Geza terlihat mondar-mandir di kamarnya. Pesannya sejak semalam tidak dibalas oleh Azela pun dengan panggilannya. Pria itu mengumpat kesal lalu beranjak menuju dapur. Hingga suara Ryan menginterupsinya yang ingin menuju ke dapur.
”Za, tolong pinjamkan ponselmu. Aku harus menghubungi orang tuaku. Ponselku mati.” Ryan tidak membiarkan Geza berbicara, pria itu langsung menyambar ponsel di tangan Geza. Membuat Geza mendesis kesal lalu memilih menuju dapur dan membiarkan Ryan menggunakan ponselnya.
Pria itu kembali melirik jam dinding di dapur dan kembali meminum s**u UHT yang diambilnya tadi. Sudah hampir pukul tujuh dan Azela belum juga datang. Jika gadis itu tidak datang dalam lima belas menit ke depan dan belum menjawab pesan-pesannya. Geza akan mendatangi apartemennya.
”Apa Azela datang telat hari ini, Za?” Dewa yang sepertinya baru bangun menatap bingung karena paginya terasa berbeda pagi ini. Dapur juga terlihat bersih dan sepi. Biasanya sudah ada Azela yang akan menawarkan menu sarapan pada member Leonid.
Geza hanya mengangkat bahunya acuh, tidak ingin terlihat peduli padahal dia penasaran setengah mati.
Ryan sudah akan mengembalikan ponsel itu pada Geza, namun sebuah pesan menarik perhatiannya. Sebuah pesan dari Azela yang cukup mesra membuatnya mengulum senyum misterius. Dengan iseng dia membalas pesan itu dengan lebih berani. Dia tidak menyangka ternyata Geza dan Azela memiliki hubungan lebih. Ah, sebenarnya member Leonid juga sudah curiga pada mereka berdua sejak pemotretan itu. Mana ada Geza yang mau satu paying dengan orang lain dan membiarkan dirinya basah.
Setelah memastikan pesan itu terkirim Ryan langsung tersenyum puas, memberi pelajaran sedikit pada Geza atau bisa dibilang mendorong hubungan pria itu dengan Azela. Tanpa ragu dia menghapus pesan itu dan bersiul senang.
Ryan dengan tidak tau diri melemparkan ponsel itu pada Geza yang dengan cekatan langsung ditangkap Geza. Pria itu mendesis tidak suka pada Ryan yang tidak tau diri.
“Kemana Azela, Za?” Pertanyaan kedua dari member Leonid yang membuat Geza mendengus kesal, bertepatan dengan itu pintu depan terbuka dan terdengar suara yang begitu familiar. Membuat Geza tanpa kata melesat kesana, meninggalkan Ryan dan Dewa yang saling berpandangan dan tersenyum penuh arti.
“Oh, God. Kupikir kau tidak datang hari ini.” Kelegaan luar biasa yang ditunjukkan Geza membuat Zelline mengernyit bingung namun hanya tersenyum kaku. Berdehem pelan dan mulai memainkan perannya.
“Mana mungkin! Leonid memiliki acara Fpenting hari ini. Kau sudah sarapan? Apa aku terlambat?” Tanya Zelline melirik arloji di pergelangan tangannya. Membuat Geza mendecak kesal.
“Lima menit. Buatkan aku nasi goreng sementara aku mandi.” Geza langsung beranjak dari sana, meninggalkan Zelline yang menghela napasnya panjang. Entah kenapa dia merasa lebih gugup melakukan ini di depan member Leonid. Tidak seperti sebelumnya di mana dia sangat rileks dan begitu menikmati perannya tanpa takut ketahuan.
Zelline menuju dapur dan mendapati dua pria yang ia yakini bernama Ryan dan Dewa tengah menikmati sarapan mereka. Roti dan selai kacang. Oh, menyedihkan sekali para pria di apartemen ini.
“Hai, La. Kupikir kau tidak datang dan kami harus melihat Geza uring-uringan hari ini.” Dewa melahap roti itu hingga mulutnya penuh, membuat Zelline tersenyum dan menggeleng. Apa Azela tidak pernah telat selama ini? Cih. Zelline tau saudara kembarnya itu sangat tepat waktu.
“Pasti aku masuk untuk hari bersejarah ini. Apa kalian ingin jus? Menyehatkan untuk sarapan kalian.” Zelline menawarkan, membuat Ryan dan Dewa saling pandang, merasa aneh karena Azela tidak pernah berkomentar dengan sarapan mereka.
“Tentu, dengan senang hati kami menerimanya. Apa yang akan kau masak untuk Geza?” Dewa menatapnya yang sudah mengambil telur dari kulkas.
“Oh, dia meminta nasi goreng. Apa kalian mau?” Sekali lagi Zelline menawarkannya. Untuk yang satu itu. Dewa dan Ryan tidak perlu saling pandang, mereka kompak mengangguk mantap.
“Apa Mas Tristan dan Abian belum bangun? Sebaiknya aku buatkan sekalian saja untuk mereka ya?”
“Pasti mereka akan menyukainya.” Jawaban Ryan membuat Zelline mengangguk setuju, membuatkan jus alpukat juga untuk mereka semua lalu melanjutkan untuk membuat nasi goreng.
Tiga puluh menit kemudian Geza kembali ke ruang makan dan melihat sudah ada semua member Leonid di sana, dengan sepiring nasi goreng dan jus di sana. Lalu tanpa kata dia duduk di sana, menatap dengan kening mengerut pada Zelline yang hanya menggidikkan bahunya acuh dan dengan bingung memilih di mana dia duduk saat ada tiga kursi yang tersisa. Lalu, dia menuju kursi terdekat.
“Hei, kalian marahan? Kenapa kau duduk jauh sekali dari Geza?” Tanya Abian dengan kening berkerut, membuat semua member menatap ke arahanya. Sedangkan Zelline yang menyadari kesalahannya langsung menggeleng dan tersenyum kikuk.
“Ah, aku sudah sangat lapar, tadi tidak sempat sarapan, memangnya apa yang salah dengan duduk di mana saja?” Zelline menatap kepada mereka semua, namun member Leonid masih seolah tidak percaya, membuat Zelline menggigit bibirnya dalam, kenapa pria juga terlihat rumit si? Perkara duduk saja jadi masalah? Zelline menghela napasnya dan beringsut ke samping Geza yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Entah kenapa sekarang dia ingin menarik kata-katanya pada Azela tadi. Ternyata bekerja dengan pria-pria tampan tidak selalu menyenangkan. Zelline merasa terintimidasi dengan tatapan-tatapan itu.
“Selamat makan semuanya.” Zelline memasang senyum lebar berusaha menguarai kecanggungan itu. Namun lagi-lagi, komentar salah satu dari mereka membuat Zelline menarik napasnya dalam.
“Sejak kapan kau menggunakan sawi dan bakso dalam nasi gorengmu, Za?” Kini Tristan yang berkomentar, membuat Zelline kembali memasang senyum manisnya walau jantungnya sudah berdetak tak karuan.
“Hanya ingin mencoba sesuatu yang baru. Lagi pula sayur bagus. Aku yakin rasanya tidak buruk.” Zelline lalu mulai menyuapkan sarapannya, pun dengan member Leonid yang lain, namun belum selesai dia menelan suapan pertama, suara protes kembali menguar, membuat Zelline menunduk dan memejamkan matanya. Suaranya begitu dekat, membuat Zelline menoleh.
“Ini, rasanya berbeda. Bukan seperti buatanmu biasanya.” Geza menatap lekat pada Zelline yang hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Bertanya-tanya. Seintim apa hubungan saudaranya itu sampe Geza bisa mengenali dengan begitu jeli rasa masakannya yang bagi Zelline tidak ada bedanya.
“Ah, ya. Aku menambah beberapa bumbu yang ada untuk mendapatkan rasa yang lebih baik. Apakah rasanya lebih enak? Mana yang lebih kamu sukai?” Tanya Zelline membuat Geza menggeleng.
“Jangan aneh-aneh. Aku suka yang biasanya saja. Apalagi aku tidak menyukai sayur.” Jawaban Geza membuat Zelline mendecih, pria itu menyebalkan juga. Tapi, kenapa dia jadi berpikir, Azela dan Geza sedang memainkan drama rumah tangga. Jika dipikir-pikir, kembarannya itu selalu siap siaga memenuhi segala kebutuhan Geza. Segalanya. Bukan hanya tentang pekerjaan. Mustahil jika Azela tidak memiliki rasa. Wah, selama ini gadis itu diam-diam saja dan tidak pernah bercerita tentang pekerjaannya yang pasti memacu adrenalin setiap hari ini.
***
Zelline mendengarkan dengan seksama semua konsep album baru Leonid band yang tengah dijelaskan oleh beberapa orang di sana. Dia tidak tau persis posisi apa mereka. Zelline hanya akan melakukan tugasnya, mencatat dan mengingat semua meeting hari ini untuk diinformasikan pada Azela. Mengenai lagu-lagu mereka dalam album itu, lokasi syuting untuk video klip, lalu akan ada girlgrup yang menjadi bintang dalam syuting video klip mereka dan yang paling penting mereka akan mengadakan konser di beberapa negara asia tenggara.
Oh, Zelline tidak menyangka jika meeting ini bisa memakan waktu yang cukup panjang. Sudah menunjukkan pukul tiga sore dan wajah-wajah mereka masih begitu fresh dan bersemangat. Zelline benar-benar bosan mendengar penjelasan lainnya tentang lagu mereka dan bagaimana mereka harus berekspresi dalam video klip itu. Zelline lebih tertarik untuk membicarakan tentang saham perusahannya dan project-project yang berhasil ia menangkan untuk perusahaannya.
Beruntung, pria yang Zelline ketahui bernama Mahajana itu menyudahi meeting kali ini. Mereka bersorak senang, pun dengan Zelline yang menghembuskan napasnya panjang. Setidaknya dua jam lagi hari ini akan berakhir dan dia bisa pulang. Azela mengatakan jika dia bisa pulang sesuai jadwal pukul lima sore jika Geza sudah tidak memiliki jadwal lain.
“Kita akan sangat sibuk mulai minggu depan. Syuting video klip dan tour pertama. Tapi itu akan sangat menyenangkan dan kita akan semakin dikenal.” Dewa terlihat begitu puas, mereka kini sudah ada di van dan bersiap kembali ke apartement. Zelline yang mendengar itu hanya bisa tersenyum senang dan berharap semua berjalan sesuai rencana.
“Kau harus mulai re-arrange schedule-ku karena mulai minggu depan kita juga akan disibukkan dengan comeback Leonid. Aku percaya padamu. Mas Jana juga pasti sudah mewanti-wantimu jauh-jauh hari kan terkait comeback Leonid. Hanya saja, kau tetap perlu berjaga-jaga. Karena Leonid akan sangat sibuk, pun dengan dirimu.” Geza menatapnya lekat, membuat Zelline hanya mengangguk kaku dan mengedarkan tatapannya ke arah lain. Dia harus mengatakan yang satu ini juga pada Azela. Tatapan pria itu benar-benar membingungkan. Kadang terlihat mengintimidasi kadang juga menatapnya dalam dan lekat seolah mencari sesuatu dari matanya. Namun, Zelline tetap tidak bisa memahaminya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk kembali tiba di apartement. Helaan napas dan teriakan lepas Dewa dan Tristan yang langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa membuat Zelline tersenyum. Dia bingung apa yang perlu dilakukannya lagi setelah ini. Apa dia meminta ijin pulang saja?
“Azela. Bagaimana jika kau membuatkan makan malam untuk kita? Sepertinya akan lebih sehat jika kau yang membuatnya dari pada kita memesan junk food.” Itu suara Abian yang seolah memberi secercah harapan pada Zelline yang bingung harus melakukan apa.
“Ah, tidak buruk. Apa yang kalian inginkan, aku akan mencoba membuatkannya.”
“Aku ingin sop.”
“Aku ingin tumis brokoli dan udang.”
“Aku ingin salad buah.”
“Untuk lauknya, bagaimana ayam goreng saja,”
“Wow, aku seperti chef restoran sekarang.” Zelline menggumam takjub, banyak sekali permintaan mereka.
“Ada yang kau inginkan, Za?” Tanya Zelline melihat Geza yang masih diam.
“Tidak. Samakan saja dengan mereka.” Selanjutnya Geza langsung beranjak dari sana, menutup pintu kamarnya dengan cukup keras. Membuat Zelline mengernyit bingung, lalu menatap satu per satu member Leonid untuk meminta penjelasan, namun mereka hanya menaikkan bahunya tidak tahu menahu.