"Tuan Dave? Bagaimana mungkin Anda bisa ada di sini? Bukankah seharusnya anda—" Anna tak melanjutkan kata-katanya. Dia langsung menunduk meredam ucapannya itu.
"Aku datang ke sini karena mengkhawatirkan mu, Anna, bagaimana keadaanmu?"
"Saya baik, Tuan, Tuan tidak perlu mengkhawatirkan saya."
"Syukurlah kalau begitu. Lalu bagaimana dengan keadaan papamu?"
"Papa sampai saat ini masih belum sadarkan diri. Dia masih koma," ucap Anna sedih.
"Aku sudah meminta orang rumah sakit untuk menangani papamu dengan baik. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja, Anna."
"Terima kasih, Tuan Dave, saya tidak tahu harus membalas jasa Tuan dengan apa. Saya sungguh berhutang budi pada anda. Tuan sudah menyelamatkan papa, dan membebaskannya dari orang-orang itu. Saya sungguh berterima kasih," ucap Anna menundukkan wajahnya. Namun seketika Dave mengangkat dagu Anna dan menyuruhnya menatapnya.
"Lihat aku, Anna!"
Seketika Anna menatap Dave. Keduanya pun saling bertatapan.
"Sudah aku katakan sebelumnya, kamu cukup membayarnya dengan selalu berada di sisiku! Jangan pernah sekalipun mencoba untuk menjauh dariku. Karena mulai saat ini, kau sudah menjadi milikku, Anna!"
"Tapi bagaimana dengan kekasih Tuan sendiri? Bukankah dia sudah kembali saat ini? Saya rasa, Tuan sudah tidak memerlukan saya lagi. Kini sudah ada kekasih Tuan bersama Tuan."
Dave terdiam. Untuk Arabella, dia bahkan belum memikirkan apapun. Dia juga belum sempat bertemu dengannya sama sekali. Dave tidak tahu, apa sebenarnya tujuan Arabella kembali. Apakah hanya untuk menawan hatinya lagi, seperti dulu?
Melihat Dave diam saja, Anna semakin yakin akan kebenarannya. Kalau wanita yang datang ke rumah Dave tadi, adalah kekasih Dave. Oleh karena itu, Dave tidak menyangkalnya, saat Anna mengatakan, kalau dia kekasih Dave.
"Kamu tidak perlu mengurusi itu! Tugas kamu haya melayaniku, Anna!"
Anna terdiam. Dia bahkan lupa akan ucapan Simon yang mengatakan, kalau Dave paling tidak suka pada wanita yang suka ikut campur dengan urusan pribadinya. Anna merasa, kalau saat ini Anna sudah melewati batas.
"Maaf, Tuan Dave, saya tidak bermaksud mencampuri urusan anda."
Dave mengangguk. "Aku mengerti dengan kekhawatiranmu, Anna. Tapi percayalah, apapun yang terjadi, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku saat ini, dan aku tidak mungkin mengingkari itu."
Lagi Anna terdiam. Entah dia harus percaya atau tidak dengan ucapan Dave tersebut. Yang dikhawatirkannya saat ini adalah kondisi papanya. Jika memang dengan dirinya bertahan bersama Dave papanya akan selamat, maka itu akan Anna lakukan. Anna akan setia di samping Dave. Tapi akankah kekasih Dave menerima keberadaan Anna disisi Dave? Bahkan untuk melihatnya saja sepertinya wanita itu tidak suka.
"Baiklah, Tuan Dave, saya mengerti."
Dave mengangguk. "Aku akan meminta orang-orangku untuk menjaga papamu di rumah sakit. Kamu, istirahatlah, Anna! Tak perlu menungguinya."
"Tidak perlu, Tuan Dave, biarkan saya untuk menjaga Papa saya di sini. Saya tidak ingin meninggalkannya lagi. Cukup kemarin saya pergi, dan jauh darinya. Saya tidak ingin dipisahkan lagi dari Papa."
Dave terdiam. Dia mengerti perasaan Anna. Dia pasti mengkhawatirkan keadaan papanya. Dave mencoba untuk memahaminya.
"Baiklah kalau memang itu maumu. Aku akan membiarkanmu untuk tetap disini. Tapi tetap dalam pengawasan orang-orangku!"
Anna mengangguk. Sebenarnya dia sendiri juga merasa lebih aman jika ada anak buah Dave yang menjaganya. Mengingat kekhawatiran Anna, kalau suatu saat nanti Madame Sahukia akan datang dan membawa Anna kembali.
"Baiklah, terserah Tuan Dave saja."
Dave mengangguk, dia mengusap kepala Anna dengan sayang. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Kamu baik-baik di sini! Jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa meminta bantuan pada anak buahku untuk membantumu!"
"Terima kasih tuan Dave."
Dave lagi mengangguk. Setelah itu dia pun pergi meninggalkan Anna. Anna menatap kepergian Dave dengan hampa. Hingga perlahan tubuh tegapnya itupun menghilang dibalik pandangan Anna.
"Anda pasti akan pulang untuk bertemu dengan kekasih anda 'kan, Tuan Dave? Pasti setelah ini kalian akan menghabiskan malah bersama," ucap Anna. Entah mengapa hatinya merasa sakit membayangkan itu. Dia merasa sedih membayangkan kalau Dave menyentuh wanita lain selain dirinya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Anna? Kenapa perasaanmu harus seperti itu? Sadarlah, Anna, kamu hanyalah pelampiasan Tuan Dave saja. Jangan mengharapkan lebih, dia sudah memiliki kekasih saat ini, dan kamu hanyalah wanita bayarannya saja! Tolong sadar diri!" ucap Anna berusaha menyadarkan dirinya.
*
Sementara itu Dave, kini mobil yang dikendarainya itu tiba di Resort miliknya. Dave segera keluar, dan di sambut oleh Simon—asisten pribadinya. Melihat Tuan mudanya datang, Simon segera menghampirinya.
"Tuan Dave, anda sudah kembali?"
Dave mengangguk, "Di mana dia? Apa dia masih di sini?"
"Siapa yang Tuan maksud? Nona Ara?"
"Ya, siapa lagi. Bukankah tadi kau bilang, kalau dia ada disini?"
"Ya, Tuan Dave, Nona Ara sedang berada di kamar Tuan Dave saat ini. Dia sedang beristirahat!"
Tanpa mengatakan apapun lagi, Dave segera melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya. Dia bahkan mengabaikan para pelayan yang menyapanya. Tujuannya saat ini tak lain adalah kamarnya, di mana Arabella—kekasihnya, sedang menunggunya saat ini.
Melihat Dave datang, Arabella yang sedang sibuk telponan dengan seseorang, segera mematikan ponselnya. Dia lekas menyambutnya, dan berhamburan ke pelukannya.
"Dave! Aku sangat merindukanmu!" Ujar Arabella memeluk tubuh Dave erat. Dave hanya terdiam tanpa membalasnya. Dia bahkan masih bingung, tentang Apa tujuan Arabella datang kembali ke dalam kehidupannya saat ini, setelah berbulan-bulan menghilang tanpa kabar, bahkan memutuskan hubungan mereka begitu saja.
"Untuk apa kamu datang ke sini?" Dave berucap sambil melepaskan pelukan Arabella dari tubuhnya. Dia lekas menjauhkan diri dari wanita itu.
Arabella menatap Dave bingung. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Dave? Bukankah memang sudah biasa, aku datang ke sini untuk bertemu denganmu? Kita bahkan sering menghabiskan waktu bersama disini. Apa kamu lupa itu?"
"Aku tidak lupa. Hanya saja, Aku tidak ingin mengingatnya."
"Kenapa? Apa karena wanita itu?! Siapa dia sebenarnya, Dave? Kenapa kamu bahkan sampai berani membawanya kemari, dan menidurkannya di ranjang milikmu? Ada hubungan apa sebenarnya di antara kalian berdua? Kenapa kamu sangat begitu membelanya?" Arabella menghujani Dave dengan berbagai pertanyaan. Namun laki-laki itu hanya terdiam tanpa menjawab apapun kepada Arabella.
"Jawab aku, Dave! Kenapa kamu hanya diam saja?!"
"Kau benar-benar ingin tahu, siapa Anna bagiku?!"
Arabella menatap Dave.
"Kalau begitu, biar aku beritahu! Anna adalah wanitaku! Dia bertugas untuk melayaniku, dan menghabiskan malam-malam dinginku setiap waktu. Aku akan menikmati tubuhnya, setiap kali aku menginginkan kehangatan. Aku rasa kamu mengerti dengan apa yang aku ucapkan."
Arabella terdiam. Tangannya mengepal kuat mendengar penjelasan Dave tersebut.
"Jadi kalian sudah menghabiskan banyak malam bersama, Dave?"
Dave menyunggingkan senyumnya, "Ya, begitulah."
Arabella memaksakan senyumnya. "Baiklah, tidak apa-apa. Aku mengerti kondisinya, Dave. Kamu pasti hanya menggunakannya untuk pelampiasan saja, bukan? Karena kamu begitu merindukanku? Jawab aku, Dave!"
Dave terdiam. Karena yang dikatakan Arabella itu memanglah benar. Dirinya membayar Anna, semata hanya untuk mencari pelampiasan, supaya dirinya bisa melupakan Arabella.
"Aku anggap diam mu sebagai jawaban. Aku memang sangat yakin, kalau kamu tidak pernah bisa melupakanku, Dave. Kamu masih sangat mencintaiku! Benar, 'kan?"
Lagi Dave terdiam. Melihat reaksi Dave saat ini, Arabella semakin yakin, kalau Dave memang masih sangat begitu mencintai dirinya saat ini.
Arabella mendekatkan wajahnya. Dia mengusap wajah Dave dengan lembut dan berusaha memberikan rangsangan pada pria itu.
Oh s**t!! Dan nyatanya dia memang selalu menang. Arabella selalu bisa membuat Dave terangsang, dan membuat dirinya lupa akan segalanya.
"Dave, sebenarnya aku juga sangat mencintaimu. Aku tidak pernah bisa melupakanmu. Maaf, jika selama ini aku harus memutuskan hubungan kita dan meninggalkanmu. Semua itu aku lakukan semata hanya pekerjaan saja, supaya aku bisa fokus menjalankan aktivitasku di sana. Aku juga tidak ingin membebani mu, aku tidak ingin kamu merasa kerepotan dengan menjalani hubungan jarak jauh bersamaku. Oleh karena itu, aku terpaksa memutuskan hubungan kita saat itu. Tapi kini sekarang aku mengerti, kalau aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kamu, Dave, aku tidak bisa jauh dari kamu!"
Dave terdiam mendengarkan.
"Mari kita mulai semuanya lagi dari awal. Aku berjanji padamu, kalau aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi, Dave, kali ini aku akan selalu berada di sisimu! Percayalah!"
Dave hanya terdiam menatap gadis itu. Dia berusaha mencari kebenaran di mata Arabella.
Hingga kemudian wanita itu mendekatkan wajahnya. Dia mencium bibir Dave dan menjatuhkan tubuhnya. Seketika Dave pun memejamkan matanya.