Cinta Sepihak

1214 Words
- FLASHBACK - Alaska tidak bisa melepaskan tatapan matanya dari Dior yang sedang berduka saat ini. Dia takut terjadi sesuatu pada gadis itu karena duka yang tengah dialaminya setelah kematian Ibunya dua hari yang lalu. Sekarang, Dior sedang berdiri di depan Danau buatan yang ada di Area Kediaman Rumahnya. Entah apa yang akan Dior lakukan di sana, tapi Alaska sangat mengkhawatirkannya. Alaska takut kalau Dior akan melompat ke dalam Danau yang cukup dalam itu. Maka dari itu, Alaska mengabaikan semua panggilan telpon yang masuk ke nomer ponselnya sejak tadi. Akan tetapi, ketika yang menghubunginya Aston, maka dia tidak bisa menolaknya. Dia pun segera mengangkat telpon dari Bosnya itu. “Baik, Tuan. Saya akan segera pergi ke sana sekarang juga.” Ucap Alaska, kemudian menutup panggilan telpon tersebut setelah menerima perintah dari Aston. Meski dia ragu sekali untuk meninggalkan Dior tetapi akhirnya dia berpikir, “Dia pasti akan baik-baik saja.” Lalu, Alaska segera pergi dari tempat itu untuk menemui Aston. Namun sayangnya, baru lima menit Alaska tiba di hadapan Aston, dia sudah harus menerima kabar kalau Dior baru saja menceburkan dirinya ke dalam danau. Gadis itu memang berniat ingin bunuh diri sesuai dengan dugaan Alaska. - FLASHBACK END - Sejak kejadian itu, Alaska tidak lagi mau melepaskan perhatiannya dari Dior. Bahkan, ketika Dior sedang berada di Amerika, secara diam-diam dia terus memantau Dior. Sambil menoleh perlahan ke arah Alaska, Dior yang sangat syok berkata, “Apa yang baru saja kamu lakukan padaku?” Dengan jelas Alaska menjawab, “Mencoba merayumu, agar kamu bersedia untuk jatuh cinta padaku.” Dior semakin syok saja setelah mendengar jawaban Alaska. Senyuman sarkas perlahan muncul di bibirnya hingga akhirnya senyuman itu meluas dan Dior tanpa ragu mengatakan, “Sampai akhir pernikahan kita, aku tidak akan bersedia untuk jatuh cinta padamu.” “Dan, kamu lebih bersedia jatuh cinta pada pria seperti Sandy?” “Iya. Sekalipun dia adalah pria yang sangat b******k sekali.” “Kenapa bukan aku yang ingin kamu cintai? Kenapa harus dia?” “Karena dia adalah kartu AS-ku.” “Apa!?” Alaska memekik. “Terus mencoba untuk menaklukan aku dan memanfaatkan aku, aku tidak akan marah padamu. Karena aku pun juga memanfaatkan kamu.” Ucap Dior dengan jelas. “Akan tetapi, alur cerita akan berbeda kalau kamu bisa membuat dua wanita itu bertekuk lutut di hadapanku dan memohon ampun padaku. Maka, aku akan mempertimbangkan keinginanmu itu.” Dior menatap Alaska cukup lama. Netra keduanya saling menyatu dalam perasaan yang berantakan. Kemudian, Dior membangkitkan tubuhnya dari sofa tanpa mengatakan apapun lagi. Dia berjalan menuju ranjang lalu menidurkan tubuhnya di sana. Hanya tatapan sendu yang bisa Alaska sampaikan secara tersembunyi untuk Dior, kalau dia sangat mengasihani Dior. ** Callia menekuk dalam wajahnya lantaran dia sangat kesal pada persiapan pernikahannya yang tidak memuaskannya. “Aku ingin mengulang semua persiapannya. WO yang menggantikan Dior sama sekali tidak berkompeten. Bisa-bisa aku malu pada semua tamu undangan kalau acara pernikahan kita sampai tidak terasa mewahnya.” “Apa kamu tidak ingin mencontoh pernikahan Dior yang sederhana sekali? Bahkan, gaun pengantinnya saja hanyalah gaun pengantin sewaan saja.” “Apa kamu sedang menyamakan aku dengan Dior?” “Tentu tidak.” Sandy tertawa sarkas. “Kamu sangat jauh berbeda dengan Dior.” “Apa perbedaan di antara kami menurut kamu?” “Jangan memintaku untuk menjawab perbedaan itu kalau kamu tidak ingin pernikahan kita batal.” Ucap Sandy, yang kemudian beranjak dari kursi untuk pergi dari hadapan Callia. Tapi, sikap dan cara bicara Sandy membuat Callia geram. Dia langsung menarik kasar tangan Sandy dan mengatakan, “Sepertinya kamu mulai tertarik pada Dior.” Mendengar kecurigaan Callia yang sangat tepat membuat senyuman kecut melukis di wajah Sandy seraya menoleh kembali ke arah Callia. “Apa kamu merasa demikian?” “Iya.” “Kenapa?” “Dior cantik dan dia selalu merebut segalanya dariku.” “Kalau kamu merasa seperti itu, maka jangan mau kalah darinya.” “Maksud kamu?” “Buat diri kamu bisa mengalahkan Dior, dengan cara kamu sendiri.” Ucap Sandy. Lalu, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Callia dia akhir kalimatnya itu. “Itu pun kalau kamu mampu melakukannya. Tapi jika tidak, itu artinya— Dior tidak terkalahkan.” Lanjutnya, membubuhi seringai di sepanjang kalimatnya. Callia langsung mengepal kuat tangannya. Dia mulai merasa kalau Sandy memang tertarik pada Dior dan Dior akan merusak kembali apa yang ingin dicapainya sekarang, yakni menikahi Sandy. Sandy pun pergi dari hadapan Callia tanpa menunjukkan rasa iba sedikit pun. Dalam benaknya pun berkata, “Aku tahu tujuanmu ingin menikahi aku. Itu karena kamu telah mengetahuinya, kalau aku adalah pewaris tunggal dari seluruh kekayaan kedua orang tuaku. Tapi, aku tidak akan tinggal diam kalau kamu sampai berani mengusik kehidupanku yang sebenarnya. Hanya Dior saja yang boleh memperdaya aku, begitu pun aku.” Sandy sendiri memiliki rencana yang mulai matang untuk mendapatkan Dior seutuhnya. Dia sadar betul kalau Dior bukanlah wanita bodoh yang dengan mudah ditarik ke dalam kehidupannya. Maka dari itu, Sandy tidak akan segan untuk melakukan kekerasan demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Setelah Sandy tidak lagi bersamanya, Callia segera menghubungi Alaska. Dia meminta Alaska untuk menemuinya di tempat biasa dan Alaska menyetujuinya. Mereka bertemu dan mulai membicarakan rencana mereka. Rencana yang sebenarnya tidak disukai oleh Alaska. “Aku perhatikan, kamu mulai pakai perasaan pada pernikahan kamu dengan Dior. Apa jangan-jangan kamu benar-benar jatuh cinta padanya selama ini?” “Kalau memang itu yang terjadi, bukankah lebih bagus? Dengan begitu, aku akan mudah melakoni peranku seperti apa yang kamu inginkan.” “Memang benar yang kamu katakan. Tapi biasanya, kalau orang yang memiliki hati hanya sepihak saja dia akan lebih mengalah demi kebahagiaan orang yang dia cintai. Aku rasa, hal itu berlaku untukmu juga.” Memang itulah kenyataannya. Hal yang paling ingin Alaska lakukan untuk Dior demi kebahagiaan wanita itu. “Kamu tidak perlu mengetahui soal hal itu. Yang cukup kamu tahu adalah tugasku bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang kamu dan Lyra inginkan. Lagipula, ini baru hari ke sepuluh pernikahanku jadi masih banyak waktu yang bisa kau tanggalkan untuk memegang janjiku kalau aku akan melakukan tugasku dengan baik.” “Baiklah kalau memang kamu bisa menjanjikan hal itu, aku akan melihat perkembangan tugasmu dalam waktu satu bulan ke depan. Kalau tidak ada perubahan sama sekali, maka aku akan ikut bertindak.” “Lakukanlah sesuka hatimu.” Alaska tidak takut dengan gretakan itu sama sekali. “Tentu saja aku akan melakukan sesuka hatiku. Lagipula, kamu ini hanyalah kacung dan tidak lebih dari itu meski sekarang statusmu sudah menjadi menantu Aston Van, tetapi kenyataan kalau kamu mantan anak napi tetap tidak akan berubah. Sekali miski tetaplah akan miskin.” “Jahat sekali mulutmu.” “Begitulah aku.” Sahut Callia dengan senyuman sarkas seraya bersedekap dan menampilkan raut wajah puas atas perkataannya tersebut. “Aku pastikan, aku tidak akan mau bicara dengan kamu lagi kalau yang kamu bicarakan keluar dari topik obrolan seperti ini.” “Sandy.” Ucap Callia, cepat. “Jangan sampai pernikahanku dengan Sandy batal, karena kalau itu sampai terjadi maka orang yang paling akan aku salahkan adalah dirimu.” “Sandy memang memiliki selera yang luar biasa.” “Apa maksud kamu?” “Pikirkan sendiri.” Ucap Alaska, seraya beranjak dari kursi sambil menunjuk kepalanya dengan jari telunjuknya, lalu dia pergi meninggalkan Callia dengan perasaan kesal. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD