Episode 5. Apa Ini

1250 Words
Anggi menghela napas panjang, mengurangi rasa sesak di dadanya. Apalagi saat mendengar setiap ucapan suaminya, yang bisa saja dia jawab dengan lantang. Hanya demi menghindari kegaduhan di pagi itu, Anggi berusaha menahan diri untuk tidak berdebat dengan Rangga. "Pintar kamu memutarbalikkan fakta, menudingku sebagai istri yang tidak menghargaimu. Padahal selama ini aku sudah sangat berusaha, agar menjadi istri yang baik. Yang selalu patuh padamu. Tapi apa yang aku dapat, sebuah penghianatan yang menyakitkan. Mungkin jika buka dengan sahabatku sendiri, rasanya tidak sesakit ini. Sekarang dia menudingku seperti itu," gerutu Anggi lirih agar tidak terdengar siapapun. Anggi merasa hidupnya sangat menyedihkan, tapi dia tidak ingin terus meratapi nasib. Dia melakukan tugas seperti biasanya, membersihkan dan merapikan rumahnya. Karena memang Anggi tipe wanita yang tidak tahan saat melihat rumahnya berantakan. Itu kenapa sekesal apapun dia tetap melakukan tugasnya di rumah. **** Di tempat lain, Amora dan Naomi berniat datang ke rumah Rangga dan Anggi. Sudah lama mereka tidak menemui keduanya. "Ra, kamu kenapa ke rumah mereka pagi-pagi, sih! Aku itu malas sekali bertemu dengan Anggi. Dia pasti akan menjelek-jelekan Rangga. Aku nggak mau adik kesayanganku itu dijelek-jelekkin dia," ujar Naomi dengan wajah masam. "Duh, kamu ini kenapa sih, sewot mulu. Aku kalau bukan karena Papa yang minta aku tidak akan mau ke sana, banyak kerjaan yang harus aku lakukan," balas Amora dengan suara ketus. Keduanya di minta oleh Tuan Sarwono Wiyata untuk pergi ke rumah Rangga dan Anggi. Tuan Sarwono ingin mengundang keduanya makan bersama di rumah. Dan saat ini mereka tiba di rumah Rangga dan Anggi keduanya melihat rumah sang adik sepi. "Ayo turun cepat kakak Mora jangan lama-lama ya, aku ada kerjaan dan aku juga nggak suka berlama di sini kamu tahu sendiri aku paling tidak suka melihat istri Rangga si Anggi itu. Dia pasti akan menjelek-jelekkan adikku," ucap Naomi. "Sudahlah, jangan ngomel kamu," tutur Mora meminta ke Naomi adiknya untuk segera turun dari mobil. Keduanya segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam pagar. Sampai di depan pintu, Amora menekan bel rumah sang adik. "Aku rasa dia tidur, deh. Lihat saja, rumahnya sepi aku sudah katakan kepadamu, Anggi ini istri yang tidak benar. Kenapa juga Rangga menikah dengan wanita ini," sewot Amora yang kesal karena Anggi belum juga membuka pintu. Anggi yang sudah selesai mengerjakan pekerjaan dan duduk di ruang keluarga mendengar suara bel. "Siapa yang datang jam segini, apa Mas Rangga, tapi dia bawa kunci," gumam Anggi dalam hati. Karena rasa penasaran, Anggi pun segera berdiri dan berjalan menuju pintu. Anggi membuka pintu rumah dan tidak lupa mengucapkan salam walaupun tamu yang datang tidak mengucapkan salam. "Walaikumsalam, kakak Amora dan Kakak Naomi, mari masuk, Kakak. Ada apa ya, kakak ke sini mau cari Mas Rangga? Mas Rangga sudah ke kantor, Kakak. Duduk lah dulu, tunggu sebentar ya Anggi buatkan minum," ujar Anggi yang mempersilahkan keduanya masuk. Anggi bergegas ke dapur membuatkan minuman untuk kakak iparnya. Anggi senang keduanya mau ke sini. Sejak menikah dengan Rangga keduanya jarang ke rumah. Alhasil, kedatangan keduanya membuat Anggi merasa senang. "Coba lihat rumahnya besar dan perempuan itu hanya tinggal sendiri. Ck, Rangga ini terlalu memanjakan istrinya yang ada si Anggi akan besar kepala. Kakak Mora harus mengingatkan Rangga agar tidak memanjakan Anggi," bisik Naomi pelan. "Sudah, jangan berisik, nanti kalau dia dengar bagaimana. Bisa-bisa diadukan oleh Rangga dan kamu bisa dimarahi, kamu tahu sendiri Rangga sayang banget dengan tuh perempuan," sahut Amora. Naomi tidak berkata apapun, dia memilih diam tidak berkata apapun. Anggi datang membawa dua gelas berisi teh dan dia tidak lupa memberikan makanan ringan. Setelah meletakkan di meja, Anggi tersenyum ke arah kedua kakak iparnya "Silahkan diminum dan dimakan, Kakak. Hanya ini yang ada," jawab Anggi dengan sopan. "Dasar pelit, adikku kaya raya tapi hanya dikasih minuman dan makanan murahan," gumam Naomi dengan pelan dan hanya di dengar oleh Amora. Anggi melihat kedua kakak ipar berbisik tapi Anggi berusaha tersenyum. Dia tetap menunjukkan sikap ramah dan tidak berpikir yang aneh. "Diamlah, jangan berisik. Oh ya, Anggi kami ke sini mau kasih tahu kalau Papa undang kamu dan Rangga ke rumah malam besok. Jangan lupa kamu dan Rangga datang. Jangan hanya dia saja, selama ini selalu dia yang datang, kamu tidak pernah datang. Kalau di tanya, sakit mulu. Apa kamu ini penyakitan ya, duh kasihan adik kami itu dapat istri yang penyakitan! Lagi pula sudah lama menikah tapi tidak juga hamil," sindir Amora melirik ke arah Anggi. Mendengar penjelasan dari kedua kakak iparnya membuat Anggi terkejut. Dia tidak pernah diajak sama sekali oleh Rangga. Bagaimana bisa dia dikatakan sakit. "Maksudnya apa ya kakak? Anggi, tidak pernah diajak, Mas Rangga ke rumah Papa. Dan Anggi nggak sakit sama sekali." Anggi mencoba membantah dengan apa yang dikatakan oleh kakak iparnya. "Ck, jangan membela diri kamu!" ketus Amora dengan tatapan tajam. "Maaf sebelumnya, beberapa bulan terakhir ini, Mas Rangga sudah berubah, Kakak. Anggi sebenarnya tidak mau membuka aib Mas Rangga tapi Anggi nggak bisa pendam ini sendirian. Kakak harus tahu kelakuan Mas Rangga, kemarin Anggi bertemu dengan Mas Rangga di mol. Dia ...." Anggi menghentikan sejenak ucapannya. "Apa! Dia apa?" tanya Naomi yang penasaran dengan ucapan Anggi. "Dia jalan dengan Dina sahabat aku. Anggi yakin Mas Rangga selingkuh. Anggi tanya ke Mas Rangga benar atau tidak dia selingkuh tapi Mas Rangga marah. Anggi berharap Kakak sekeluarga bisa bantu nasehati Mas Rangga agar menghentikan semuanya, itu tidak baik. Sama saja mereka zina," ucap Anggi dengan air mata berlinang menceritakan keluh kesahnya. Naomi dan Amora saling memandang satu sama lain. Mereka tidak percaya jika adik kesayangan mereka seperti itu. Sedari dulu dia sangat mencintai Anggi bahkan ibunya menolak pun dia kekeh memilih Anggi. Tapi, kenapa sekarang Anggi malah menuduh Rangga selingkuh terlebih lagi dengan Dina sahabat Anggi sendiri. "Eh, Anggi jangan suka menuduh adikku selingkuh. Kamu itu harusnya bersyukur adikku menikahimu, ini malah menuduh adikku selingkuh dengan Dina sahabatmu. Keterlaluan kamu jadi istri!" tegas Amora yang tidak suka adiknya dikatakan selingkuh. "Benar itu, kamu harus punya bukti. Dan kakak tidak percaya jika Rangga itu selingkuh dengan sahabat kamu. Rangga itu ya, cinta mati sama kamu, jadi mana mungkin dia melakukan itu. Sudah lah, kami tidak percaya. Kamu jangan suka fitnah suamimu itu. Dan satu lagi, jangan katakan hal ini ke Papa. Yang ada, adikku akan diusir dan kamu akan jadi gembel. Ayo, Amora kita pergi sekarang. Lama-lama di sini aku gerah, nanti ada lagi yang dia katakan tentang Rangga adikku." Naomi meminta ke Amora kakaknya untuk segera pergi. "Ingat Anggi jaga sikapmu, adikku itu suamimu jadi jangan memfitnahnya. Dan satu lagi, kamu harusnya segera punya anak deh. Jangan egois kamu, menunda kehamilan. Atau jangan-jangan kamu mandul, duh kasihan sekali nasib adikku menikahi wanita mandul. Pantas saja Rangga selingkuh punya istri tidak bisa punya anak," Sindir Amora dengan tajam. Mendengar hinaan dari kakak iparnya membuat Anggi terdiam. Salahkan dia mencurahkan isi hatinya kepada kakak ipar suaminya itu. Amora dan Naomi pergi begitu saja dari hadapan Anggi. Anggi hanya bisa menatap kakak iparnya dengan tatapan sendu air matanya mulai menetes. "Apa aku salah mengatakan hal itu. Aku hanya ingin mereka menasehati adiknya tidak lebih. Tidak adakah rasa empati mereka kepadaku, sebegitu bencinya mereka kepadaku? Hingga mereka berkata seperti itu?" tanya Anggi dengan suara bergetar dan air mata yang membasahi pipinya. Lagi-lagi, Anggi mendapatkan kekecewaan karena kedua kakak iparnya membela Rangga dan menyalahkan dirinya. Anggi yang melamun tersentak mendengar notif pesan di ponselnya yang ada di nakas dekat TV. Anggi berjalan ke arah ponsel dan meraihnya. Anggi membuka pesan WA tanpa diduga dia melihat pesan yang membuatnya jantungnya berdegub kencang. "Apa ini?" tanyanya dengan suara lirih dan bergetar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD