Zein sampai di rumah sakit dan dokter langsung menangani Rahelia yang masih mengeluarkan busa dari mulutnya, Zein dengan helaan napas duduk di kursi tunggu tepat didepan ruang pemeriksaan intensif. Ia mengacak rambutnya frustasi bukan karena ia khawatir pada kondisi istrinya, namun ia kelelahan harus menggendong Rahelia yang snagat berat. Zein menyandarkan kepalanya dikepala kursi, terus saja menggoyangkan kakinya. “Zeindra?” Sebuah suara terdengar lembut membuat Zein memperbaiki posisi duduknya, dan menoleh melihat seorang wanita cantik tengah berdiri tepat disampingnya. “Siapa?” tanya Zein. “Kamu Zeindra, ‘kan?” “Iya. Aku Zeindra,” jawab Zein. “Kamu lupa sama aku? Aku Sanaya, teman kuliah kamu dulu,” seru wanita itu. Wanita cantik dengan celana levis dan baju kaos ketat. “Sanaya?