mendekat, melirik arloji di tangan kirinya, Geza masih memiliki satu acara untuk menjadi bintang tamu di Sakura Radio. Jam delapan malam ini.
”Geza,” panggil Azela membuat pria itu mengalihkan atensinya dan menatap Azela penuh tanya, tentu saja Azela bisa merasakan tatapan benci fans-fansnya seperti yang biasa ia dapatkan, namun dia mengabaikannya seperti biasa. Tatapan gadis gadis belia itu sudah menjadi makanan favoritnya setiap hari. ”Aku tunggu di mobil, barang-barangmu sudah kuberesi.” Setelah mengatakan itu Azela bergegas menuju mobil, dengan guntur yang kembali bersahutan dan gerimis kecil yang pelan-pelan turun.
Lima menit kemudian Geza datang dengan baju yang sedikit basah, gerimis semakin lebat di luar, jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
”Kau masih memiliki satu jadwal malam ini, kita makan dulu, apa kau ingin makan di restoran atau aku masakkan kita pulang ke apartemen?” Tanya Azela yang selalu menawarkan dua opsi padanya, membuat Geza tersenyum bahagia dalam hati, dia seolah telah memiliki seseorang yang bahkan memahaminya tanpa dia mengatakannya, sayangnya gadis itu hanya sebatas asistennya.
’Aish, Geza Arsyanendra, apa yang kau pikirkan?’ Geza mengumpat dalam hati. Dia melirik arloji di tangan kirinya, jika pulang dan menunggu Azela memasak untuknya pasti tidak akan cukup walaupun ia yakin dengan ketangkasan Azela yang selalu tepat waktu, tapi dia juga kasihan pada Azela yang pasti sama lelahnya dengan dia, dan jika gadis itu masih harus memasak untuknya dia hanya akan merepotkannya saja.
”Kita cari restoran jepang saja, aku sedang ingin sushi.” Balas Geza akhirnya, membuat Azela mengangguk dan langsung melajukan mobilnya menuju restoran langganan pria itu.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk keduanya tiba di restoran, hujan yang semakin lebat membuat keduanya terdiam untuk beberapa saat, memikirkan hal yang sama. Payung yang biasa ada di mobil kemarin dipinjam oleh Dewa. Lalu, keduanya saling menatap dan menggidikkan bahunya sama-sama bingung.
”Ya sudahlah, kita lari saja, dekat juga. Pakai jaketmu, aku tidak ingin besok kau sakit dan semua schedulemu terbengkalai.” Ungkap Azela membuat Geza mendengus, gadis itu selalu seperti itu, tidak pernah memikirkan dirinya.
”Kau pikir aku lemah, hah?! Mana mungkin hujan seperti ini bisa membuatku sakit?! Pikirkan dirimu sendiri.” Ungkap Geza dengan kesal, namun Azela hanya acuh, membuka pintu mobil dan menutupnya keras tanpa menjawab lagi Geza, berlari cepat menuju ke restoran itu.
”Yak!! Gadis itu benar-benar! Berhenti mengabaikanku, Azela!” Teriak Geza yang akhirnya ikut keluar mobil dan berlari menghalau hujan.
Melihat Azela yang sudah dilayani oleh waitres dan bahkan memesan mendahului dirinya membuat Geza lagi-lagi kesal, harusnya gadis itu membiarkannya memesan dahulu sebagai bosnya.
’Memang sejak kapan Azela menganggapmu bosnya?’ Batinnya mengejek, kekesalannya kembali datang pada Azela, namun saat mendengar apa yang dipesan Azela membuatnya mengernyit dan diam-diam tersenyum, gadis itu, sekali lagi memahami dirinya tanpa dia mengatakannya. Azela sangat mengingat apa-apa saja yang menjadi kesukaannya dan apa yang tidak dia suka.
”Baik saya ulangi pesanan anda ya Nona, Sup miso, salad rumput laut, sushi, tonkatsu, chankonabe. Ada tambahan, Nona?” Tanya waitress itu membuat Azela justru menatap pada Geza dengan tatapan bertanya.
”Apa ada yang kau inginkan lagi, Za?”
”Tidak, itu saja cukup.” Ujar Geza lalu duduk di depan Azela, menatapnya penuh makna, membuat Azela salah tingkah dengan sendirinya. Namun, Geza justru mendekatkan dirinya, memajukan kepalanya dan menatap Azela dengan intens.
”Apa yang kau lakukan?” Ungkap Azela dengan risih, mendorong bahu Geza, walau jantungnya berdetak keras tak karuan.
”Kau seorang cenayang ya? Kau bisa membaca pikiranku? Aku bahkan belum mengatakan apa mauku, tapi kau bisa menebaknya dengan tepat, tidak hanya satu kali saja. Ayo katakan.” Ujar Geza dengan tatapan yang dibuat garang, mencengkram erat lengan Azela walau tidak menyakiti gadis itu.
”Ya Tuhan, kau ini kenapa? Jelas aku mengetahui semuanya, kita hampir selalu bersama 24/7 jika kau lupa. Siapa yang selama ini memenuhi semua kebutuhanmu? Lalu kau menanyakan pertanyaan bodoh yang sudah kau tau jawabannya. Jangan konyol Tuan Geza.” Azela menggerutu dan mendorong bahu Geza lebih keras hingga pria itu mengalah dan memilih ke toilet.
Tidak lama makanan datang, Azela terlihat menikmati hot tea-nya, namun tidak menyentuh makanan di depannya sama sekali. Geza yang baru kembali dari toilet mengernyit bingung.
”Kau pikir akan kenyang hanya menatap semua makanan itu?” Sarkas Geza membuat Azela menghela napas dan memutar bola matanya malas. Dia merasa masih kenyang setelah makan mie cup tadi dan tidak ingin memakan apapun.
”Aku baru saja makan mie cup saat menunggumu. Sudahlah, cepat habiskan makananmu, kita tidak memiliki banyak waktu.” Ujar Azela malas, namun Geza justru mendesah kesal dan menyentil kuat kening gadis itu.
”Berapa kali kukatakan jangan terlalu sering makan mie cup saat menungguku. Kau ini tidak punya kegiatan lain atau apa? Pesanlah ayam atau lainnya. Kau mau meracuni dirimu sendiri dengan semua stok mie mu itu?” Ungkap Geza yang kembali emosi, entah kenapa Azela selalu berhasil membuatnya emosi. Kebiasaan gadis itu yang selalu memakan mie cup untuk menahan lapar sebelum jam makan adalah hal yang paling sering Geza alami, lalu saat jam makan gadis itu jadi melewatkannya karena merasa kenyang.
Azela yang sudah terbiasa dengan omelan Geza hanya bisa mendecak kesal, selalu ribut bahkan untuk perkara sepele. Pria itu kadang terlalu mencampuri hidupnya dan Azela selalu merasa pria itu melewati batasannya.
Dengan kesal Azela mengambil sumpitnya. Membuat Geza kembali ingin bersuara, namun Azela bukannya menyuapkan sushi itu ke mulutnya justru ke Geza agar pria itu berhenti mengomel.
”Diam dan makan. Aku mengerti mana yang baik untuk hidupku. Kau lagi-lagi melewati batasanmu, Tuan. Aku di sini yang bekerja untuk memastikan makananmu, kesehatanmu, dan jadwalmu, bukan sebaliknya. Jadi cukup dan tidak perlu mengurusi hidupku.” Ungkap Azela yang entah mengapa membuat Geza benar-benar kesal. Gadis itu sekali lagi mengucapkan kata-kata yang dibencinya, menganggapnya hanya orang asing dan sebatas rekan kerja di saat dia khawatir dengan keadaan gadis itu.
”Sekali lagi kau mengatakan hal-hal seperti itu. Aku akan memecatmu, Azela.” Balas Geza dengan tajam, membuat Azela terdiam dan berusaha menghindar dari tatapan pria itu. ”Buka mulutmu, makan.” Geza sudah menyuapkan sushi di depannya, dengan tatapan tajam dan tak terbantahkan, membuat Azela membuka mulutnya dan mengunyah sushi itu dengan perasaan campur aduk, apalagi melihat tatapan Geza.
”Kau pikir aku memikirkanmu? Jika kau sakit siapa yang akan mengurus semua jadwalku. Semua akan berantakan. Jadi makan sekarang.” Sekali lagi Geza menyuapkan sushi pada Azela dengan senyum puasnya.
”Baiklah, baiklah. Aku makan sendiri.” Suapan yang ketiga, Azela langsung menghentikan Geza, takut jika ada paparazi yang melihatnya, dia menatap Geza dengan malas, sedangkan Geza tersenyum penuh kepuasan.
Lalu keduanya makan dalam diam, menikmati makan malam mereka dengan hujan yang turun semakin lebat malam ini.
”Aish. Hujannya kenapa semakin lebat? Dingin sekali.” Geza menggidikkan tubuhnya saat melihat keluar hujan yang turun semakin lebat, keduanya telah menyelesaikan makan malam dan memang harus pergi untuk menyelesaikan pekerjaan mereka hari ini.
”Ayo, Za. Kita harus segera pergi, dua puluh menit lagi acara akan dimulai.” Azela yang baru datang dari toilet mengagetkan Geza yang masih melihat-lihat keadaan. Dia menatap Azela dari atas hingga bawah, seperti biasa gadis itu hanya mengenakan T-shirt hitam dengan jeans favoritnya. Bahkan dia merasa kedinginan namun wanita itu terlihat begitu santai.
”Mana kunci mobilnya. Aku yang menyetir, aku tidak percaya memberikan nyawaku padamu di saat seperti ini.” Ejek Geza membuat Azela melotot seketika dan langsung memukul bahu pria itu sekuat tenaga. Tidak suka saat siapa pun meremehkan kemampuannya.
”Yakk! Kau lupa siapa yang selalu membuatmu tiba tepat waktu di lokasi?! Aku dengan kemampuan menyetirku! Ingat itu Tuan Geza! Jika bukan karenaku, entah sudah berapa kali kau akan mendapatkan pinalti karena telat dan tidak disiplin.” Azela masih mengajukan protesnya dan memukul Geza, membuat Geza tertawa, namun seketika Azela terdiam saat Geza tanpa permisi memakaikan hoodie miliknya. Lalu menarik tali hoodie tersebut agar penutup kepala hoodie tersebut terpasang dengan benar.
”Cepatlah. Kau bilang kita tidak memiliki banyak waktu.” Ujar Geza lalu menarik Azela keluar dari restoran, menerbos hujan dengan Azela yang menekan dadanya yang kembali berdetak kencang karena perhatian tiba-tiba Geza yang selalu membuatnya jatuh pada pesona laki-laki menyebalkan itu.
Begitu tiba di Sakura studio Geza masih menariknya menuju ruang ganti, padahal karena ini hanya siaran radio, Geza tidak perlu re-touch untuk penampilannya. Namun pria itu malah membawanya ke ruang fitting.
”Jesie. Apa kau ada baju ganti, yang hangat, training juga tidak apa-apa.” Tanya Geza pada salah satu kru Sakura di sana.
”Tentu ada, untukmu atau untuk Azela?” Tanya Jesie melihat keduanya yang terlihat sedikit basah.
”Azela.” Ungkap Geza mantap membuat Jesie menatap penuh makna pada Azela dengan senyum menggoda. Keduanya memang saling mengenal karena anggota Leonid pernah mengisi beberapa kali di Sakura.
”Baiklah. Tunggu di sini, aku akan mengambilnya, kau juga sepertinya harus mengganti bajumu.” Balas Jesie namun Geza tidak meresponnya, masih menatap Azela penuh makna.
”Ganti bajumu. Aku hanya butuh dua puluh menit untuk menyelesaikan ini kan? Aku pergi dulu.” Ungkap Geza yang langsung pergi begitu saja, membuat Azela berteriak.
”Yakk!! Ganti dulu bajumu, Geza Arsyanendra.” Teriak Azela namun lagi-lagi teriakan gadis itu tidak digubris oleh Geza.
Memang waktu selalu berlalu begitu cepat, Azela yang terlihat sudah mengantuk dan hampir tertidur akhirnya kembali sadar saat melihat Geza datang menghampirinya. Gadis itu langsung berdiri dengan pusing yang tiba-tiba melanda kepalanya.
”Kau seperti melihat hantu saja! Kau akan pusing jika berdiri tiba-tiba seperti itu.” Geza kembali terlihat kesal, membuat Azela juga ikut mendecak.
”Sudah selesai?” Tanya Azela membuat Geza mengangguk, lalu menarik tangan Azela untuk pergi dari sana.
”Ayo pulang. Hari ini sudah selesai.” Ungkapnya penuh kelegaan, pun dengan Azela yang merasa lega, tubuhnya begitu letih seperti biasa saat memiliki jadwal hingga malam. Geza yang melihat Azela begitu lelah akhirnya mengalah untuk menyetir, dia jadi merasa bersalah, selama ini gadis itu pasti sudah sangat lelah mengurus ini dan itu juga pergi ke sana ke mari untuk mengurus semua jadwalnya. Tapi dia justru menambah beban dengan mencari gara-gara dengan Azela.
Azela yang memang sudah lelah hanya diam saat Gezatanpa kata memutuskan kembali menyetir, bahkan tidak lama setelah mobil meninggalkan studio gadis itu terlelap begitu damai, membuat Geza diam-diam tersenyum menatap wajah damai Azela dalam tidurnya.
”Hah! Bagaimana bisa kau semakin mengacaukan pikiranku akhir-akhir ini, La?” Gumam Geza dengan senyum yang semakin lebar terlihat dari wajahnya.
Jalanan yang sudah lengang membuat Geza begitu santai melajukan mobilnya membelah jalanan malam itu, melajukan mobilnya menuju apartement Azela yang bahkan selama ini dia hanya tau gedungnya, belum pernah masuk ke apartemen gadis itu sekali pun, mungkin besok dia bisa melakukannya, tidak ada salahnya kan? Dia hanya ingin mengenal asistennya lebih dekat, asisten yang selalu mengacaukan sekaligus membantunya menjalani hari-hari sebagai seorang bintang.
Dalam kelengangan malam itu, Geza telah tiba mengantarkan gadis itu sejak lima menit yang lalu, namun dia tidak berminat membangunkan Azela yang terlihat begitu lelap dalam tidurnya sekali pun posisi tidur gadis itu pasti akan membuat tubuh Azela sakit. Yang Geza lakukan hanya menatap dalam diam wajah Azela yang membuat hatinya berbunga-bunga, wajah cantiknya yang penuh kedamaian terlihat berbeda saat gadis itu membuka mata dan menatapnya penuh kekesalan. Memikirkan begitu banyak cekcok yang terjadi di antara dirinya dan Azela membuat Geza kembali tersenyum, nyatanya hari-harinya selalu diisi dengan pertengkaran dan selisih pendapat dengan asistennya itu. Dirinya dan Azela yang sama-sama keras kepala.
Lenguhan kecil Azela membuat Geza tersadar, pria itu memperhatikan Azela yang pelan-pelan membuka matanya. Azela sedikit terkejut saat Geza menatapnya lekat dan begitu dekat.
”Kita sudah sampai? Kenapa tidak membangunkanku?” Tany Azela menatap ke sekeliling, namun lebih terkejut lagi saat mendapati dirinya berada di depan gedung apartemennya, biasanya mereka akan pulang ke apartemen Leonid dan dirinya akan pulang setelah dari sana.
”Baru sampai dan baru akan membangunkanmu.” Balas Geza ringan, menyadari kebingungan Azela.
”Kenapa kau mengantarku?” Tanya Azela dengan wajah penuh tanya, Geza hanya menggidikkan bahunya acuh.
”Kau yakin bisa sampai ke apartmenmu sendiri? Paling kau tertidur dan dibawa pergi oleh supir bus atau supir taksi. Mau seperti itu?” Pertanyaan Geza membuat Azela bergidig ngeri membayangkannya. Hari ini entah mengapa dia merasa begitu lelah bahkan sampai tertidur sebelum menyelesaikan pekerjaannya.
”Ah, apapun itu, terima kasih. Aku pulang.” Azela yang tidak ingin memikirkan macam-macam atas tindakan Geza memilih menyudahinya, dia takut terlalu percaya diri karena perhatian-perhatian Geza hari ini. Pria itu benar-benar selalu menguji mental dan perasaannya.
Melihat Azela yang pergi meninggalkan mobilnya membuat Geza kembali tersenyum, raut penuh tanya Azela yang begitu polos benar-benar menghiburnya, lalu dia melajukan mobilnya meninggalkan apartemen Azela dengan perasaan senang tanpa beban, lelahnya menguap begitu saja entah ke mana walau dia telah bekerja keras hari ini.