Part 2

2157 Words
Azela mengakui, semakin hari walau Geza lebih banyak menyebalkannya, namun di waktu-waktu tertentu pria itu akan sangat peka dan kadang melindunginya dari kegilaan fans. Kata orang, terbiasa bersama bisa menumbuhkan rasa cinta. Itulah yang Azela rasakan, setiap hari, dia selalu bersama Geza, mengikuti kemana pun pria itu pergi dan melayani semua kebutuhan pria itu, membuat rasa itu tumbuh di hatinya. Geza tyang kadang menyebalkan namun bisa begitu peka dan manis di situasi tertentu membuat rasa sialan itu tumbuh, semakin lama semakin dalam, hingga membuat Azela mencintai seorang Geza Arsyanendra Leonid Band.   ”Mas Tristan...” Azela mengerucutkan bibirnya sebal, melihat member Leonid Band lagi lagi menggodanya dan juga Geza.   Pintu yang terbuka membuat mereka yang masih berada di ruang tamu menoleh seketika, melihat Geza yang masih hanya mengenakan T-shirt putih dan jeans-nya membuat Azela diam-diam menatap pria itu dalam kekaguman entah untuk yang ke berapa kali. Namun, secepat mungkin wanita itu mengubah mimiknya dan kembali menatap sengit pada Geza.   Geza yang mengerti dan sudah terbiasa dengan kekesalan Azela hanya menggidikkan bahunya acuh, mendekati gadis itu dan tanpa kata langsung menarik Azela menuju dapur, menyusul beberapa member yang lain yang sedang menikmati sarapan mereka.   ”Ayo makan.” Dua kata yang begitu datar dari Geza membuat Azela mengerutkan keningnya bingung, cukup heran dengan tingkah pria itu pagi ini. Tidak ada protes seperti biasanya pagi ini. Biasanya pria itu akan berteriak dengan u*****n kesal karena baju yang dia pilihkan tidak sesuai dengan keinginannya, dan setiap pagi pasti akan selalu berakhir dengan perang mulut. Geza yang tidak suka dengan style yang dia pilihkan, Azela yang yakin jika yang dia pilihkan sesuai kebutuhan pria itu akan tampil di mana.   “Wow ... wow ... sepertinya aku tidak mendengar perang mulut pagi ini. Kau kenapa? Sariawan?” Ledek Dewa dengan tatapan penuh tanya namun juga terlihat menggoda keduanya, apalagi melihat Geza yang masih menggandeng Azela.   ” Ehm... sepertinya pagi ini tidak akan terjadi badai di sini.” Sindir Abian membuat Geza menatapnya tidak mengerti.   “ Sorry? What do you mean?” Geza menatapnya dengan tatapan kesal, membuat Abian dan Dewa saling melirik dan menggidikkan bahunya acuh, tidak ingin memperpanjang masalah dan menciptakan perang itu pagi ini. Sudah cukup mereka memiliki pagi indah yang langka seperti sekarang   “Bukan apa-apa, makanlah.” Kata Dewa.   “ Apa saja jadwalku hari ini?” Tanya Geza di sela-sela sarapannya, menatap penuh minat pada Azela yang juga tengah menikmati sarapannya.   ”Azela sedang makan, Za. Kau bisa menanyakannya setelah ini, nikmati saja sarapanmu dulu, kau bisa membuat Azela tidak berselara jika harus mengingat jadwalmu yang padat setiap harinya.” Dewa mengingatkan, membuat Geza akhirnya diam, membenarkan ucapan Dewa dalah hati, Azela yang sudah akan mengambil iPad-nya untuk membacakan semua schedule pria itu juga mengurungkan niatnya. Berterima kasih pada Dewa yang membuat paginya lebih tenang kali ini.    “Biarkan saja, Wa. Seharusnya hari ini dia bersyukur, karena aku tidak mengajukan protes dengan baju yang ia pilihkan.” Geza menatap Azela yang masih asyik menyantap nasi goreng buatan Ryan, menatapnya dengan tatapan permusuhan yang membuat Azela akhirnya melirik dengan tidak santai. Ternyata pria itu benar-benar tidak bisa melewatkan pagi tanpa beradu mulut dengannya.   ”Hey! Aku sedang berbicara denganmu Azela Zakeisha.” Kata Geza membuat Azela menghentikan makannya dan menatap sengit pada Geza.   ”Kau ini! Baiklah. Aku bacakan schedule-mu untuk hari ini. Kau ingin tau kan?” Azela menatap sebal Geza.   ”Tentu saja.” Balas Geza menatap Azela tak mau kalah.   ” Pagi ini kau ada syuting untuk variety show Bintang Idola, jam sebelas kau akan perform di INA Music dengan anggota Leonid, jam tiga sore kau akan tampil di M!Music untuk mempromosikan albummu, jam lima sore kau diminta menemui keluargamu, jam sepuluh malam kau diminta menjadi pengisi acara di radio Hi!Heart, jam dua belas malam....” Azela membacakan semua jadwal pria itu dalam satu tarikan napas, namun belum selesai dirinya membacakan semua jadwal pria itu, Geza langsung menghentikannya.   ” Stop.” Geza memotong ucapan Azela.   ” Kenapa? Bukankah kau bertanya jadwalmu hari ini?” Azela menatapnya sengit, sedangkan Geza sudah menyandarkan bahunya dengan wajah lelah membayangkan harinya begitu padat hari ini, bahkan dia memiliki jadwal hingga jam dua belas nanti malam.   ” Aku lelah hanya membayangkannya saja, ditambah suara menyebalkanmu yang membuatku sakit kepala.” Geza menatapnya malas dan memilih kembali melanjutkan sarapannya walau dia sudah tidak berselara.   “Cek! Itulah pekerjaanmu Tuan Geza Arsyanendra yang terhormat.” Azela mendecak kesal, memilih kembali melanjutkan sarapannya.   Memang, terkadang semua member memiliki jadwalnya masing-masing, sebagian ada yang sudah diminta untuk membintangi film atau serial tivi, sebagian menjadi guest star atau MC, mereka akan tampil bersama dan menjadi momen yang paling membahagiakan untuk fans mereka jika mereka merilis album baru.   Tidak lama Geza beranjak, menarik tangan Azela yang bahkan baru saja menyelesaikan makanannya dan baru ingin meminum air putih untuk menyelesaikan sarapannya. Pria itu memang kadang tidak berperasaan dan semuanya sendiri.   “Ayo berangkat. Aku tidak ingin menggunakan supir hari ini.” Geza langsung mengambil salah satu kunci mobil di atas nakas dan menarik tangan Azela, tersenyum tipis melihat Azela yang lagi-lagi menggerutu karena kelakuannya.   ”Kami pergi.” Teriak Azela berpamitan kepada semua member Leonid, dan melambaikan tangannya dengan senyum menahan kekesalan di wajahnya.   ”Baiklah, kita lihat bagaimana hubungan mereka berjalan, bukankah ini terlihat menarik?” Abian menatap penuh makna pada Dewa, Ryan dan Tristan, membuat mereka menunjukkan senyum yang sama dan tatapan yang sama, memiliki satu pemikiran yang sama.   ***   Tiga puluh menit kemudian keduanya tiba di tempat syuting, sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara. Memang, kadang di antara dirinya dan Geza begitu sunyi, tidak ada hal apapun yang ingin ia tanyakan karena dia sudah memahami semua sifat pria itu, enam bulan bekerja bersamanya membuat Azela memahami sendiri bagaimana Geza dengan segala kesibukannya. Dia juga tidak ingin menanyakan hal-hal di luar pekerjaan karena dia tau Geza akan menatap penuh intimidasi dan penuh tanya padanya. Jadi, keheningan di dalam mobil adalah hal yang biasa dia rasakan bersama Geza.   Mereka memiliki lima belas menit sebelum tampil di acara, seperti biasa, Azela akan menjadi stylish-nya. Memastikan pria itu tampil sempurna di depan kamera dengan mengerahkan seluruh kemampuannya secara maksimal.   ” Geza Arsyanendra! Berhentilah bermain game, aku sulit meriasmu. Lihatlah ke cermin.” Lagi-lagi pekerjaan Azela terkendala karena Geza yang sibuk bermain game saat Azela tengah me-make up dirinya. Azela menatapnya sengit, dirinya yang tengah merapikan tatapan rambut Geza menatap pria itu begitu lekat dengan tatapan kesalnya, berada sedekat itu dengan Geza di momen-momen seperti ini tentu saja membuat kerja jantungnya menggila dua kali lipat. Setiap hari, mungkin lima atau enam kali dia akan melakukannya, merias ciptaan Tuhan yang terlihat begitu sempurna rupanya, apalagi tatapan pria itu yang juga begitu lekat padanya, bukan tatapan penuh kekesalan, tapi tatapan yang Azela sendiri tidak bisa mendeskripsikannya.   “Berhenti menatapku dari jarak yang begitu dekat. Atau kau akan jatuh cinta padaku.” Bisik Geza di telinga Azela, begitu dekat dan terdengar begitu maskulin, membuat hati Azela semakin tidak karuan, namun gadis itu bisa dengan cepat menguasai keadaan. Dia langsung mendorong Geza dan kembali memberikan tatapan kesalnya.   ”Za! Diam atau aku akan menyuruh penata rias lain yang meriasmu hari ini.” Ancam Azela membuat Geza menghentikan aktivitas bermain game-nya, dengan wajah penuh kekesalan menatap gadis itu. Dia sangat anti dengan penata rias yang lain selain Azela, setiap di tanya oleh Azela, dia hanya akan mengatakan ’kau asistentku dan turuti semua perintahku’ yang membuat Azela kesal dan ingin memakan pria itu hidup-hidup.   Tapi dirinya bersyukur, karena dengan ancaman itu Geza akan berubah menjadi penurut dan mempermudah pekerjaannya.   ”Oke, lima menit lagi kau tampil, persiapkan dirimu.”Azela meneliti lagi penampilan Geza dari bawah sampai atas.   ” Tak perlu memandangiku terlalu lama Nona Azela, jika terus seperti itu, aku pastikan kau benar-benar akan jatuh cinta padaku.” Kata Geza dengan penuh kepercayaan dirinya.   ‘I did.’ Azela menggumam dalam hati.   ” Ck. Percaya diri sekali anda, Tuan Geza Arsyanendra.” Azela menghentakkan kakinya kesal dan pergi meninggalkan Geza yang kini hanya menyunggikan senyum penuh artinya. ***  Yang Azela lakukan selama menunggu Geza syuting adalah membalas semua email dengan penuh kebosanan. Hingga ponselnya bergetar karena sebuah panggilan masuk dari Dewa.   “Ya, Mas?”   “Di mana? Sudah selesai? Aku dan anak-anak lain sudah tiba di lokasi.”   Pertanyaan dari Dewa membuat Azela melirik arloji di tangan kirinya, tiga puluh menit lagi Geza akan perform bersama anggota lainnya di INA Music. Seharusnya Geza sudah selesai sekarang.   “Azela, mana minum untukku?” Teriakan yang disusul dengan pintu yang terbuka membuat Azela menatap kesal pada Geza.   “Ya, kami akan ke sana sekarang.”   Tepat setelah mengatakan itu, Azela mengakhiri panggilannya, mengambil sebotol air mineral dan melemparkannya pada Geza yang ditangkap dengan cekatan oleh pria itu.   “Kita harus ke studio INA Music sekarang. Ayo, waktumu hanya tiga puluh menit.” Azela terlihat begitu tergesa-gesa menarik Geza untuk mengikuti langkahnya, Geza yang melihatnya hanya bisa mendecak dan menggelengkan kepalanya, sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.   Dirinya bahkan tidak memiliki waktu untuk sekedar beristirahat dari satu acara ke acara yang lain, dia menatap dalam pada Azela yang masih menarik lengannya untuk mengikuti wanita itu ke parkiran, diam-diam menaruh rasa kagum pada Azela yang tidak pernah mengeluh menjadi asistennya dan selalu bisa diandalkan, wanita itu terlihat ringkih namun begitu kuat untuk menghadapi semuanya. Bahkan hampir dua belas jam hidupnya digunakan untuk bekerja dan mengurusnya. Seharusnya, mungkin saja Azela bisa mencari pekerjaan lain yang lebih manusiawi, yang tidak menyita waktu dan tenaganya, tapi entah kenapa wanita itu masih bertahan bersamanya, membuat Geza bertanya-tanya sekaligus bersyukur memiliki Azela yang selalu berhasil mengatur jadwalnya dengan baik dan membereskan semua skandal yang menerpanya.   Azela mengendarai mobil itu dengan kecepatan gila, satu lagi keahlian wanita itu yang membuat Geza selalu merasakan jantungnya berdetak luar biasa, dan bodohnya dia tidak pernah berhasil mengambil alih kemudi di saat terburu-buru seperti ini, Azela selalu lebih cepat dan memiliki caranya agar Geza cukup duduk manis di kursi penumpang dengan jantung yang berdetak luar biasa melihat Azela menyetir dengan menyalip kanan dan kiri.   Ponsel gadis itu yang kembali bergetar di atas dashboard mobil membuat Geza langsung mengambilnya saat melihat nama Dewa di layar ponselnya.   “Diamlah! Kita dalam perjalanan ke sana. Berhenti mengganggu.” Teriak Geza kesal, memang di setiap acar, hanya Dewa lah yang akan selalu menelpon Azela jika mereka belum tiba walau acara masih dua puluh menit lagi. Tepat setelahnya Geza langsung mematikan sambungan teleponnya.   Setelahnya keheningan kini justru menyapa keduanya, Azela yang fokus menyetir sedangkan Geza terlihat menatapnya begitu lekat, seolah memiliki sesuatu di kepalanya.   “Azela,” panggil Geza menatapnya lekat, membuat Azela menatapnya bingung dengan kening mengernyit.    “Kenapa? Jangan meminta yang aneh-aneh di saat genting seperti ini.” Azela yang sudah paham kebiasaan Geza mendengus kesal, pria itu kadang menginginkan sesuatu yang menyusahkan dan tidak mengerti situasi.   “Kenapa kau masih bertahan menjadi asistenku?” Tanya Geza penuh keseriusan, membuat Azela menatapnya sekilas kemudian tertawa keras.   “Untuk apa kau menanyakan hal seperti itu? Tentu saja karena aku membutuhkan uang untuk hidup, memangnya apa lagi? Kau kira apa yang bisa membuatku bertahan selain uang?” Azela menjawabnya frontal, masih dengan tawa yang membuat wajahnya terlihat lebih cantik.   Geza yang mendengar itu langsung mendengus, dia pikir akan mendapatkan jawaban yang spesial dari gadis itu, ternyata alasannya karena uang, itu benar-benar melukai harga dirinya. Azela yang memahami perubahan raut wajah Geza justru kembali tertawa dan mencibir.   “Memang jawaban apa yang kau harapkan Tuan Geza Arsyanendra? Kau ingin aku menjawab, tentu saja karena aku memiliki perasaan khusus padamu, jadi semenyebalkan apapun dirimu dan seberat apapun pekerjaan ini, aku akan selalu ada di sampingmu.” Azela mengatakannya dengan raut wajah yang dibuat-buat, membuat Geza semakin kesal dibuatnya. “Semua itu hanya ada di dalam mimpimu, Tuan.” Azela melanjutkan dan tertawa puas, membuat Geza mendecak kesal dengan raut wajah kesal yang tidak lagi disembunyikan.   “Ah, begitu rupanya? Baiklah, bukan hal yang sulit untuk aku memecatmu.” Geza kini menunjukkan seringainya, ingin menggertak Azela yang kini justru menatapnya dengan alis saling bertaut.   “Tapi menjadi hal yang sulit untuk mencari penggantiku, bukankah begitu Tuan Geza Arsyanendra?” Azela tersenyum penuh kemenangan, dia selalu menyukai perdebatannya dengan Geza apalagi memenangkan perdebatan itu. Sedangkan Geza langsung mati kutu, sialnya apa yang dikatakan oleh Azela memang benar adanya.   “Kau!!” Geza menunjuk Azela dengan raut kesalnya, sedang Azela semakin tertawa bahagia.   “Perlu kuingatkan lagi? Berapa banyak orang yang memilih mundur menjadi asistenmu dalam waktu kurang dari satu bulan. Ada, Vinca yang hanya bertahan satu minggu dan mengatakan jika dia menghadapi monster setiap hari, ada Calista yang bertahan hanya tiga hari dan merasa itu adalah pekerjaan gila, ada Zane yang ....”   “Stop! Tutup mulutmu dan fokuslah menyetir.” Geza menatapnya tajam, memotong pembicaraan Azela yang masih tertawa begitu puas melihat wajah kesal Geza.   Diam-diam tertawa miris dalam hati, andai pria itu tau, satu-satunya alasan dia bertahan bukan hanya karena uang, tapi karena pria itu sendiri, yang telah mengacaukan dunianya dan hari-harinya.   *** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD