Si Posesif

1126 Words
Hari hari berlalu seperti biasanya. Malam itu Dru dan Edna baru saja pulang dari rumah Mama Rita setelah diajak makan malam bersama. Sesampainya dirumah tiba tiba saja Edna langsung menyalakan treadmill miliki Dru dan mulai berolahraga. Melihat Edna yang biasanya malas bergerak apalagi olahraga membuat Dru heran. "Ngapain sih Ed? Udah hampir tengah malam malah olahraga?" tanya Dru sembari mengeluarkan sate ayam dari dalam plastik dan menyajikannya diatas piring. "Olahraga dong mas, tadi semua orang bilang aku gemukan, malah mama Rita pikir aku hamil. Bahaya ini!" guman Edna cemas dan mulai meraba bagian d**a, perut dan pantatnya. "Kamu tuh gak gemuk Ed, hanya lebih berisi dari sebelum menikah dan itu bukan berarti kamu gemuk menuju gendut." ucap Dru yang asik menjilati saus kacang yang menempel di jarinya lalu menghampiri Edna untuk membujuknya agar berhenti berjalan diatas treadmill dan makan bersama. "Buatku, kamu tambah cantik kalau berisi begini. Sexy, sensual, seperti wanita seutuhnya. Aku suka kamu yang seperti ini." ucap Dru lagi lalu mematikan treadmill dan mulai merayu Edna. "Halah, bohong! Laki laki itu kalau belum dapat apa yg dia inginkan, rayuannya maut. Coba lihat nanti kalau aku lebih gemuk lagi, pasti matanya gak berbinar-binar kaya sekarang. Dimana mana pria itu suka perempuan yg estetikanya bagus!" omel Edna sambil terengah engah padahal baru sebentar berjalan diatas treadmill dengan wajah cemberut. "Yang kaya gini nih, yang bikin aku gemuk dan semua ini kamu penyebabnya karena suka banget ngajakin aku makan tengah malam!" Edna menatap sebal pada sate ayam hangat yang menggoda imannya. "Udah, malam ini kita makan sate dulu, besok baru kamu mulai diet." jawab Dru tak peduli dan menarik Edna ke meja makan. Edna pun menurut dan duduk disamping Dru dan mulai menikmati sate ayam yang disajikan dengan lontong dan bawang merah segar. Melihat Edna yang asik mengunyah, Dru jadi memperhatikan Edna lebih dalam. Tubuhnya yang dulu kurus kini tampak lebih berisi, dadanya penuh dan wajahnya terlihat lebih cantik ditambah b****g yang tampak padat. Tak sadar Dru mulai menggeser duduknya dan merapatkan tubuhnya pada Edna lalu mengendus leher istrinya penuh birahi. "Mas ah! m***m amat!” pekik Edna saat Dru menempel padanya. " Ed,...aku..." "Nggak ah,... aku belum mau..." "Ayo dong Ed,..." "Nggak, pokoknya gak malam ini!" ucap Edna sambil segera berdiri dan berlari kedalam kamar lalu menguncinya. Tiba tiba saja ia takut jika Dru menagih malam pertama mereka yang sudah tertunda lama. "Aku bilangin mama Rita ya, kalau kamu gak mau hubungan intim sama aku! Jangan salahin aku kalau nanti aku naksir cewe lain!" ancam Dru dongkol dan menghempaskan tubuhnya di kursi makan karena ia harus memendam hasratnya kembali. Hatinya mulai tak sabar melihat penolakan Edna. Ia mulai bertanya tanya akan perasaan Edna padanya. *** Hari mulai menjelang malam. Dru segera membereskan meja kerjanya saat Rima asistennya masuk memberitahu bahwa akan ada meeting dadakan di tim mereka untuk project terbaru. "Gak bisa besok pagi aja Rim?" tanya Dru agak malas. Ia ingin segera menjemput Edna untuk pulang bersama. "Gak bisa pak, besok sudah harus dimulai. Tim Pak Rendy sudah sampai Sulawesi, tapi peralatan beratnya belum sampai, masih tertahan di Surabaya." ucap Rima seolah memaksa Dru untuk berpikir dan menyelesaikan masalah mereka. Dru pun berdiri dan berjalan sambil membawa laptopnya kedalam ruang meeting. "Ayo cepat kita mulai meetingnya, kalian juga ingin pulang cepat bukan?" ucap Dru tanpa basa basi. "Bapak kali yg pengen pulang buru-buru." goda Firman salah satu anggota tim Dru. "Pak Dru sejak nikah bawaannya pulang cepet. Itu kangen atau takut sama istri pak?" goda Dewo sambil menyerahkan file. "Hush ah! Jangan berisik. Pulang cepat itu tandanya sayang sama istri, kasian gak ada yg nemenin." jawab Dru santai. "Namanya juga pengantin baru mulai lama, masih hot,” ucap Pak Muchtar atasan Dru ikut menggoda. "Ntar, kalau sudah belasan tahun baru beda,..." "Akh bapak bisa aja. Saya emang harus pulang cepat karena ada janji pak. Mau nemenin istri." jawab Dru tampak senang. Tiba tiba sebuah pesan masuk kedalam handphone Dru. Dari Edna. "Mas, gak usah jemput aku. Malam ini aku pulang sama Dita aja, dia akan antar aku ke rumah. Kami mau mampir sebentar ke Mall dekat kantor, soalnya Dita ulang tahun, jadi mau makan makan bersama dengan orang orang kantor. See you." Raut wajah Dru yg awalnya sumringah beruba. Ada rasa kecewa di hatinya karena Edna tak pulang bersamanya. "Dru?" tanya Pak Muchtar yang ternyata bertanya padanya sedari tadi. "Oh, iya pak. Maaf saya baru kasih tau istri kalau gak bisa pulang bersama karena masih ada kerjaan." ucap Dru berkelit. "Oh oke, jadi kita lanjut dulu soal Komatsu yang belum sampai,... " suara Pak Muchtar perlahan tak terdengar oleh Dru. Ada rasa sedih dan kesal dihati Dru dan Ia sibuk merasa iri karena Edna memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya dari pada dengannya. Dru mengintip dari balik jendela saat mendengar suara kendaraan berhenti di depan gerbang dan melihat Edna melambaikan tangannya pada Dita. Edna sempat terkejut saat membuka pintu dan melihat Dru sudah berada didepan pintu dengan wajah muram. "Duh bikin kaget aja," ucap Edna sambil mengusap dadanya. "Assalamualaikum," sindir Dru masam "eh iya, Assalamualaikum mas..." "Happy amat mukanya?" "Iya, tadi seru soalnya,..." "Senangnya,… syukur deh kalau kamu senang!" "Kok sinis gitu sih mas? Kamu udah makan?" "Gak, aku gak nafsu makan." "Kenapa?" "Gak ada yg nemenin." "Ya udah, aku ganti baju dulu, nanti aku temenin makan" "Gak usah." "Kenapa sih mas, marah melulu?" "Iri aja,..." "Iri kenapa?" "Iri lihat kamu lebih senang sama teman teman kamu daripada sama aku." "Mulai deh posesif,..." "Aku gak posesif, tapi iri.. coba kalau kamu lagi sama aku se happy itu,...aku gak akan tampak seperti orang posesif." Edna berdiri diam. "Kok diam?" "Aku gak tahu harus bicara apalagi. Apapun yang lakukan rasanya jadi salah terus. Kamu pengennya gimana sih mas? Apa kamu hanya ingin aku dikurung dirumah dan hanya kamu yg aku temui? Aku mulai capek dengan pertengkaran kita seperti ini," ucap Edna tenang tapi tegas. Dru diam. Ia tahu ia hanya merajuk dan terlalu sensitif, rasanya ia tak ingin membagi Edna dengan orang lain. Perlahan Edna menghampiri Dru dan mengusap lengannya perlahan. "Maafin aku ya mas, kalau aku kurang perhatian sama kamu. Next time, aku janji akan luangkan waktu lebih banyak buat kamu." bujuk Edna perlahan, seolah ia mengerti apa yang Dru rasakan. Dru masih diam, ia menatap Edna yang mendadak dewasa saat ini. Hatinya berubah lembut dan luluh dengan sentuhan Edna. Jika bukan Dru, Edna jarang sekali menyentuhnya lebih dahulu. "Aku ganti baju dulu ya, lalu aku temani kamu makan,..." "Gak cuma makan, abis ini kamu harus pijetin aku juga Ed." pinta Dru manja. "Iyaaa,..." ucap Edna sebal sambil berjalan menuju kamarnya "Ciumin aku juga sampai aku ketiduran." ucap Dru setengah berteriak "Dasar m***m. Nggak ah!" tolak Edna dari dalam kamar. Dru pun tersenyum dikulum saat mendengar penolakan Edna, walau begitu hatinya merasa sangat senang. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD