Chapter 12

1056 Words
Nina lebih banyak diam sejak kejadian mimpinya semalam nina terus teringat. pada saat ia sampai di depan toko paman kevin nina menghampiri salah satu karyawan. “Maaf kak. Eh aku boleh Tanya sesuatu?” “Oh nina iya mau Tanya apa” balas karyawan perempuan yang kebetulan sedang keluar dari dalam toko. “Beberapa hari yang lalu di sekitar sini apa benar pernah ada kejadian pembunuhan?” Tanya nina, karyawan perempuan tadi tertawa kecil. “Tidak ada pembunuhan apa lagi di sekitar sini dan jika itu terjadi pasti kamera cctv di sana sudah merekamnya” Nina menoleh ke atas saat karyawan perempuan itu menunjuk di mana sebuah kamera pengintai terpasang “Kalau begitu kakak tinggal ya. Kamu ini ada-ada saja. Kalaupun ada pembunuhan pasti tempat ini sudah ramai di kepung masyarakat yang penasaran” Yang di katakan karyawan itu benar dan jika saja fathir benar-benar melakukan pembunuhan itu di sini pasti kamera itu merekamnya dan nina berinisiatif sepulang sekolah akan mengecek cctv di toko paman kevin untuk membuktikan kebenarannya. Sekarang nina sudah ada di kursi taman dekat sekolah duduk sendirian sembari menunggu Abigail datang ia terus memikirkan mimpinya semalam. Jika fathir memang penghisap darah bukannya lelaki itu pasti sudah menghisap darahnya dari kemarin? Pikiran nina terus berkecamuk di sisi lain ia percaya itu hanyalah bunga mimpi tapi di sisi lain ia juga percaya jika fathir makhluk penghisap darah berkat chat singkatnya dengan Abigail. “Nina sudah lama menungguku” seru Abigail, nina tak bergeming gadis itu masih berada di dalam pikirannya. Aby menggerakkan lengan nina “Hey apa yang kau pikirkan” Nina tersentak "Ah aby sejak kapan kau datang?” “Sejak tadi! Yuk ah berangkat apa yang kamu pikirkan melamun di sana” aby menggambit lengan nina seperti biasa dan nina juga tidak mempermasalahkan hal itu Saat nina berpapasan dengan fathir di depan pintu kelas ia hanya berjalan begitu saja bersama Abigail tanpa senyum dan sapaan. Sepulang sekolah nina mampir di toko paman kevin dia meminta ijin membuka computer yang terhubung dengan cctv di depan dan untungnya paman kevin mengijinkan. Nina mulai mencari tanggal kejadian meski sebenarnya dia juga tidak yakin. Hingga satu folder terakhir ia dapatkan, nina cukup terkejut awalnya ada seorang pria bertubuh gempal melewati depan toko paman kevin sebelum terlihat orang itu di tarik ke gelapan dan jatuh terkulai tapi anehnya tidak ada siapa-siapa selain pria bertubuh gempal itu sendiri. Nina mempercepat video itu sampai ia mendapat jawaban baru, tepat pukul satu malam pria itu masih terkulai di tanah hingga tiba-tiba menghilang begitu saja. Dan kejadian berikutnya video itu tiba-tiba menghilang bahkan foldernya pun ikut menghilang. Nina yang terkejut hampir saja terjatuh dari kursi “Apa kau sudah mendapatkan apa yang kau cari?” Tanya paman kevin. Nina mengangguk. “Sudah paman, terima kasih aku harus pulang takut mama nanti mencariku” gadis itu segera pergi dari ruangan paman kevin. Jadi intinya mimpi semalam bukanlah sekedar mimpi itu benar-benar nyata tapi jika benar fathir yang melakukannya kenapa tak ada gambar lelaki itu di sana? Hari sudah mulai gelap nina baru saja selesai membersih badannya ketika dia mendapati jendela kamarnya masih terbuka. Nina bergerak untuk menutup jendela sebelum itu dia menyempatkan melihat kebawah. Tempat setinggi ini bagaimana caranya fathir bisa naik? Pikir nina. Sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk nina akan menemui mamanya di lantai dasar tapi anehnya pintu kamar dia tak bisa terbuka meski sudah nina coba berkali kali. “Jadi sekarang kau pasti sudah mengingatnya” ucap suara di belakang nina, sontak gadis itu menoleh dan mendapati fathir yang berdiri di sana. **** “Apa maksudmu?” Fathir berdecih “Mimpimu itu tidak berbohong dan video yang kamu lihat di sana tadi juga benar, perlu kau ke tahui jika aku pun ada di sana” “Aku masih belum mengerti” sela nina. Fathir menarik pelan tangan nina membawa gadis itu di depan cermin dan yang nina lihat selanjutnya adalah fathir tanpa pantulan dirinya di dalam cermin padahal sudah jelas-jelas jika lelaki ini sedang berdiri di sampingnya. Nina mencoba memastikan dia melihat kearah cermin dan kearah fathir secara bergantian. “Apa ini? Kau tak terlihat di cermin?” fathir mengangguk. “Itu karna aku bukan manusia” ucap fathir, entah kenapa ia mau jujur di depan nina yang notabenenya adalah calon mangsanya. Fathir menatap nina yang berada di sampingnya dengan muka syok “Jadi apa sekarang kau akan menjauhiku?” Tanya fathir. Nina menggeleng “Tidak aku tidak bisa menjauhimu karna aku sudah berjanji untuk tidak menjauhimu” “Kau tidak takut? Aku bukan manusia aku hanya makhluk malam berdarah dingin bagaimana jika aku menghisap darahmu” ucap fathir dengan nada geram. “Maka lakukan saja” nina menyodorkan lehernya di depan fathir. Fathir memalingkan wajah. “Lihatkan kau bahkan tak ingin lalu bagaimana kau akan menghisap darahku, kau tau darahku itu pahit” ucap nina di sertai kekehan geli. Nina menangkup wajah fathir, rasa dingin terasa di telapak tangan nina  saat menyentuh kulit fathir untuk yang pertama kalinya. “Awalnya aku takut padamu tapi sekarang tidak, meskipun kau bukan manusia atau makhluk apapun kau adalah temanku dan seorang teman tidak akan menyakiti sahabatnya” kata nina dengan serius. Mata mereka terkunci satu sama lain, nina mengembangkan senyumnya sedangkan fathir sendiri tak tau ada apa dengan perasaan yang baru ia rasakan di dalam dirinya saat ini. Fathir ingat jika dia adalah mayat hidup jadi mungkinkah seorang mayat bisa merasakan sebuah perasaan terhadap manusia? Perasaan saat ia tak ingin kehilangan gadis di depannya ini. “Kenapa kau diam? Aku benarkan?” Lelaki itu melepaskan tangan nina dari wajah dia kemudian kembali memalingkan wajah. “Banyak masalah di luar sana yang akan mengejarmu jika kau terus dekat denganku” kata fathir. Gerakan refleks dari nina yang memeluk fathir dari belakang membuat lelaki itu hanya mampu terdiam saat nina mengucapkan. “Apapun masalahnya kau adalah temanku kita akan memecahkan masalah apapun, kau-aku-dan-abigail” ujar nina dan melanjutkan “Ngomong-ngomong badanmu sangat dingin” sembari melepaskan pelukan dia pada fathir. “Sekarang katakan padaku sebenarnya jenis makhluk apa dirimu” Tanya nina. Fathir terdiam cukup lama sebelum dia menjawab. “Vampire” Setelah mengatakan satu kalimat itu fathir sudah menghilang dari pandangan nina. Nina mengerjapkan mata berkali-kali kemudian tersenyum. Dia tidak menyangka jika bisa berteman dengan salah satu vampire dan nina harap fathir bukanlah jenis vampire jahat seperti di film yang sering Abigail lihat. Semoga!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD