Bab 7. Kekhawatiran Dave

1394 Words
Arabella lekas berjalan menuju ranjang tersebut, kemudian menarik Anna. Seketika Anna yang sedang tertidur itupun langsung terbangun dan terkejut mendapati seorang wanita di hadapannya. "Ada apa ini? Kamu siapa?" tanya Anna kebingungan. Sementara Simon, dia lekas berlari memasuki kamar. Namun sayang, semuanya sudah terlambat. Arabella sudah terlanjur mengetahui semuanya, dan bertemu dengan Anna. Arabella menatap Anna tak suka. Dia memperhatikan penampilan Anna dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seketika ada rasa iri dihatinya, karena Anna memiliki wajah yang begitu cantik, juga tubuh yang ideal. Wajar, jika Dave langsung luluh pada gadis seperti Anna. "Aku yang seharusnya bertanya padamu, siapa kamu?! Kenapa kamu tidur di kamar ini? Bahkan di ranjang milik Dave? Siapa kamu sebenarnya? Apa hubunganmu dengan Dave?!" Anna terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. "Nona Ara! Saya mohon, pergilah dari sini! Sebelum Tuan Dave tahu, dan merah pada anda!" ucap Simon pada Arabella. Namun bukannya menurut, Arabella justru malah menatap kesal ke arah Simon. "Siapa kau, berani mengatur-atur aku, Simon! Kau hanya bawahan Dave! Sedangkan aku, aku adalah kekasihnya!" Seketika Anna terdiam mendengar itu. Kini dia mengerti, mengapa wanita itu marah padanya, saat mengetahui keberadaannya di kamar Dave. "Em, Nona, sepertinya anda sudah salah paham. Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan tuan Dave, saya hanya—" "p*****r!" Seketika Anna terdiam mendengar itu. Ada sakit dihatinya, saat mendengar sebutan itu untuknya. Anna menundukkan wajahnya. "Kenapa diam?! Yang aku katakan benar, bukan?! Kamu hanya p*****r yang di bayar Dave?!" Anna mengangguk. Dia tidak bisa mengelak, karena memang itulah kebenarannya. "Kalau begitu, apa lagi yang kamu tunggu! Sekarang aku sudah kembali pada Dave. Jadi, pergilah! Kembali ke tempatmu! Tempat ini tidaklah pantas untuk w************n sepertimu!" Anna mengangguk mendengar itu. Kemudian dia pun lekas berbalik badan untuk mengganti pakaiannya, setelah itu dia pun bersiap untuk pergi. "Nona Anna! Tunggu! Nona tidak bisa pergi begitu saja, tanpa persetujuan dari Tuan Dave. Apa Nona lupa, apa yang Tuan Dave ucapakan tadi sebelum pergi? Nona tidak boleh pergi kemanapun selain dengan Tuan Dave, apa Nona tidak mengingatnya?" ucap Simon berusaha menghentikan kepergian Anna. Namun Anna menggelengkan kepalanya. "Mungkin Tuan Dave berkata seperti itu, karena dia tidak tahu, kalau kekasihnya sudah datang. Makannya dia berkata seperti itu, tadi. Tapi sekarang, kekasih Tuan Dave sudah ada disini. Saya pikir, mungkin Tuan Dave sudah tidak memerlukan saya lagi." Simon terdiam. Yang di katakan Anna mungkin benar. Kalau Dave tahu Arabella—kekasihnya sudah kembali, mungkin Dave tidak akan lagi membutuhkan Anna untuk menghangatkan ranjangnya. Karena sudah ada Arabella di sampingnya. Setelah tak mendapatkan respon dari Simon lagi, Anna pun memutuskan untuk pergi. Dia keluar daru Resort mewah itu dengan berjalan kaki. "Nona Anna!" Lagi Anna menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Simon yang memanggilnya. "Ya, Tuan Simon? Ada apa lagi?" "Nona Anna mau kemana sekarang? Saya sudah mendapatkan informasi tentang papa Nona. Saya sudah menyuruh anak buah saya untuk membebaskannya. Tidakkah Nona ingin bertemu dengannya?" Seketika Anna mengembangkan senyumnya. "Benarkah, Tuan Simon? Benarkah apa yang anda katakan?" Simon mengangguk. "Jika memang Nona Anna ingin pergi dari sini, biarkan anak buah saya untuk mengantarkan Nona. Saya akan mempertemukan Nona dengan papa Nona." Anna mengangguk. Dia tak bisa menahan tangis harunya. "Terimakasih banyak, Tuan Simon. Terimakasih atas segala kebaikan anda." "Anda seharusnya berterimakasih kepada Tuan Dave, Nona. Karena dia-lah yang meminta saya untuk melakukan itu." "Kalau begitu, tolong sampaikan ucapan terima kasih saya padanya, Tuan Simon. Saya tidak akan pernah melupakan jasanya. Terimakasih karena dia sudah mau membantu saya dan membebaskan papa saya dari tawanan mereka!" Simon mengangguk. "Mengenai orang-orang itu, Nona tidak perlu khawatir lagi, karena mereka semua sudah di tangkap oleh pihak kepolisian. Mantan kekasih Nona tersandung kasus perjudian. Sedangkan ibu tiri anda, dia terkena kasus penipuan." "Lalu bagaimana dengan Clara, Tuan Simon? Bagaimana keadaannya?" "Mengenai saudara tiri Nona, saya tidak melihatnya pada saat pembebasan papa Nona. Dia sedang tidak ada di rumah." Seketika Anna terdiam. Hingga kemudian mobil yang di minta Simon pun datang. "Nona, mobilnya sudah datang." Seketika Anna tersadar dari pikirannya. Dia pun mengangguk. "Yasudah, kalau begitu saya pamit, Tuan Simon. Salam untuk Tuan Dave, semoga dia bahagia selalu bersama kekasihnya." Ada sedikit rasa sakit di hati Anna saat mengucapkan itu. Anna sendiri juga tidak tahu kenapa. Simon mengangguk. Kemudian dia pun membukakan pintu mobil untuk Anna. Anna pun masuk kesana, dan mobil pun melaju meninggalkan kediaman Dave. * Sementara itu di kantornya, Dave yang mendapatkan kabar dari Simon mengenai apa yang terjadi, dia begitu terkejut mendengar kepulangan Arabella yang tiba-tiba. Dia tidak menyangka, kalau mantan kekasihnya itu akan tiba-tiba saja pulang setelah beberapa bulan menghilang. "Bagaimana dia bisa kembali sekarang? Apa dia sudah lupa, dengan apa yang telah dia lakukan?!" "Saya juga tidak tahu, Tuan Dave, Nona Ara tiba-tiba saja datang ke rumah." "Lalu bagaimana dengan Anna? Dimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?" "Nona Anna sudah pergi dari sini, Tuan Dave, dia sudah di usir oleh Nona Ara." "Dan kau diam saja melihat itu?! Kenapa kau tidak menghentikannya, Simon! Dasar bodoh!" "Maafkan saya, Tuan Dave, saya pikir tadi—" "Kau pikir apa?! Cepat kau cari Anna! Bawa dia kembali, Simon!" "Tapi, Tuan Dave—" "Apa lagi?! Apa kau tak dengar, apa yang aku perintahkan?!" "Saya dengar, Tuan, saya hanya ingin memberitahu anda, kalau nona Anna berada di tempat yang aman. Dia sedang saya pertemukan dengan papanya. Saya sudah meminta anak buah saya untuk mengantarnya, tadi. Jadi anda tidak perlu khawatir, Tuan Dave." Seketika Dave menghela nafas lega mendengar itu. Dia merasa lega, setelah mengetahui Anna baik-baik saja saat ini. "Kenapa kamu tidak mengatakannya dari tadi?! Kalau begitu, saya tidak perlu membuang energi saya untuk marah-marah padamu, Simon!" Simon terkekeh. "Saya tidak masalah, Tuan Dave, selama itu bisa membuat anda merasa lebih lega, saya tidak masalah menjadi pelampiasan kemarahan anda." "Ya, saya minta maaf, Simon. Sekarang, beritahu saya, dimana papanya Anna berada? Saya akan pergi kesana untuk melihatnya!" "Dia saya tempatkan di sebuah rumah sakit ternama di pusat kota, Tuan Dave. Itu adalah rumah sakit terbaik di kota ini. Sebagian sahamnya masih milik perusahaan Tuan Dave." "Bagus! Suruh orang-orang itu untuk memberikan pelayanan terbaik untuknya!Saya akan membayar orang-orang itu berapapun, asalkan papanya Anna bisa selamat!" Simon tersenyum. "Tuan Dave, sepertinya anda sangat peduli sekali pada keluarga Nona Anna, apa mungkin anda sudah mulai menyukainya?" "Tutup mulutmu! Jangan bicara sembarangan, Simon!" "Oh, baiklah, saya minta maaf, Tuan Dave, saya hanya bercanda saja, tadi. Saya hanya berusaha menggoda anda." Dave terdiam. Kemudian dia mematikan teleponnya. Seketika ia teringat akan ucapan Simon barusan. "Apa iya, aku sudah menyukai Anna? Tidak mungkin. Ini pasti hanya rasa simpati saja," gumam Dave. Hingga kemudian dia teringat akan kabar yang di sampaikan Simon tadi, kalau kekasihnya, Arabella kini sudah kembali. Haruskah dia bahagia mendengar kabar itu? Tapi mengapa dia merasa biasa saja, saat mengetahui itu? Bahkan rasa rindu yang dulu selalu membelenggu hatinya, kini sudah tak seperti dulu. Apa itu karena kehadiran Anna? Apa mungkin dirinya sudah melupakan cintanya pada Arabella? Dave merasa pusing memikirkan itu. Dia pun memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya, dan pulang. Tujuannya bukan resort miliknya, melainkan rumah sakit tempat dimana papanya Anna mendapatkan perawatan saat ini. Dave melajukan mobilnya ke arah rumah sakit. Dia sudah tidak sabar ingin segera melihat Anna dan papanya. Entah mengapa, saat dia tahu Anna telah mengetahui hubungannya dengan Arabella, Dave sedikit was-was. Dia takut, kalau Anna akan pergi meninggalkannya, setelah dia tahu kalau Dave sudah memiliki kekasih saat ini. Dave khawatir kalau Anna akan salah paham dan pergi menjauh darinya. * Sementara itu di rumah sakit, mobil yang di tumpangi Anna kini sudah tiba disana. Anna di antarkan para anak buahnya Simon sampai ke depan ruangan. Begitu melihat keberadaan papanya, Anna langsung berlari masuk dan memeluk orang yang di kasihinya itu. "Papa!" Anna memeluk Diego yang sedang terkapar tak sadarkan diri saat ini. Keadaannya masih lemah, karena pada saat di sandera, Barbara dan Clara tak memberikan penanganan yang baik untuk Diego. "Papa! Bangun, Pah! Kenapa papa jadi seperti ini?! Maafkan Anna, karena Anna tidak bisa menyelamatkan papa! Anna gagal menjadi anak yang baik, Pah!" Anna menyeka air matanya yang menetes. "Anna juga gagal menjaga kehormatan Anna, maafkan Anna, Pah. Mereka sudah berhasil menghancurkan hidup Anna, sekarang. Anna sudah hancur, Pah. Anna sudah tidak berharga lagi," Lagi Anna menangis. Hingga tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seorang pria berdiri menatap Anna. Dia berjalan mendekati Anna, kemudian mengulurkan tangannya ke arah Anna yang sedang menangis memeluk papanya. "Anna?" Seketika Anna menyeka air matanya. Dia mendongak menatap orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD