Wirda telah siap dan ia menatap pintu ruangan Janu yang juga belum terbuka. Septi rekan kerjanya mendekatinya dan ia menatap Wirda yang terlihat kesal dengan tatapan menyelidik. "Kenapa dipecat?" Tanya Septi. "Nggak," ucap Wirda. "Terus kenapa sejak keluar dari ruangan bos besar kamu jadi kesal kayak gini?" Tanya Septi penasaran. "Ini bosnya agak sableng, masa aku diminta ikut pergi ke perusahaan lainnya kayak asisten saja," ucap Wirda pelan. "Wah beruntung banget kamu Wirda, aku sih mau banget ikut Pak Bos kemana-mana. Mana ganteng banget nggak sih, Pak bos kita itu cool, smart dan berkarakter banget. Tipe idaman pokoknya, nikmati saja siapa tahu bisa jadi Bapaknya Damar," bisik Septi. 'Astaga dia memang bapaknya Damar, dia nggak sebaik itu, dia mengerikan,' Batin Wirda "Beruntung d