Ilyas langsung menarik napas. Mendengar bahwa sang putri akan terbiasa, terasa seperti Ilyas menghadapi kanker stadium akhir. Ingin bertahan, namun juga dipojokkan pada keputusasaan. "Tidak bisakah aku mendekati Manda saat dia tidur?" Amira yang mendengarnya, langsung melotot dari kamarnya. "Jangan macam-macam! Aku susah payah menidurkan Manda, nanti kamu membangunkannya." Ilyas kembali menarik napas. "Aku ayahlah loh, tapi serasa seperti penculik bayi." "Yang sabar, Mas." *** Pada hari senin, sesuai jadwal yang telah diberi tahukan. Amira sekarang berada di poli KIA atau kesehatan ibu dan anak untuk imunisasi Amanda. "Amanda Khalisa Pratama." Begitu nama putrinya disebut, Amira memasuki ruangan dan tersenyum pada dokter yang berada di depannya. "Datang sendirian, Bu Amira?" Amir