Berawal
Wirda Wiyasa telah mengalami masa sulitnya lima tahun yang lalu dan baginya saat ini yang terpenting dalam hidupnya adalah putra semata wayangnya Damar. Wirda melihat putranya itu sedang bermain di kediaman Aruna Wiyasa kakak perempuannya. Ia menghela napasnya karena saat ini ia mengingat masalalu kelam itu dan setiap mengingatnya ia akan menangis terseduh-seduh.
"Damar sudah besar nak, kamu sangat mirip dengan dia," ucap Wirda.
"Pertemukan dia dengan Janu Dek, walau bagaimanapun Janu adalah Papanya," ucap Aruna yang sedang berada disampingnya dan Wirda memilih diam tidak menjawab ucapan Aruna.
Wirda ingat pertama kali ia datang ke Rumah mewah yang sangat megah dan saat itu untuk pertama kalinya ia bertemu secara langsung dengan orang yang telah mengancamnya dan juga mengacam keluarganya. Orang ini sangatlah berbahaya karena berniat membalas dendam atas apa yang terjadi kepada adiknya. Tadinya Wirda tak ingin bertemu dengan orang yang mengancamnya ini, namun ketika orang itu menyebut nama Malik dan mengatakan akan menyakiti Aruna Kakak perempuanya yang telah bayak menderita membuat Wirda akhirnya memutuskan untuk menemui orang itu.
Sebenaranya kedatangan Wirda ke rumah ini berniat untuk meluruskan masalah karena ia yakin Kakak sulungnya Kelvin Sanjaya tidak bersalah, namun ternyata apa yang ia lakukan hari ini menjadi bumerang untuknya.
"Selamat datang, apa anda Wirda Wiyasa?" Tanya seorang maid laki-laki yang terlihat sangat rapi dengan memakai jas rapi layaknya pelayan profesional.
"Iya," ucap Wirda dan ia terlihat sangat gugup saat ini.
"Silahkan ikuti saya Nona!" Ucapnya.
Wirda melangkahkan kakinya dengan pelan masuk kedalam rumah megah itu, sebenarnya ia merasa takut, namun ia harus berani dan siap menghadapi apapun saat ini. Rumah ini terlihat sangat besar dan mewah namun tak terlihat kehangatan. Semakin masuk kedalam rumah Wirda merasakan merinding apalagi saat ia masuk kedalam ruang kerja dengan pintu yang besar dan tinggi, ia merasa pemilik rumah ini pasti orang yang sangat berkuasa. Wirda melangkahkan kakinya mendekati seseorang yang sedang duduk santai di kursi kebesarannya, namun orang itu saat ini ia terlihat memandangi jendela yang ada di ruangan ini.
"Wirda Wiyasa sudah sampai Tuan," ucap maid itu.
Orang itu memutar kursinya menghadap Wirda dan ia ternyata seorang laki-laki gagah dan tampan. Tatapan tajam laki-laki itu membuat Wirda ketakutan. Meskipun sangat tampan namun aura kemarahannya terlihat jelas, diwajahnya.
Wirda menelan ludahnya dan ia merasa terintimidasi hanya dengan tatapan itu. "Saya Januarta Sanjaya, sepupu Malik dan juga kakak kandung Jiran Sanjaya. Kamu mengenal dua nama itu?" Tanya Janu.
"Saya hanya mengenal Malik yang telah menyakiti Mbak Wirda kakak saya," ucap Wirda.
"Malik adik sepupu saya yang baru saja keluar dari penjara karena perempuan bernama Aruna Wiyasa," ucap Janu. "Saya tak habis pikir kenapa kedua bocah itu harus jatuh cinta kepada anak Indra Wiyasa," ucap Januarta Sanjaya. Indra Wiyasa ayah kandung Wirda memang orang yang selalu membuat masalah di keluarganya dan saat itu Wirda berpikir kemungkinan besar Papinya juga terlibat masalah dengan laki-laki ini.
"Sepertinya Indra memang membesarkan anak-anaknya menjadi iblis mengerikan sepertinya kamu juga termasuk golongan iblis karena keturunan Wiyasa. Saya bisa saja meminta orang-orang saya membunuh Indra Wiyasa dan Kelvin Wiyasa tapi sepertinya itu kurang menarik. Bagaimana kalau mulai hari kamu tinggal disini menjadi tawananku, setidaknya kamu harus membuat Kelvin Wiyasa gila karena kehilangan adiknya seperti saya yang harus meratapi kuburan adik saya karena perbuatan Kelvin Wiyasa," ucap Januarta Sanjaya.
"Apa maksud anda? Saya tidak mengerti. Apa kesalahan Mas Kelvin?" Tanya Wirda saat itu. Ia mengira jika kemarahan laki-laki yang ada dihadapanya berkaitan dengan Malik namun ternyata bukan hanya Malik tapi juga Kakak sulungnya Kelvin Wiyasa.
"Apa yang telah Mas Kelvin lakukan pada adik anda?" Tanya Wirda.
"Memperkosanya," ucap Janu.
"Itu tidak mungkin," ucap Wirda. Ia sangat mengenal Kelvin, Kelvin tidak akan melakukan hal itu dan Kelvin sangat menghormati wanita. "Mas Kelvin tidak mungkin melakukan itu, ini pasti hanya kesalahpahaman!" Ucap Wirda.
Januarta Sanjaya murka, ia mengeraskan rahangnya dan ia mendekati Wirda lalu mencengkram pipi Wirda. "Adikku gila berteriak memanggil Kelvin dan menjerit meminta Kelvin agar tidak mengabaikannya, tapi Kelvin sepertinya telah sangat menyakitinya hingga Jiran memilih bunuh diri," jelas Janu.
Janu berdiri dan ia mendekati Wirda membuat Wirda waspada. Janu memegang kedua pipi Wirda hingga Wirda merasakan kesakitan karena cengkeraman tangan Janu sangat kencang. "Kau harus menjadi gila dan jangan harap kau bisa dengan mudah lepas dari saya. Kau akan menggantikan Aruna Kakakmu sebagai tumbal karean kalian adiknya Kelvin si pemerkosa itu dan saya akan menjadi orang yang akan memangsamu. Untung saja Kelvin masih punya adik yang bodoh yang hanya memiliki paras cantik seperti kamu, ini adalah sebuah keberuntungan bagi saya. Aruna ternyata berbeda ibu dengan Kelvin dan itu mungkin kurang menyakitkan bagi Kelvin jika Aruna yang diperkosa hingga gila, tapi kamu berbeda. Kamu adalah adik kandungnya Kelvin dan kehilangan kamu pasti akan sangat menyakitkan. Kelvin harus merasakan apa yang saya rasakan, kalau perlu kamu bunuh diri setelah gila, itu lebih bagus lagi," ucap Januarta Sanjaya dan bagi Wirda dia benar-benar telah masuk perangkap seorang iblis bernama Januarta Sanjaya.
"Lepaskan!" Teriak Wirda dan ia berusaha melepaskan tangan Janu yang mencengkraman pipinya. Janu menarik tangan Wirda dan ia mendorong Wirda hingga Wirda terjatuh.
"Kau hanya bilang ingin bertemu denganku membicarakan tentang Mbak Aruna atau perjanjian agar Malik tidak mengganggu Mbak Aruna lagi," ucap Wirda.
"Jangan pura-pura bodoh, harusnya kau bisa menebak jika yang kau hadapi bukanlah hal yang bisa diselesaikan oleh bocah bau kencur yang sok dewasa sepertimu," ucap Janu. Ia melipat kedua tangannya menatap Wirda dengan tatapan dingin. "Mata dibalas dengan mata, nyawa dibalas nyawa," ucap Janu. "Saya bisa saja langsung membunuh Kelvin jika saya mau, tapi membunuhnya membuatnya tidak mengalami penderitaan yang saya alami," ucap Janu.
"Mas Kelvin tidak bersalah saya yakin, biarkan saya bertanya langsung dengan Mas Kelvin tentang Jiran!" Pinta Wirda. "Saya pulang sekarang untuk menemuinya!" ucap Wirda yang sangat yakin jika Kelvin tidak bersalah.
"Mau pulang?" Tanya Janu, ia terlihat sangat mengerikan dengan menatap Wirda dengan tatapan penuh amarah dan seolah ingin melahapnya sekarang juga.
"Saya akan mencari tahu dan menyelesaikan semuanya, kalau Mas Kelvin bersalah saya pasti akan mengajak Mas Kelvin meminta maaf kepada anda!" Pinta Wirda.
"Tidak, kamu pikir dengan bertemu saya dan meminta maaf, semuanya akan selesai? Apa adik saya bisa hidup kembali?" Sinis Janu.
Wirda segera berdiri dan dengan cepat ia keluar dari ruangan ini, namun ternyata saat ia keluar tiga orang Bodyguard telah menunggunya. "Bawa dia pergi dan bawa dia Vila di Desa!" Ucap Janu.
"Lepaskan aku, bersengsek, b******n gila!" Teriak Wirda.
"Mulai sekarang dia akan menjadi tawanan kita! Jangan ada yang berani menyetuhnya, dia milikku!" Ucap Janu.
"Anjinggg kau pikir kau siapa? Lepasin aku, bersikaplah jantan, bukan begini caranya untuk menyelesaikan masalah!" teriak Wirda.
"Ternyata mulutmu kotor sama seperti perbuatan Kakakmu yang kotor," ucap Janu mengeraskan rahangnya. Baru kali ini ada perempuan yang berani memakinya bahkan berteriak padanya. "Bawa dia pergi, dia tidak pantas berada di Rumah ini!" Ucap Janu.
"Lepaskan aku, b******n b******k, dasar gila..." teriak Wirda dan ia berusaha memberontak namun tiba-tiba salah satu dari Bodyguard memukul punggungnya hingga ia pingsan.
Wirda mengingat semua masalalu yang membuatnya selalu saja menangis jika mengingat kata-kata kasar bahkan prilaku Janu padanya. Ya memutuskan untuk balas dendam dengan mengandung putra dari penjahat seperti Janu bukanlah keputusan yang tepat. Ya kehadiran Damar dalam hidupnya lagi-lagi membuat hidupnya tidak tenang. Lima tahun telah berlalu, putranya selalu bertanya dimana Papanya karena teman sebaya memiliki Papa dan hanya dirinya yang tidak pernah bertemu dengan sang Papa.
"Damar tidak perlu Papanya dan dia hanya memerlukan aku Mamanya," itu yang selalu Wirda tekankan saat ia menatap putra semata wayangnya yang sangat mirip dengan seorang Januarta Sanjaya.
Aruna tidak bisa berbuat apapun, ia berharap Wirda akan bertahan melawan keinginan Janu karena setelah lima tahun ini Janu tidak terikat perjanjian bersama suaminya dan Kelvin Kakak sulungnya. Apa yang terjadi dimasalalu hanyalah kesalahan pahaman Januarta yang menuduh Kelvin kakak sulung mereka memperkosa Jiran. adik kandung Janu. Janu menyesali perbuatannya kepada Wirda dan ia berusaha menebusnya dengan menandatangi perjanjian selama lima tahun ini.
'Lima tahun sudah berlalu Dek, dia akan muncul kembali dan kamu yang harus menghadapinya,' Batin Aruna.