Bab 6. Kembalinya Kekasih Masa Lalu

1512 Words
Setelah mengetahui alamatnya, Dave menyuruh Simon untuk mencari tahu keberadaan papanya Anna. Dengan segala kekuasaannya, Simon pun menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu tempat itu. "Saya sudah menyuruh Simon untuk mencari tahu semuanya. Saya harap, kamu tidak akan kepikiran lagi, Anna." Anna mengangguk. "Terima kasih, Tuan Dave, saya berhutang budi pada anda." "Kamu tidak perlu memikirkan itu, Anna. Tugas kamu sekarang hanyalah menyenangkan saya! Kamu boleh membalasnya dengan itu." Anna mengangguk. "Tentu." Hingga kemudian Anna termenung. dia kepikiran akan Madame Sahukia. Tadi dirinya pergi ke Hotel untuk melayani tamunya yang bernama Tuan Gavian Muller. Namun tiba-tiba saja Dave datang dan mengacaukan semuanya. Anna khawatir, kalau kegagalannya malam ini, justru akan membuat masalah bagi Madame Sahukia. Melihat Anna hanya diam saja, Dave pun menghampirinya, kemudian memeluk Anna dari belakang. Anna terkejut. "Ada apa lagi? Kali ini apa yang sedang kamu pikirkan, Anna?" Anna berbalik badan dan menatap Dave. "Saya kepikiran akan Madame Sahukia. Kira-kira bagaimana keadaannya saat ini? Saya tadi baru saja mengacaukan pesanannya, mungkin saat ini dia sedang berada dalam masalah." Dave membelai wajah Anna. "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu. Pasti saat ini dia hanya mengganti kerugiannya saja. Lagian, sebelumnya saya sudah mengatakan padanya, kalau saya akan mengambil mu malam ini. Jadi, saya pikir dia sudah mengetahui itu, meski tanpa kamu beritahu" "Tapi bagaimana dengan Tuan Gavian sendiri? Saya yakin, pasti dia sangat marah dan kecewa atas kepergian saya." "Saya yang mengambil mu darinya, Anna, jadi dia tidak mungkin marah padamu. Kalaupun ada orang yang harus dia salahkan, itu pasti adalah saya! Karena saya yang mengacaukan rencananya hari ini." "Lalu bagaimana dengan anda, Tuan, saya khawatir anda terkena masalah karena telah membela saya." "Saya tidak membela siapapun di sini, Anna. Saya hanya mengambil apa yang saya mau, yang saya anggap sebagai milik saya!" Anna terdiam mendengar itu. Dalam hati dia bertanya-tanya, "Apa maksud Tuan Dave mengatakan seperti itu? Apa mungkin dia—" Anna mencoba menebak-nebak isi hati Dave. Namun seketika dia juga tersadar akan apa yang dia pikirkan, "Apa yang kamu harapkan, Anna? Apa kamu berharap, Tuan Dave menyukaimu? Sadarlah, Anna, siapa dirimu? Kamu hanyalah seorang p*****r, yang sudah tidak memiliki harga diri lagi. Lalu apa yang bisa kamu banggakan, untuk mengambil hati Tuan Dave?' Anna terdiam. * Sementara itu di Hotel, Gavian marah-marah dan melemparkan semua barang yang ada di dekatnya. Dia merasa kesal, karena hari ini semua rencana kesenangannya berakhir gagal. Dia pun lekas menghubungi Sahukia untuk melaporkan apa yang terjadi. Tak selang berapa lama, panggilan itu pun di angkat oleh Sahukia. "Tuan Gavian Muller?" Sahukia mengangkat panggilannya dengan nada gemetar. Dia sudah menduga, akan apa yang terjadi. "Sahukia! Apa kau tahu, apa yang sudah terjadi hari ini?! Anna pergi! Dia pergi bersama Dave Darian Davis!" Benar seperti dugaan Sahukia. Dave benar-benar mengambil Anna dari Hotel itu. "Tuan Gavian Muller, aku sungguh minta maaf atas apa yang terjadi. Tapi aku juga tidak bisa berbuat banyak. Tuan Dave Darian mengancam ku. Jadi mau tidak mau aku memberitahukan keberadaan kalian padanya, tadi. Aku sungguh minta maaf. Aku akan mengganti kerugianmu Tuan, kalau perlu, aku akan meminta Selena untuk datang kepadamu, untuk menggantikan Anna!" "Tidak perlu. Lagipun, wanita yang aku inginkan itu adalah Anna, bukan wanita lainnya. Aku hanya mau Anna, jadi aku mau, jadwalkan ulang Anna untukku! Aku mau dia datang ke tempatku, dan melayaniku! Apa kamu paham, Sahukia?!" "Tapi Tuan Gavian, aku sendiri juga tidak tahu, apakah Anna akan kembali lagi kesini atau tidak. Tuan Dave tadi meneleponku, dia meminta Anna untuk menjadi wanitanya selamanya. Kemungkinan Anna tidak akan pernah kembali lagi ke rumah bordir kami." "Apa maksudmu, Sahukia? Dave meminta Anna padamu?" "Ya, Tuan Gavian, Tuan Dave sudah membeli Anna untuk melayaninya selamanya. Jadi, dia tidak akan kembali lagi ke rumah bordir ini." Gavian mengepalkan tangannya. "Sial! Rupanya Dave benar-benar memiliki perasaan lain pada p*****r itu! Kau lihat saja Dave, apa yang bisa aku lakukan!" gumam Gavian. Kemudian dia melanjutkan telponnya. "Kalau begitu, kau harus mengganti kerugian ku sepuluh kali lipat! Karena kalau bukan Anna, aku tidak akan pernah mau!" Gavian pun mematikan panggilannya. Dia masih tak bisa menerima, karena Dave sudah lancang mengacaukan kesenangannya, dan merebut Anna darinya. Dia bukan tipikal orang yang suka, ketika barang miliknya di ganggu. "Dave, kau sudah berani bermain-main denganku! Mungkin dalam hal bisnis kau boleh saja menang! Tapi mengenai Anna, aku tidak bisa membiarkan itu! Jika memang Anna berharga untukmu, maka aku akan menggunakannya untuk menghancurkan mu! Kau lihat saja, Dave!" tangan Gavian mengepal kuat. Hingga tiba-tiba dia teringat akan Arabella—sepupunya. Bukankah dulu Dave begitu sangat menyanjungi gadis itu? Lantas kenapa sekarang dengan mudahnya dia melupakannya? Apakah semudah itu, Anna menggantikan posisinya? Pikir Gavian. Tanpa membuang waktu lagi, Gavian pun lekas mengambil kembali ponselnya. Dia segera menghubungi Arabella. Hingga tak selang berapa lama, panggilan itu pun di angkat oleh sang pemiliknya. "Hallo, Gavian? Ada apa kamu menghubungiku? Apa kamu tidak tahu, saat ini aku sedang sibuk melakukan pemotretan. Jadwalku masih sangat padat!" Terdengar jawaban kesal dari Arabella. "Apa kamu tidak ingin tahu, kabar tentang kekasihmu? Em, maksudku, mantan kekasihmu. Dia sudah memiliki mainan baru saat ini!" "Siapa yang kamu maksud? Dave?" "Ya, siapa lagi kalau bukan laki-laki pecundang itu!" "Dave bukan pecundang, Gavian! Jaga bicaramu itu!" "Baiklah , baiklah, kamu memang selalu saja membelanya." "Memangnya ada apa dengan Dave? Kenapa dia?" "Apa kamu tidak tahu, Dave kini sudah memiliki kekasih baru! Dia adalah seorang wanita malam." "What?! Apa kamu serius, dengan apa yang kamu katakan, Gavian?! Dave tidak mungkin seperti itu! Aku sangat mengenalnya, Gavian!" "Kalau kamu tidak percaya, kamu lihat saja sendiri kebenarannya! Kau pasti akan terkejut!" Setelah mengatakan itu, Gavian langsung mematikan panggilannya. Dia sangat yakin, kalau kabar itu bisa memancing sepupunya itu untuk datang kembali. Gavian tersenyum. "Dave, bersiaplah! Kali ini kau pasti tidak akan bisa menolak. Pada akhirnya, kau harus melepaskan Anna juga..." Gavian tertawa. * Keesokan harinya, Dave bersiap untuk pergi ke kantornya. Anna pun membantu mempersiapkan semuanya, mulai dari pakaian, juga mengenakan dasinya. "Kamu tinggallah di rumah, jangan kemana-mana! Saya akan menyuruh Simon untuk menjagamu disini. Jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa memanggil pelayan. Atau minta tolong Simon untuk membelikannya. Apa kamu mengerti?!" Anna mengangguk. "Pokoknya, kamu tidak boleh keluar rumah, kecuali dengan saya, Anna! Kamu hanya boleh pergi bersama saya!." Lagi Anna mengangguk. "Saya pergi dulu! Jaga dirimu baik-baik disini!" Dave mencium kening Anna. Anna hanya terdiam mendapatkan itu. Setelah itu Dave pun pergi mengendarai mobilnya. Tak lupa, beberapa pengawal selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Sementara Anna, dia langsung membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Semalam dirinya dan Dave kembali menghabiskan waktu bersama. Dave bahkan mengulangi kebersamaan mereka itu hingga berkali-kali. Anna tak menolaknya. Baginya, melayani Dave kini sudah menjadi kewajibannya. Lagipun, Anna juga menikmatinya. Anna menikmati setiap sentuhan Dave pada tubuhnya. Setelah selesai mandi, Anna kembali beristirahat dan tidur kembali. Dave benar, dia membutuhkan istirahat saat ini. Tubuhnya begitu lelah setelah aktivitas intim semalam. Sementara itu di parkiran, sebuah mobil baru saja terparkir di halaman rumah Dave. Para penjaga yang memang sudah mengenalinya sebelumnya, tak menahan kedatangannya. Wanita itu berjalan menuju rumah, dan langsung di sapa oleh para pelayan yang memang sudah mengenalinya. "Nona Arabella? Nona apa kabar? Nona semakin cantik saja," ujar seorang pelayan memujinya. Gadis itu hanya tersenyum paksa kepada pelayan itu. "Terimakasih. Tapi ngomong-ngomong, aku datang kesini untuk bertemu dengan Dave. Apa dia ada di rumah saat ini?" "Tuan Dave baru saja berangkat ke kantor, nona, dia baru saja pergi beberapa saat yang lalu!" Seketika Arabella tersenyum. "Baguslah kalau Dave sudah pergi. Itu berarti, ini adalah kesempatanku untuk membuktikan ucapan Gavian. Apakah benar, Dave memiliki gadis lain, dan menyimpannya di resort ini? Kalau memang benar, maka aku harus segera menyelesaikannya," batin Arabella. Dia pun melangkahkan kakinya menuju kamar Dave yang berada di lantai atas. Namun baru juga dia hendak membuka pintu, tangannya tiba-tiba di tahan oleh seseorang. Arabella pun menoleh. Ternyata yang menahan tangannya adalah Simon. Pria itu di tugaskan oleh Dave untuk menjaga Anna. "Kamu! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan tanganku!" ucap Arabella menarik tangannya dari cekalan Simon. Simon pun melepaskannya. "Apa yang anda lakukan disini, Nona Ara? Tidakkah Nona memiliki sopan santun, untuk tidak memasuki rumah orang sembarangan?" "Apa maksud kamu berbicara seperti itu padaku, Simon?! Apa kamu lupa, siapa aku?! Aku adalah kekasihnya Dave. Bukankah sudah biasa, aku datang ke rumah ini?!" "Itu dulu. Sebelum anda memutuskan untuk pergi, dan meninggalkan tuan muda kami. Tapi sekarang, keadaannya sudah berbeda." "Apanya yang berbeda? Apa ada sesuatu yang berubah?" Arabella pun hendak membuka pintu kamarnya, namun Simon segera menahan tangannya kembali. "Hentikan, Nona Ara! Jaga batasanmu! Nona tidak berhak memasuki kamar Tuan Dave kami secara sembarangan!" Arabella menatap tak suka kepada Simon. "Memangnya kenapa kalau aku masuk? Bukankah dulu aku juga biasa tidur disini?!" Simon terdiam. Melihat sikap Simon, Arabella semakin curiga. Dia jadi merasa khawatir, kalau apa yang dikatakan sepupunya Gavian itu adalah benar, kalau Dave memiliki kekasih lain sekarang. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada yang sedang coba kamu sembunyikan, Simon?" Lagi Simon terdiam. Karena merasa penasaran, Arabella pun memaksa untuk masuk. Dia mendorong Simon, dan membuka pintu kamar itu. Seketika ia terkejut saat mendapati seorang wanita sedang berbaring di ranjang king size milik Dave.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD