Rahasia Edna

1081 Words
Edna baru saja hendak berdandan pagitu saat melihat Dru masih berbaring dan berselimut di ranjang. "Mas,ayo bangun, nanti kita terlambat." ucap Edna mencoba membangunkan Dru. Ia merasa heran karena Dru masih berbaring, biasanya suaminya ikut bangun dari subuh dan sudah siap setelah sholat. Wajah Dru tampak memerah dan merapatkan selimut dengan erat. Edna baru sadar jika suaminya sedang demam. "Kamu sakit ya?" tanya Edna sambil menyentuh kening Dru dengan ragu. "Tolong aku Ed, dingin banget. Tolong ambilkan selimut lagi," pinta Dru sambil menggigil. Edna pun segera mengambil selimut tebal dari lemari dan membentangkannya diatas tubuh Dru. Lalu dengan sigap ia mengambil obat juga air hangat dan memberikannya pada Dru. "Ed, tolong pijitin kakiku, rasanya ngilu." pinta Dru dengan suara lemah. Dengan gelisah Edna menuruti permintaan Dru sembari melirikan matanya ke arah jam di dinding. Pukul 10 nanti ia ada meeting penting di kantor, tapi meninggalkan Dru yang mendadak sakit sendirian juga membuatnya tak tenang. Tak lama kemudian Dru kembali tertidur karena pengaruh obat. Edna pun segera mengendarai mobilnya untuk membeli bubur. Ia tak punya banyak waktu untuk membuatnya sendiri. Saat ia kembali Dru masih tidur dengan gelisah. Tubuhnya cukup panas. "Mas, " "Hmm,..." "Aku ke kantor dulu ya,... Nanti aku pulang lebih cepat." "Kamu gak bisa ijin untuk gak masuk kerja? Temani aku Ed," pinta Dru lemah. "Aku ada meeting pagi, setelah itu aku akan ijin untuk pulang." ucap Edna sambil mengompres Dru dengan perasaan bersalah. Mendengar hal itu Dru membalikan tubuhnya dan tak membalas salam Edna saat hendak berangkat kerja. Edna hanya mendesah perlahan, perasaannya tak enak tapi ia harus memilih. Ia akan segera menyelesaikan pekerjaannya lalu kembali untuk mengurus Dru. Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang. Dru merasa tubuhnya sudah mulai pulih. Pekerjaannya yang overload membuat ia tak punya waktu untuk beristirahat. Bahkan siang ini, setelah ia merasa lebih baik karena minum obat, Dru segera membuat meeting via zoom dengan tim nya. "Loh, bapak yakin sudah sehat? Wajahnya masih pucat begitu?" tanya Rima saat melihat Dru yang pucat dan hanya mengenakan piyama. Dru segera mengatakan bahwa ia sudah lebih baik dan ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa kembali beristirahat. Di saat asik meeting membahas pekerjaan, tiba-tiba saja handphonenya berbunyi dan Dru segera mengangkatnya karena telepon itu dari Edna. "Gimana keadaan kamu mas? Aku on the way pulang sekarang. Aku sudah dekat. Aku bawakan kamu makanan kesukaan kamu juga, tunggu yaa,..." ucap Edna tanpa jeda. Mendengar suara Edna yang tampak cemas dan buru-buru untuk pulang membuat Dru sadar bahwa ia tidak boleh sudah lebih sehat karena Edna pasti akan kembali ke kantor. "Oke, meetingnya kita sudahi dulu ya!" ucap Dru tiba tiba. "Tapi pak,..." "Rima, coba ambil alih. Sisanya hanya tinggal report kan? Saya tunggu hari ini ya. Saya mau istirahat dulu." ucap Dru tanpa basa basi dengan cepat dan segera menghentikan meetingnya. Dengan terburu-buru Dru kembali ke kamar tidurnya dan berbaring seolah tidur. Ia tak ingin kehilangan moment dimanjakan Edna. 15 menit kemudian Edna tiba dan segera masuk kedalam kamar. Melihat Dru yang tampak tertidur ia langsung menghampiri dan kembali menyentuh kening suaminya. "Mas,aku pulang,..." bisik Edna sambil mengusap lembut rambut Dru yang halus. Di elus seperti itu membuat hati Dru meleleh, tapi Dru tetap pura-pura tidur. Dari balik selimut Dru mendengar langkah Edna yang bolak balik menuju dapur dan kamar. Perlahan Edna membangunkan Dru untuk membersihkan dan mengganti baju suaminya agar bisa lebih nyaman lalu menyiapkan makan siang untuk Dru. Setelah makan siang, Edna mulai memijat kaki Dru agar tubuhnya terasa nyaman. Ada lelah dan cemas terukir di wajah Edna tapi ia tak mengeluh. Dru pun seolah memanfaatkan perhatian Edna padanya dengan berpura-pura masih lemas dan meminta ini dan itu pada Edna. Edna yang galak dan rewel berubah menjadi wanita yang sabar dan perhatian. Saking lelahnya, pukul 9 malam Edna sudah tertidur lelap disamping Dru. Malam itu Dru merasa senang tak karuan. Walau ia tahu, Edna akan sangat kerepotan, tapi esok ia akan meminta Edna untuk tidak masuk kerja. Dru hanya ingin menikmati perhatian dr Edna satu hari lagi. *** Pagi yang cerah dirumah Dru dan Edna. Edna sedang asik menyiapkan sarapan di dapur sedangkan Dru masih mencari celana kerjanya di lemari. "Ed,... celana panjangku yg warna biru dongker itu dimana?" tanya Dru sambil mencari cari di gantungan baju. "Ada di gantungan laundry yang kemarin, dekat pintu." jawab Edna berteriak dari dapur. Dru melangkah mendekati pintu dan mencari di gantungan baju yang penuh dengan baju dan celana yang masih terbungkus plastik. Tiba-tiba ia melihat sesuatu dibalik gantungan. Sebuah paper bag hitam berisi sebuah box. Tanpa rasa curiga Dru segera membuka isinya dan menemukan sebuah tas dengan merk terkenal didalamnya. Dru terdiam. Dia pun mulai berprasangka, apakah Edna diam-diam membeli tas mahal ini? Padahal Dru sedang mengajaknya untuk bisa mengendalikan diri dalam berbelanja. 3 bulan ini Edna sudah berhasil untuk menggunakan uangnya untuk yg penting-penting saja. Walau Dru sudah membebaskan Edna untuk membeli apa saja yang ia inginkan, tapi untuk barang semahal ini, seharusnya Edna berkomunikasi dulu dengannya sebagai suami. Tiba tiba ia menemukan sebuah kartu kecil didalamnya dan bertuliskan : "Happy Birthday. Wish you all the best Edna. Ghe" Kartu itu terjatuh dari tangan Dru. Ia segera memungut kartu tersebut dan mengembalikannya ke dalam tas lalu mengembalikan paper bag beserta isinya ke posisi semula. Rasanya seperti tertampar saat ia menyadari bahwa ia lupa ulangtahun Edna itu besok dan yang mengingatkannya adalah sebuah kado berisi tas seharga puluhan juta dari pria yang merupakan atasan Edna dikantor. Dru segera berpakaian dengan pikiran yang kacau balau. Setelah itu ia segera menyusul Edna di dapur. "Ed." panggil Dru saat melihat Edna tengah menyiapkan sarapan pagi mereka. "Ya?" jawab Edna sambil mengantarkan roti isi dan meletakkannya di atas meja makan. Dru hanya berdiri mematung dan menatap Edna yang masih asik sendiri. "Kenapa?" tanya Edna lagi saat sadar Dru tak jadi berbicara padanya. Dru menghampiri Edna dan menarik Edna kedalam pelukannya. "Apa arti aku buat kamu?" tanya Dru lembut. "Hah? Kamu? Mas Dru itu suami aku." "Karena aku suami kamu, apapun yg terjadi kamu harus membaginya denganku. Kamu janji akan menceritakan apapun denganku kan?" tanya Dru lagi sambil membelai rambut Edna halus. Edna terdiam, ia bingung dengan sikap Dru tapi ia juga merasa takut dan curiga bahwa Dru tahu ia menyembunyikan sesuatu. "Kamu janji?" tanya Dru lagi. Edna mengangguk cepat. Dru menatap Edna tak puas, ia masih ingin menanyakan soal tas itu pada Edna.Tapi hatinya melarangnya. Ia hanya bisa mendekap Edna erat dan berharap Edna mengatakan sesuatu. Sedangkan Edna membiarkan Dru memeluknya dan ia merasakan Dru merengkuhnya erat seolah tak ingin melepaskannya lagi. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD