Dipagi yang cerah, Rhea sedang berjalan sendirian menuju kelas. Ketidakhadiran Oris membuat hari Rhea berasa ada yang kurang. Gadis itu menaruh tasnya di atas meja lalu memasang headphone kesayangannya tanpa menyalakan musik apapun, Rhea melakukannya hanya untuk menghindar dari pertanyaan orang-orang mengenai keberadaan Oris.
Kelas cukup sangat ribut pagi itu, semua siswa dan siswi saling bercanda dan berbincang. Rhea yang cukup jengah dengan situasi kelas yang seperti itu tanpa Oris kemudian memilih bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari kelas.
"Rhe, lo mau kemana?" tanya Theo saat berpapasan di depan UKS.
"Dia lagi pake headphone, mana bisa denger suara lo," timpal Ranjiel.
Rhea menatap Ranjiel dengan tatapan tajam. "Gue denger," sahut Rhea seraya menarik kabel headphone yang tidak disambungkan pada ponselnya.
"ide lo bener-bener luar biasa, Rhea." Puji Ranjiel,
"Dimana Oris? Biasanya lo berdua kaya di lem super, nempel gak bisa lepas. Kenapa sekarang lo sendiri?" tanya Ovi.
"Latihan bareng sekolah lain," jawab Rhea ketus seraya melanjutkan langkahnya meninggalkan anak-anak GAS.
"kenapa si Rhea?" tanya Ovi.
"Lubang kehilangan batang, wajar ajalah," jawab Ranjiel asal.
***
Rhea tiba di gedung olah raga yang letaknya tepat di utara gedung utama. Gadis itu membuka pintu kolam renang. Sepi, ini yang Rhea inginkan saat ini, walaupun Rhea sedikit ngeri melihat kolam renang yang terlihat tenang dan cukup dalam bagi dirinya. Tetapi, ketika moodnya sedang hancur karena Oris, ini adalah tempat paling favorit untuk Rhea menyendiri.
Rhea membaringkan dirinya diatas kursi santai di sisi kolam renang sambil menyambungkan kabel earphone pada ponselnya dan memutar playlist musik. Rhea memejamkan matanya, menikmati keheningan disana dan alunan musik jazz ditelinganya dengan volume rendah.
Trekk...
Terdengar suara pintu terbuka. Rhea membuka matanya lalu menoleh ke arah asal suara. Gadis itu menghela napas kesal saat melihat wajah Tuti yang masuk ke area kolam.
Tuti Maryati, satu-satunya kakak kelas yang paling menyebalkan. Orang yang paling di benci anak-anak GAS sejak SMP. Tuti sudah di anggap bagai virus oleh mereka. Gadis yang memiliki berbagai cara untuk merebut pasangan orang lain yang ingin dimilikinya. Tapi sayangnya, godaan Tuti tak pernah mempan pada Oris dan membuat Tuti wanita bermuka dua itu selalu berusaha mengusik Rhea yang selalu ada disisi Oris.
Tuti berjalan menghampiri Rhea dengan senyum jahat tercetak diwajahnya. Sedangkan Rhea sendiri seketika berdiri dari posisinya hendak keluar dari sana.
"Mu kemana lo Rhe? Terusin aja istirahatnya, gue gak akan ganggu ko," Tanya Tuti dengan wajah yang dibuat-buat friendly.
Rhea yang sudah sangat tau busuknya Tuti tak menjawab dan hanya berlalu pergi melewati Tuti.
"Lo gak ada apa-apanya Rhe tanpa Oris dan anak-anak GAS disisi lo," ujar Tuti dengan nada sinis.
Seketika Rhea menghentikan langkahnya lalu melepas headphone yang sedari tadi terpasang di telinganya.
"Gue lagi males ribut sama lo. Lebih baik tutup mulut lo, dan lakukan apa yang mau lo lakuin disini," tekan Rhea tana menoleh sedikitpun pada Tuti.
Tuti mendengus sebal, lalu berjalan menghampiri Rhea. "Lo merasa diri lo hebat karena selalu di lindungin Oris dan anak-anak GAS lainnya? Lo tuh gak ada apa-apanya di banding gue, Rhea."
Seketika mood Rhea yang buruk semakin memburuk dan amarahnya kini memuncak. Gadis itu berbalik dan saling berhadapan dengan Tita.
"Apa lo bilang?" tanya Rhea ingin mendengar kembali pernyataan Tita barusan.
"LO - GAK - ADA - APA-APANYA - DIBANDING - GUE," ulang Tuti dengan penuh penekanan dengan jari telunjuknya mendorong-dorongkan d**a Rhea.
Rhea tersenyum sinis, dan dengan cepat mengambil jari Tuti di dadanya lalu memelintir hingga berputar kebawah. Seketika Tuti menjerit lalu mendorong Rhea dengan sekuat tenaga ke arah kolam renang. Rhea yang hendak menyeimbangkan kakinya malah tersandung pada jeruji pembuangan dan akhirnya tercebur kedalam air.
Tuti yang tak mau disalahkan berlari pergi keluar dari area kolam renang tanpa menolong Rhea yang sedang berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Rhea berusaha mencapai lantai kolam renang, tetapi sayangnya Rhea tercebur tepat di batas kolam yang tingginya mencapai dua meter hingga kakinya tak dapat menyentuh lantai kolam.
Berulang kali kepala Rhea keluar dan masuk kedalam kolam hingga akhirnya gadis itu tak terlihat lagi dipermukaan.
***
Ranjiel menaruh tas pakaiannya ke dalam loker lalu meraih kacamata renang yang biasa dia gunakan saat berenang. Pria itu membuka pintu area kolam renang dan berjalan masuk menuju kursi santai untuk menaruh handuk putihnya. Matanya memincing saat melihat benda yang tak terasa asing tergeletak dilantai. Ranjiel mendekat dan memungut benda tersebut.
"Rhea?" gumam Ranjiel saat melihat nama Rhea terukir pada headphone di tangannya.
Pria itu celingukan mencari keberadaan Rhea. Ranjiel menaruh kembali headphone tersebut di atas handuknya lalu bersiap untuk menceburkan diri ke kolam.
Namun, Ranjiel terpaku pada sesuatu berwarna hitam yang tenggelam di dasar kolam. Tiba-tiba matanya membelalak ketika dia mengingat saat pertemuan singkatnya dengan Rhea yang mengatakan akan ke kolam renang.
Seketika itu juga Ranjiel menceburkan diri dan berenang ke dasar kolam untuk memastikan pemikirannya. Dan ternyata benar, Rhea sudah tenggelam dan berada didasar kolam renang.
Ranjiel segera meraih Rhea, menarik dan membawanya ke permukaan air. Pria itu menaikkan Rhea ke lantai lalu menidurkannya disana. Ranjiel menyusul keluar dari kolam, bergegas mengecek denyut nadi Rhea pada leher gadis itu.
"Aish ... mana ni denyut nadi, oii bocah, nape lu!" seru Ranjiel ditengah kepanikannya.
Tanpa berpikir panjang, Ranjiel melakukan CPR d**a pada Rhea berkali-kali, tetapi tak ada reaksi sama sekali.
Ranjiel menatap bibir Rhea. "Ris, ampun deh gua cicip juga ni bibir," gumamnya seraya mendongakkan kepala Rhea keatas lalu meniupkan udara pada mulut Rhea yang di lanjut dengan memompa d**a Rhea kembali.
"Napas dong bocah, napas!."
Ranjiel melakukannya beberapa kali hingga akhirnya Rhea terbatuk, mengeluarkan air yang cukup banyak melalui mulutnya dan mulai bernapas kembali.
Ranjiel mendudukkan dirinya dan menarik napas lega saat melihat Rhea sudah kembali sadar.
"Nape dah pakek acara pen bundir, bocah emang!" gerutu Ranjiel, Pria itu segera mengangkat tubuh Rhea dan membawanya ke ruang uks khusus di gedung olahraga.
Disana sudah ada seorang Dokter jaga yang selalu standby menunggu ruang UKS. Dokter itu mengerutkan keningnya saat melihat Ranjiel masuk menggendong Rhea yang basah kuyup, sedangkan dokter itu tau jika kekasih Ranjiel adalah Lia.
“Kamu rebut cewek sahabatmu sendiri?” tanya Dokter Radit.
Ranjiel merebahkan Rhea di atas brankar. “Kek nggak ada cewek laen,” ketus Ranjiel.
Dokter Radit tertawa ringan mendengar jawaban Ranjiel dan mulai memeriksa keadaan Rhea.
“Dia tenggelam?” tanyanya.
Ranjiel mengangguk. “Berapa lama?” tanya Dokter Radit lagi.
Ranjiel menggeleng. “Nggak tau.”
Dokter Radit kembali tertawa mendengar ocehan Ranjiel. “Baiklah, biarkan dia istirahat disini, saya akan memasang infus dan memberikannya obat. Kamu bisa kembali latihan,” sahut Dokter Radit.
“Nggak usah di perkosa ni anak, inget tu jomlo karatan,” ujarnya sambil mulai melangkahkan kakinya.
“Husss... pikiran kamu terlalu jauh Ranjiel,” sahut Dokter Radit.
“Ya udin, minggat saya, Pak.” Pekik Ranjiel seraya menutup pintu UKS.
Ranjiel bergegas menuju loker dan mengambil ponsel didalam tasnya. Pria itu mencoba menghubungi Oris, tetapi tak ada jawaban apapun dari sana.
Ranjiel lalu membuka Grup anak-anak GAS, dan mengirimkan pesan.
Anda. : Yang ngerasa lakinya Rhea, ke UKS. Sebelum perawan Rhea di gondol maling :V
Setelah selesai mengirimkan pesannya, Ranjiel kembali menaruh ponselnya dan bergegas keluar dari loker untuk memulai latihannya.
"Gue mesti dapet hadiah nih dari Oris," gerutunya.
***